Membatik untuk Pecahkan Rekor MURI dan Rekor Dunia

Membatik untuk Pecahkan Rekor MURI dan Rekor Dunia


Ratusan siswa, guru, dan staf SMP Stella Duce 1 (Stece) Yogyakarta bersorak di ruang aula sekolah tersebut, Selasa  (2/10/2012) pagi. Beberapa di antara mereka juga melakukan tos, saling berjabat tangan, bahkan ada pula yang matanya berkaca-kaca.

APA yang mereka lakukan  bukan tanpa alasan. Seluruh siswa, guru dan staf sekolah yang berlokasi di Jalan Dagen No 32,  Kota Yogyakarta, tersebut sangat gembira karena sekolah mereka resmi mencatatkan diri pada Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Sekolah Pelopor Pengguna Batik Karya Sendiri, saat peringatan Hari Batik Nasional, Selasa (2/10).

Lebih dari itu, prestasi yang ditorehkan SMP Stece juga sekaligus tercatat sebagai rekor dunia. Hal itu lantaran apa yang dilakukan para siswa dan segenap warga sekolah itu terbilang unik, dan tak pernah ada kegiatan sejenis sebelumnya.

"Prestasi ini terbilang unik dan beda, di mana para siswa membatik dan karyanya dipakai sendiri menjadi seragam sekolah. Jadi memang layak dicatat sebagai rekor, dan kami di MURI menyampaikan bahwa ini tercatat sebagai rekor dunia," puji Manajer MURI, Sri Widayati.

Tradisi membatik di sekolah itu dimulai sejak 1985, dan kini menjadi bagian pendidikan di sekolah tersebut.  Kepala Sekolah SMP Stella Duce 1, Listyawati Sri Nugrahaningsih, menjelaskan, pelestarian tradisi membatik merupakan bagian dari pendidikan karakter para murid, yang dilatih agar menghargai sebuah proses serta menghargai budaya Indonesia.

Para murid pun menjalani setiap proses dalam membatik. Biasanya mereka menyelesaikan setiap helai kain batik berukuran 1,5 hingga dua meter dalam waktu sekitar dua bulan. Kain yang mereka hasilkan pun dijahit menjadi seragam, yang kemudian mereka pakai setiap hari Jumat.

Widayati secara pribadi menyampaikan kekagumannya dengan kegiatan yang dilakukan siswa-siswi SMP Stece. Menurutnya, kreativitas yang ditorehkan para siswa itu memang layak mendapat apresiasi yang tinggi.

"Yang lebih luar biasa, kegiatan membatik ini dilakukan oleh anak-anak yang memang sebagai calon penerus bangsa. Jadi, mereka bisa sekaligus melestarikan warisan budaya asli Indonesia ini," tambah Widayati.

Pujian serupa dilontarkan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi DIY, Baskara Aji, yang hadir di sekolah tersebut. Bahkan, ia pun berencana untuk menyosialisasikan kegiatan itu ke seluruh sekolah yang ada di wilayah DIY.

Menurut Aji, prestasi SMP Stece bisa menjadi inspirasi sekolah-sekolah lain. Sebagai salah satu sentra batik di Indonesia, sudah selayaknya semua kalangan di Yogyakarta, khususnya pendidikan, peduli dalam upaya pelestarian batik "Saya akan sampaikan dan meminta seluruh sekolah di DIY untuk melaksanakan kegiatan serupa, karena (batik) ini adalah budaya asli kita yang harus dilestarikan," tegasnya.

Baskara Aji pun mewacanakan agar seluruh siswa di DIY mampu dan memiliki kemampuan membatik. Kalau perlu, lanjut dia, sekolah diminta mengeluarkan sertifikat kemampuan membatik bagi semua lulusannya.

"Ini bisa menjadi inspirasi bagi seluruh kalangan pendidik untuk menyebarkan semangat membatik pada para siswa," sambungnya.   

Sedangkan Ketua Komite SMP Stece Yogyakarta, GBPH Prabukusumo, menuturkan, gagasan membatik para siswa dan menjadikan batik karya mereka ebagai seragam sekolah merupakan satu cara untuk melestarikan budaya. Dengan kegiatan tersebut, menurutnya, siswa akan memiliki kecintaan lebih karena karya mereka dihargai.

"Inilah yang terus kami kembangkan, agar anak-anak kita bisa lebih menghargai dan melestarikan batik yang memang budaya asli bangsa ini," kata Prabukusumo, yang juga adik Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Adapun MURI memberikan tiga penghargaan sekaligus.  Pertama, kepada GBPH Prabukusumo sebagai pemrakarsa kegiatan membatik; kedua, untuk Yayasan Tarakanita sebagai pendukung kegiatan; dan ketiga, bagi  SMP Stella Duce 1 sebagai pelaksana kegiatan. 


http://jogja.tribunnews.com/2012/10/03/smp-stella-duce-1-membatik-untuk-pecahkan-rekor-muri-dan-rekor-dunia

0 komentar:

Posting Komentar