Masyarakat (Ternyata) ingin TNI Mengambil Peran POLRI


Masyarakat ingin TNI Mengambil Peran POLRI


Judul diatas sebenarnya agak mengusik susunan dan kedudukan TNI dan POLRI sesuai UU yang berlaku yaitu UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI dan UU No. 2 tahun 2002. Yang pasti penulis tidak ingin mengajukan uji materiil terhadap UU tersebut di MK, tetapi hanya ingin menampilkan beberapa fakta dari masyarakat yang ada di dunia nyata di warung makan, warung kopi serta sopir taksi dan yang ada di dunia maya yang terlihat di komentar-komentar di berita media online nasional Indonesia serta yang terlihat di sosial media seperti Facebook dan Twitter.

Saya mencatat beberapa penyerangan oknum TNI terhadap POLRI baik dimulai :

Yon Linud 501 Kostrad yang menyerang beberapa kantor polisi di madiun pada september 2001.
Yon Linud 100 PS yang menyerang Mapolres dan brimob di Binjai, Sumatera Utara pada 2002
Yon Armed 15 yang menyerang Mapolres OKU di sumatera selatan di 2013.
11 anggota Grup 2 Kopassus Kartasura, jawa tengah menyerang LP Cebongan di 2013.
Dari 4 penyerangan oknum TNI diatas terhadap POLRI dan preman, saya mencatat beberapa fakta fakta komentar masyarakat baik yang ada di dunia nyata dan maya.

Pertama dari pa Karyo dan pa “Kojel” salim yang berjualan gado-gado dan minuman didepan kantor yang memberikan respon bahwa memang polisi sudah keterlaluan, mereka sudah sering memeras masyarakat. Mereka katakan bahwa mereka masih bisa memberikan kesaksian bagaimana kerabat mereka yang datang ke kantor polisi untuk melaporkan kehilangan, alih-alih mendapatkan pertolongan yang didapat justru adalah kehilangan semakin banyak karena diperas.

Kedua dari pa Agus sopir taksi yang sering mangkal dekat kantor kami yang menceritakan pengalaman selama menjadi sopir taksi kalau ditilang dijalan oleh polantas, saya kira semua pembaca kompasiana sudah bisa tahu apa akhir dari cerita sopir taksi tersebut.

Ketiga dari penulis komentar di berita http://nasional.kompas.com/read/2013...ampaign=Kkomwp ada banyak sekali komentar yang menginginkan agar 11 anggota Kopassus ini bisa memberantas preman yang ada di Indonesia, walaupun ada yang mengecam tetapi banyak sekali yang memberikan komentar Bravo, salut dan pujian lainnya agar ada efek jera terhadap preman.

Keempat dari penulis komentar di berita: http://nasional.kompas.com/read/2013...akar.Oknum.TNI banyak sekali komentar yang “mendukung” bahkan menulis lanjutkan, lebih cepat lebih baik dan masih banyak lainnya. ada juga yang mengecam tetapi hanya sedikit sekali komentar tersebut.

Kelima dari penulis komentar di berita: http://nasional.kompas.com/read/2013....Rp.100.Miliar semua mengecam mengutuk dan mengatakan sebagai perampok. Bahkan beliau ini adalah mantan Gubernur Akpol tempat untuk menghasilkan perwira-perwira POLRI yang semua akan menjadi pimpinan Polri di kemudian hari.

Saya mengambil kesimpulan pribadi yang subyektif bahwa dari sekian banyak keluhan masyarakat terhadap POLRI baik dari soal pelayanan masyarakat, penegakan hukum yang transparan, pemberantasan Narkoba, pemberantasan premanisme, serta terlalu menyolok sekali harta dan kekayaan perwira POLRI maka diperlukan perubahan yang radikal dan terlihat jelas nyata perubahannya. Masyarakat sudah pintar untuk menilai dan berani berkomentar. Jangan abaikan aspirasi masyarakat dan saya berharap judul diatas hanya sesaat untuk mendorong POLRI bisa berbenah diri dan melakukan perubahan sekarang.


http://www.kaskus.co.id/thread/515ed8078227cf4d30000004/masyarakat-ternyata-ingin-tni-mengambil-peran-polri/

Perbedaan Antara Soeharto dan SBY dalam Mengurus Partai


Perbedaan Antara Soeharto dan SBY dalam Mengurus Partai


Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat, Wiranto, mengkritik sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang terlalu larut dalam mengurus Partai Demokrat . Menurut dia, sebagai presiden, SBY seharusnya tak hanya memperhatikan satu partai saja. "Saya sudah sampaikan berulang-ulang dan pada beberapa presiden saya katakan, presiden itu presiden seluruh rakyat. Yang dibina adalah seluruh partai politik, bukan hanya satu partai," kata Wiranto usai meluncurkan program Hanura digital di Gedung Perfilman Umar Ismail, Jakarta Selatan, Senin, 25 Februari 2013.

Menurut Wiranto, sebagai seorang pejabat negara, presiden seharusnya tak lagi mengurus hal teknis tentang partai. Presiden seharusnya meletakkan kepentingan bangsa dari kepentingan kelompok. Hal ini kata Wiranto, sesuai dengan prinsip politik loyalitas pada partai berakhir ketika loyalitas pada negara dimulai.

Meski jabatan presiden adalah jabatan politik, Wiranto mengatakan, tugas seorang presiden tak boleh terganggu dengan tugas partai. Wiranto mencontohkan masa kepemimpinan Soeharto saat menjabat presiden. Menurut Wiranto, selama 3 tahun menjadi ajudan Soeharto, dia tak pernah melihat mantan Ketua Umum Golkar itu terlalu sibuk mengurus Golkar. "Selama 3 tahun tak pernah Pak Harto pakai baju kuning."

Soeharto, kata Wiranto, selalu menghindari kecemburuan partai politik lain. "Presiden itu mengayomi, namanya Presiden Republik Indonesia." Hal sama juga harusnya dilakukan oleh para menteri di kabinet. Menteri, menurut Wiranto, tak boleh lagi terikat hanya dengan satu partai saja, tetapi harus menjadi pemimpin untuk semua partai.

Wiranto meminta, di akhir masa jabatannya, SBY tak hanya sibuk mengurus Demokrat. SBY tak boleh membedakan perlakuan pada satu partai dengan partai lainnya. Jika seorang Presiden sampai lebih memilih mengurus partai, ujar Wiranto , akan ada banyak masalah dan mengganggu stabilitas politik negara.

Akhir-akhir ini, Presiden SBY yang merupakan Ketua Majelis Tinggi Demokrat memang sibuk mengurus partai. Apalagi Ketua Umum partai, Anas Urbaningrum, baru ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi proyek pusat olahraga terpadu Hambalang, Bogor. SBY bersama anggota majelis tinggi lainnya juga tengah berjuang menaikkan elektabilitas partai yang anjlok hingga di bawah 10 persen. Padahal pada 2009 lalu, Demokrat keluar sebagai pemenang pemilu dengan suara 20,8 persen. 


http://www.kaskus.co.id/thread/515f04e6e374b4860b000001/beda-soeharto-dan-sby-soal-cara-urus-partai/

Foto Bendera Resmi GAM 2013


Foto Bendera Resmi GAM 2013


Gubernur Aceh Zaini Abdullah sempat meminta masukan dari berbagai tokoh Indonesia terkait pembahasan bendera dan lambang Aceh. Pertemuan itu digelar di Hotel Sultan, Jakarta, medio Desember tahun lalu.

Bersama mantan wakil presiden Jusuf Kalla, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Farhan Hamid, Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso, dan mantan menteri sekretaris negara Yusril Ihza Mahendra, dan anggota DPR RI dari Aceh Nasir Djamil dilangsungkanlah penyusunan bendera Aceh.

Dari foto pertemuan yang didapat Republika, Zaini Abdullah tampak semringah ketika menunjukkan model bendera berlatarbelakang warna merah dengan simbol bintang dan bulan sabit, serta kaligrafi Arab membentuk simbol pedang di bagian bawah.

Dia juga sempat mengacungkan jempol seperti tanda setuju dengan bendera yang diusulkan para tokoh yang diundangnya. Bendera itu mirip dengan kesultanan yang pernah jaya di Aceh, kerajaan Samudra Pasai.

Dalam pembahasannya selanjutnya, menurut Nasir, entah mengapa sepertinya terjadi kebuntuan komunikasi antara pemerintah pusat dan Aceh. Sehingga, tanpa diduga Pemprov Aceh mengesahkan bendera GAM sebagai bendera resmi Provinsi Aceh.


http://www.kaskus.co.id/thread/515bd9381c76080c41000000/ini-foto-bendera-resmi-gam-2013/

Ada Buah Mangga Sebesar Kepala


Ada Buah Mangga Sebesar Kepala


Buah mangga milik keluarga Ratna Marsoedi di wilayah RW 04 Kelurahan Limo cukup menyita perhatian warga setempat. Pasalnya ukuran buah mangga yang tumbuh di pekarangan rumah Ketua Pos Dahlia Senja ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan buah mangga pada umumnya.

Buah mangga asal Vietnam ini nyaris setara dengan besarnya kepala bocah berumur 1,5 tahun dan setara dengan buah kelapa. Menurut Ratna Marsoedi, semula dirinya tidak menyangka bahwa biji buah mangga yang ditanamnya pada tahun 2004 silam bakal tumbuh dan berbuah. Sebab, mangga jenis ini diduga tak bisa tumbuh di Indonesia.

“Pohon mangga yang kami tanam delapan tahun silam ini berasal dari Australia. Awalnya kami pikir tidak akan berbuah lantaran tekstur tanah disana berbeda dangan tanah di Indonesia. Tapi ternyata kami keliru. Pada bulan puasa lalu, pohon ini mengeluarkan kembang dan menjadi buah,”beber Ratna.

Dijelaskan Ratna, belum lama ini dirinya sempat mempertanyakan soal buah mangga jumbo yang tumbuh di pekarangan rumahnya itu kepada pegawai Taman Buah Mekarsari. Menurut penjelasan pegawai itu, buah dengan diameter 41 sentimeter dengan panjang buah mencapai 20 sentimeter itu bernama Mangga Saigon.

Mangga ini banyak tumbuh di Negara Vietnam. Awalnya, mangga unik berasal dari wilayah kepulauan Kalimantan di Indonesia. Hanya saja kini sudah punah dan tak ditemukan lagi di Indonesia.

“Dulu katanya mangga jenis ini ada di Kalimantan tapi entah kenapa sekarang ini spesiesnya justru berkembangbiak di Vietnam dan jarang ada di Indonesia,” kata Ratna.

Lebih lanjut dijelaskan dia, buah mangga yang tumbuh di halaman rumahnya itu bobotnya mencapai 1,5 kilogram atau setara dengan enam buah mangga biasa.


http://www.kaskus.co.id/thread/50b2e6766212431d3600010c/buah-mangga-sebesar-kepala-gegerkan-limo-cineredepok/

Suku Asli Indonesia Yang Menggunakan Tulisan Korea

Suku Asli Indonesia Yang Menggunakan Tulisan Korea



Ternyata tidak semua penduduk Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia sebagai sarana tulis menulis. Suku di pedalaman Buton, Sulawesi Selatan, Cia-cia misalnya.

Suku Cia-cia yang berada di Kepulauan Buton, Baubau, Sulawesi Tenggara ini memang telah lama menggunakan tulisan Korea atau Hangeul ketika mereka menulis dan membaca. Suku Cia-cia sebenarnya bisa berbahasa dalam Bahasa Indonesia. Namun awalnya mereka buta huruf sehingga tidak bisa menulis.

Huruf Hangeul yang memiliki 24 karakter diperkenalkan oleh King Sejong pada tahun 1443 untuk menggantikan karakter huruf China di Korea. Fakta ini menjadi berita besar baik bagi orang Korea sendiri, maupun oleh warga Asia, maupun dunia. Orang Korea amat bangga dengan kebudayaannya.

Menurut seorang teman yang pernah ke Korea, di sana jarang orang pakai mobil-mobil impor. "Kebanyakan orang Korea pakai mobil Hyundai sebab diproduksi Korea sendiri," katanya.

Kebanggaan akan budaya ini menjadi api yang membakar nasionalisme dan menebalkan identitas bangsanya.

Bisa dibayangkan betapa hebohnya orang Korea ketika mengetahui bahwa ada satu etnis kecil di Indonesia, di tengah Pulau Buton, yang belajar alfabet Korea untuk menuliskan bahasanya sendiri. Ini adalah berita besar buat mereka.

Perlu dicatat, hanya alfabet saja yang digunakan bukan bahasanya. Bahasa tetap menggunakan Bahasa Indonesia.

Aktifitas nelayan di salah satu desa / pemukiman suku Cia-Cia di pesisir Pulau Batuata 

Komentar Perempuan yang Pernah Konsumsi Permen Libido

Komentar Perempuan yang Pernah Konsumsi Permen Libido


Efek bahwa permen cinta, atau yang sering disebut permen libido, mampu meningkatkan gairah bercinta, ternyata tidak sepenuhnya benar. Buktinya, seorang perempuan asal Surabaya, sebut saja bernama Indira, tidak merasakan hal itu.

”Saya pernah mengonsumsi, tapi kok tidak seperti yang diomongin banyak orang. Katanya bisa meningkatkan gairah bercinta, tapi waktu saya konsumsi malah mengantuk,” ujar perempuan berusia 22 tahun itu, Selasa (12/2/2013).

Dia mengaku mendapatkan permen itu dari kekasihnya. Saat memberikan, sang kekasih tidak menyebut itu permen cinta yang selama ini ramai dibicarakan. "Saya kira permen biasa, makanya langsung saya makan. Efeknya malah mengantuk,” sambungnya.

Setelah beberapa saat, dia baru diberi tahu kalau itu permen cinta.

Tak hanya Indira, kekasihnya pun ikut menikmati permen tersebut. Hasilnya sama saja, mengantuk. Menurut Indira, rasa kantuk itu baru muncul 20 menit setelah mengonsumsinya.

“Mungkin beda orang, juga beda efeknya,” tambahnya.

Dia menilai, unsur meningkatkan gairah kemungkinan hanya sugesti. Selain itu, gairah bisa saja timbul karena ada gambar syur di balik kemasan permen, yakni perempuan menggunakan bikini, dada perempuan yang menonjol, serta lelaki nyaris telanjang.

Permen tersebut didapat dari salah seorang kenalan kekasihnya di Surabaya dengan harga Rp100 ribu per bungkus dengan isi lima batang.


http://surabaya.okezone.com/read/2013/02/12/519/760766/ini-komentar-perempuan-yang-pernah-konsumsi-permen-libido

Demoralisasi Pendidikan Indonesia

Demoralisasi Pendidikan Indonesia


Tanpa kita sadari bahwa pendidikan di Indonesia telah mengalami fase demoralisasi (kemerosotan akhlak). Berharap setiap out put yang dihasilkan dari sekolah/ perguruan tinggi mampu menjawab kemerosotan akhlak tersebut, justru malah menjadi korban baru dengan label modernisasi dan globalisasi.

Pendidikan sebagai proses kemanusiaan dan pemanusiaan sejati telah diterima sebagai sejarah umat manusia, apapun bentuk dan jenisnya. Yang paling sering kita dengar adalah bahwa pendidikan merupakan proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan perilaku menuju kedewasaan dengan ciri utama munculnya sikap bertanggung jawab. Manusia dewasa adalah mereka yang berani berbuat dan berani bertanggung jawab, apakah bertanggung jawab untuk mempertahankan kebenaran bahkan bertanggung jawab ketika dia melakukan sebuah kesalahan.

Sekolah/ perguruan tinggi merupakan bagian dari organisasi pembelajaran (learning organization) yang harus mampu melahirkan manusia pembelajar. Manusia pembelajar merupakan orang yang menempatkan perbuatan belajar dalam totalitas kehidupannya, bukan sebatas sekolah atau belajar di perguruan tinggi, apalagi hanya untuk mengejar ujian semester dan ujian akhir. Dan bukan pula hanya peserta didik dan anggota komunitas sekolah, komunitas kampus atau komunitas lembaga-lembaga pendidikan lainnya, akan tetapi secara lebih luas masyarakat juga ikut andil dan harus berperan dalam organisasi pembelajaran untuk membentuk manusia pembelajar.

Menciptakan dan membentuk manusia pembelajar dalam makna luas tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, melainkan harus melalui proses reformasi kesadaran. Keseriusan dan rentang waktu yang panjang sangat diperlukan untuk mencapainya. Disamping itu kita juga harus menghadapi tatanan sosial yang nyaris tidak dapat diubah seperti kemalasan, rasa cepat puas, iri dan dengki, tertutup mental, menerima apa adanya, pasrah kepada nasib, dorongan berprestasi yanga rendah, dan sebagainya. Inilah sejumlah perosoalan yang harus dihadapi oleh manusia pembelajar.

Manusia dalam bermasyarakat sangat membutuhkan pendidikan, karena pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan bangsa. Karena melalui pendidikan akan lahir manusia yang mampu memberikan sumbangan pada bangsa dan negara. “Agar terlahir manusia yang mampu memberikan sumbangan terhadap bangsa, maka proses pendidikan harus mendapat perhatian khusus”.

Dalam undang – undang sistem pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 menetapkan tujuan Pendidikan Nasional, yaitu :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasankan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Jika kita menelisik pada tujuan pendidikan Nasional di atas, sudah barang tentu seharusnya demoralisasi dalam dunia pendidikan tidak akan terjadi dan tidak pernah terjadi, karena tujuan pendidikan nasional tersebut tentu disusun berdasarkan perencanaan yang matang dan akurat agar setiap celah yang dapat merusak pendidikan Indonesia mampu diminimalisir. Namun fakta yang terjadi di lapangan sangatlah berbeda, jauh panggang daripada api. Pendidikan di Indonesia telah mengalami fase demoralisasi karena output yang dihasilkan dari Sekolah/ Perguruan Tinggi tidak dapat mengatasi keterpurukan moral yang terjadi di tengah-tengah masyarakat saat ini.

Penyebab Demoralisasi Pendidikan Indonesia

Demoralisasi bisa kita artikan dengan kerusakan moral/ akhlak. Jika kita kaitkan dengan pendidikan, ini berarti bahwa pendidikan yang berkembang di Indonesia telah kehilangan tujuan mulianya yakni pembentukan moral/ sikap mental peserta didik itu sendiri. Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandang, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik.

Demoralisasi dalam dunia pendidikan sesungguhnya ancaman yang sangat berbahaya terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia. Jika dibiarkan, ia akan menyebabkan lumpuhnya tujuan pendidikan nasional yang kita idam-idamkan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dituntut peka untuk menyelesaikan persoalan ini. Pembangunan infrastruktur pendidikan seharusnya tidak hanya bertumpu pada pembangunan fisik semata, lebih dari itu perkembangan moral dan karakter peserta didik jauh lebih utama. Karena biar bagaimanapun, intelektualitas yang baik jika tidak dibarengi dengan moralitas yang baik pula, sesungguhnya kita hanya menghasilkan robot-robot manusia, yang hanya pandai melakukan pekerjaan namun tidak mampu menyelesaikan persoalannya sendiri. Sebagai contoh sederhana, coba lihat bagaimana cara peserta didik kita menyelesaikan persoalannya, narkoba dan minuman keras, seolah menjadi teman akrab mereka dan parahnya telah dikultuskan sebagai obat untuk menyelesaikan semua permasalahan.

Di mana ada asap tentu disana akan ada api. Begitu juga halnya dengan masalah Demoralisasi Pendidikan, bahwa persoalan ini muncul bukanlah datang begitu saja melainkan ada penyebabnya. Dalam hal ini, penulis mengungkapkan setidaknya ada 4 (empat) faktor yang menyebabkan munculnya demoralisasi dalam dunia pendidikan Indonesia antara lain : Pertama, Pelaku Pendidikan Tak Mampu Jadi Panutan. Ada ungkapan bijak bahwa Guru dalam kreta bahasa jawi berarti digugu lan ditiru (didengar dan ditaati). Namun seiring perjalanan waktu bahwa ungkapan itu seperti sudah kering akan makna. Guru seolah tak mampu lagi memberikan contoh teladan kepada anak didiknya. Bukan hanya Guru, semua pelaku pendidikan kita hari ini tak mampu lagi memberikan nilai-nilai keteledanan tersebut. Banyak persoalan yang menimpa pelaku pendidikan kita, dari mulai korupsi, asusila, kekerasan dan penyalah gunaan wewenang semuanya datang silih berganti tidak kunjung henti.
Sertifikasi Guru dan Dosen yang diharapkan mampu menjadi solusi dari sekian besar masalah yang dihadapi para Guru dan Dosen, kini menjadi masalah baru karena tidak diiringi dengan kualitas mengajar yang baik pula. Dalam hal ini pemerintah melalui Kemendikbud perlu melakukan penelitian, sebenarnya apa yang menjadi faktor penyebab utama munculnya kemerosotan moral dikalangan pelaku pendidikan tersebut. Jika hal ini mampu terjawab, setidaknya kita telah menyelesaikan sebagian kecil dari besarnya masalah yang menimpa institusi pendidikan di Indonesia.

Kedua, Kurikulum Yang Tidak Relevan dengan Kondisi ke-Daerahan. Persoalan kurikulum menurut hemat penulis juga memberikan sumbangsih besar terhadap munculnya demoralisasi dalam dunia pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat bahan ajar yang akan disuguhkan kepada para peserta didik. Kita bisa membayangkan, jika menu nyang disuguhkan itu tidak relevan dengan kebutuhan siswa tentu hanya sia-sia saja. Hal ini sama dengan kita memberikan sagu kepada masyarakat yang dalam kesehariannya makan nasi yang bersumber dari padi. Tentu sagu disuguhkan itu tidak akan memberikan efek apapun terhadap masyarakat tadi dan boleh jadi tidak akan menjadi sumber tenaga mereka karena memang sumber tenaga yang mereka dapat selama ini berasal dari beras yang diolah menjadi nasi. Pemerintah perlu mengkaji ulang kembali kurikulum yang telah disusun tersebut, apakah relevan dengan kebutuhan peserta didik. Kurikulum bagi peserta didik yang tinggal di daerah perkotaan tentu berbeda dengan peserta didik yang tinggal di pedesaan. Begitu juga halnya, kurikulum untuk peserta didik yang tinggal di wilayah pesisir tentu harus berbeda dengan kurikulum untuk peserta didik yang berada di wilayah pertanian. Jangan bicara keseragaman, karena manusia diciptakan oleh Allah swt memilki karakter dan sifat yang berbeda-beda pula. Pemerintah harus lebih bijak dalam menyusun kurikulum pendidikan, agar relevan dengan kebutuhan masing-masing daerah.

Ketiga, Proses Pendidikan Mengabaikan Karakter Peserta Didik. Pemahaman tentang karakteristik siswa bertujuan untuk mendeskripsikan bagian-bagian kepribadian siswa yang perlu diperhatikan untuk kepentingan rancangan pembelajaran. Karakteristik siswa menurut para ahli pendidikan adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya. Menganalisis karakteristik siswa berarti ditujukan untuk mengetahui cirri-ciri perseorangan siswa. Dari tahapan ini kita akan melangkah untuk mengelompokkan siswa tersebut sesuai dengan karakternya sehingga kita dapat menentukan metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Yang salah dalam pembelajaran kita hari ini adalah bahwa kurikulum pendidikan yang disusun tidak memperhatikan karakteristik peserta didik yang ada di Indonesia, akan tetapi kita lebih condong kepada barat, sehingga sering menemui kegagalan. Mengetahui karakteristik peserta didik dimana mereka berada mutlak diperlukan agar kurikulum yang diajarkan tidak bertentangan dengan karakter dan budaya yang telah ada dan melekat pada diri peserta didik itu sendiri.

Keempat, Pendidikan Tak Mampu Menjawab Infiltrasi Budaya. Infiltrasi Budaya bisa kita artikan dengan serangan/ virus budaya luar untuk mengikis budaya yang ada di dalam sebuah tempat/ daerah tertentu. Perbedaan dalam meyakini nilai-nilai, cara berpikir, cara hidup dan cara bertindak pada dasarnya merupakan warisan para leluhur yang secara terus menerus menjiwai seluruh kepribadian seseorang dan masyarakatnya, dan akan tetap mewarnai kehidupan masyarakat tersebut.

Mengetahui budaya yang telah menjadi tradisi seseorang/ masyarakat harus dijadikan pedoman dalam menyusun rancangan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Sering kali para pendidik lupa, mengkaitkan budaya yang sudah ada dengan budaya luar yang mereka dapatkan melalui media cetak maupun elektronik. Benturan kebudayaan lokal dan luar (asing), perlu diperhatikan agar para pendidik dapat memilah-milah mana budaya yang patut ditiru dan mana yang tidak. Jika para pendidik membiarkan begitu saja benturan kebudayaan ini, maka dikhawatirkan akan menambah masalah baru dalam dunia pendidikan kita. Sepakat atau tidak, baangsa yang besar bukan hanya baangsa yang mampu menghargai jasa para pahlawannya akan tetapi adalah mereka yang mampu menghargai budaya nya sendiri. Dan perlu diingat, bahwa cara termudah untuk menghancurkan sebuah bangsa adalah menghilangkan atau merusak budaya yang melekat pada bangsa itu sendiri.

M. Abrar Parinduri, MA
Dosen UMJ
Wakil Sekretaris Majelis Pengurus Pusat Asosiasi Dosen Indonesia (MPP ADI)


http://suar.okezone.com/read/2013/02/11/58/759748/demoralisasi-pendidikan-indonesia

Bus Air di Sungai Musi


Bus Air di Sungai Musi


Wisatawan yang mengunjungi Palembang sekarang punya opsi transportasi baru untuk keliling kota. Namanya bus air, yang harga tiketnya hanya Rp 4.000 per orang!

"Bus air ini selain bagi warga yang menetap di tepian Sungai Musi, juga diperuntukkan bagi para turis yang ingin menikmati Sungai Musi," kata Walikota Palembang Eddy Santana Putra, saat peluncuran bus air di Pasar 16 Ilir Palembang, Kamis (4/4/2013).

Saat ini ada 4 bus air yang beroperasi dengan rute 16 Ilir-Kertapati. Keuntungannya, waktu tempuhnya lebih cepat dibanding angkatan darat lantaran volume kendaraannya semakin padat. Selain itu, ongkos bus air juga murah.

"Ke depannya kita akan operasikan bus air hingga ke pedalaman Sungai Musi," tambah Eddy.

Bus air ini merupakan transportasi terusan bagi wisatawan yang berkunjung ke Palembang.

"Mereka yang turun dari Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II langsung naik Trans Musi yang berhenti di pelabuhan bus air, dan dibawa ke Kertapati. Di Kertapati sendiri terdapat stasiun kereta api. Kereta api ini menuju Lampung dan sejumlah daerah di Sumsel," tambah Eddy.


http://travel.detik.com/read/2013/04/04/190342/2211897/1382/asyik-kini-ada-bus-air-di-sungai-musi?vt22011381

Moralitas Politisi Dan Intelektual

Moralitas Politisi Dan Intelektual


Jika membaca data Mendagri dari 2004 hingga 2012 Sebanyak 173 kepala daerah di Indonesia, terbelit kasus hukum, khususnya korupsi. Dari jumlah itu sekira 70 persen di antaranya yang telah diputus pengadilan dan sudah harus diberhentikan. Belum lagi banyaknya politisi yanng secara moralitas patut dipertanyakan. Kasus Aceng Fikri adalah sebagian kecil dari puncak gunung es. Sebelumnya anggota dewan dari PKS yang mengundurkan diri setelah ketahuan membuka situs porno ketika sedang rapat. Apakah separah ini moralitas para politisi di negeri ini dan kasus yang paling menggemparkan masih dari partai dakwah PKS yang tertangkap tangan oleh KPK dengan dugaan penyuapan?.

Sementara apa itu intelektual? Dan apa pungsinya dalam masyarakat? Bagi Edward Said seorang Intelektual adalah "pencipta sebuah bahasa yang mengatakan yang benar kepada yang berkuasa." Seorang intelektual mengatakan yang dianggapnya benar, entah sesuai atau tidak dengan pikiran-pikiran penguasa. Dosa paling besar seorang intelektual adalah apabila ia tahu apa yang harus dikatakan tetapi menghindari mengatakannya. Hidup seorang intelektual pada hakekatnya adalah mengenai pengetahuan dan kebebasan. Pertanyaan dasarnya yang diajukan adalah. Bagaimana orang mengatakan kebenaran? kebenaran apa? bagi siapa dan dimana? Karena keterlibatan dengan kebenaran sejatinya tidak menjual diri terhadap siapapun.

Namun yang menjadi masalah adalah ketika seorang intelektual telah melakukan transaksi dengan politik. Di mana kebenaran menjadi bias. Sebagai contoh banyak sekali sekarang yang mengklaim diri melakukan kerja-kerja ilmiah di mana data yang menjadi acuannya adalah data hasil survei. Namun dalam kenyataannya banyak sekali lembaga riset yang keluar dari kaidah-kaidah kejujuran dalam mentransportasi data. Bagaimana tidak sekarang lembaga survei merangkap jadi juru rias para caleg atau partai aksi para lembaga tersebut tidak hanya mengarahkan opini dan menggiring opini agar calon tertentu menang namun dengan begitu dengan sendirinya lembaga tersebut telah menjadi tidak jujur dan menodai kredibilitas lembaga survei. Dimana lembaga yang mengklaim dirinya ilmiah sejatinya memberikan arahan dan bimbingan bagi publik dalam menentukan pilihan. Bagaimanakah moralitas intelektual mereka jika nilai-nilai kejujuran saja mereka abaikan?

Jika membaca buku karya Paul Jhonson seorang jurnalis dan sejarawan kristen dalam bukunya Intellectual yang terbit pertama kali pada 1988 buki ini mengupas sisi gelap kehidupan para intelektual dunia yang pemikiranya diikuti, dianut bahkan dipuja oleh banyak manusia. Nama yang tertera dalam buku intelektual hampir seluruhnya adalah nama-nama besar yang menggubah, atau setidaknya mewarnai sejarah baik dalam kategori sosial, intelektual dan filsafat. Ada Rousseau, Karl Marx, Tolstoy, Ernes Hemingway, Bertran Rusell, Sartre dll.

Jika menjelajahi dunia intelektual kita akan mudah menemukan nama di atas, bahkan seolah-olah nama-nama di atas mengepung pemikiran dunia. Tapi sayangnya ternyata dibalik kebesaran nama para intelektual besar tersebut tersimpan perilaku-perilaku yang menyimpang. Perilaku menyimpang para pemikir besar tersebut diungkap oleh Paul Jhonson. Paul Jhonson menempatkan nama Jean Jacques Rousseau pada urutan pertama. Kita ketahu bahwa Rousseau menjadi nama besar yang mempengaruhi semua pemikiran moderen bahkan nama Rousseau tidak bisa lepas dari kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya teori-teori kenegaraan banyak terlahir dari pemikiranya, misalnya teori perwakilan politik yang saat ini menjadi model negara di seluruh dunia, bisa dilacak dari pemikiran Rousseau dalam bukunya, Du Contract Sociale.

Tapi siapa sangka, Rousseau adalah laki-laki gila dalam definisi yang sebenarnya menurut Paul Jhonson. Ia laki-laki yang begitu mencintai dirinya, lebih dari apapun. Bahkan saking cintanya pada diri sendiri ia bahkan membuang semua anak-anaknya ke faundling home sebutan untuk rumah penampungan untuk anak-anak yang tidak diketahui orangtuanya. Kemudian Jhonson mengupas Bertran Rusell membaca kisah Rusell seperti membaca kisah tentang Amerika sendiri sebuah karakter yang selalu tampil bijak dalam segala hal namun juga arogan dan penuh skandal. Ia tumbuh sebagai seorang yatim piatu dan besar sebagai seorang penulis berlian yang tak mengakui Tuhan. Salah satu karyanya yang penomenal ialah Why I am Not a Christian.

Jean Paul Sarte juga tak jauh beda dengan Rusell. Seorang filusuf profesional dan buku-bukunya terjual lebih dari dua juta copies hanya di Prancis saja. Tapi juga ia sangat tergila-gila pada whisky, jazz, perempuan dan pertunjukan cabaret. Lalu kira-kira apa yang sedang dipikirkan ketika melahirkan kredo terkenal cegito ergo sum. Aku berpikir maka aku ada.

Selain nama-nama di atas, masih ada banyak lagi nama besar dalam dunia intelektual yang dikupas tuntas oleh Paul Jhonson. Intellectual, adalah sebuah buku yang membuat kita berpikir ulang tentang arti intelektual modern.

Dari gambaran prilaku di atas kita patut mempertanyakan jika saja para intelektual dunia masih menyisakan prilaku moral yang tidak bisa diterima akal sehat, bagaimanakah dengan para intelektual di negri kita dan sejauhmana intelektual bisa melakukan perselingkuhan dengan politik. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa sebuah institusi yang baik saja, belum tentu mencetak orang-orang baik. Orang-orang yang bermoral buruk tentu saja tidak akan memimpin manusia ke tempat yang lebih baik. Betapapun hebat pemikiranya, betapapun kuat rasionalitasnya. Sebab selain memiliki potensi berpikir yang besar, manusia adalah mahluk yang juga mengalami evolusi prilaku dengan cara keteladanan. Kalau kita sepakati 2014 sebagai The Year of the Judgement tahun berakhirnya mimpi buruk bagi rakyat Indonesia yang bagi elite politik yang hanya mengumbar janji yang tidak bisa menjaga amanah, termasuk menjadi hakim untuk menghukumi parpol dan dan elitnya yang telah melakukan dosa-dosa politik dan menimbulkan keruksakan di muka bumi. Tugas para Intelektual, pemuka agama dan lain-lain untuk melakukan "hisab politik" dan menyampaikan Kebenaran.


Ayipudin
Peneliti di Institute for Research Education, Culture & Information (IECI)
Pengurus Pimpinan Pusat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (PP Hima Persis)


http://suar.okezone.com/read/2013/02/07/58/758067/menyoal-moralitas-politisi-vs-intelektual

Pria Juga Penasaran Permen Libido

Pria Juga Penasaran Permen Libido


Ramainya pemberitaan seputar permen karet yang bisa meningkatkan libido membuat penasaran sejumlah warga Surabaya, Jawa Timur.

Mendapat permen karet buatan China itu tidak mudah karena dijual bebas, melainkan harus dipesan secara online.

Salah seorang warga Surabaya, sebut saja Iswahyudi (35), mengaku penasaran setelah ramainya pemberitaan soal permen cinta atau permen libido itu.

Pria tiga anak ini berusaha mengumpulkan informasi untuk mendapat permen karet tersebut. Hasilnya, tidak sia-sia. Memanfaatkan jejaring sosial, wiraswastawan ini akhirnya mendapatkan hasil.

“Saya dapat dari teman saya di BlackBerry Messenger (BBM). Untuk pesan permen ini harus menunggu selama tiga hari karena barangnya didatangkan langsung dari Jakarta,” ujar Iswahyudi, kepada Okezone, Selasa (12/2/2013).

Pria berkepala plontos ini mengaku mendapat permen karet tersebut seharga Rp100 ribu. Harga tersebut untuk satu pak permen karet yang berisi lima batang.

Permen karet itu tampak sama dengan permen biasa. Hanya saja, ukurannya dua sentimeter lebih panjang dari permen karet biasa.

Bungkusnya berwarna ungu terdapat tulisan "Sexlove" dan di bagian yang berwarna putih bertuliskan huruf China dan “chewing gum” bersama gambar buah strawberry.

Yudi mengaku belum tahu apakah benar ada khasiat dari permen tersebut. "Belum berani saya coba," tuturnya.


http://surabaya.okezone.com/read/2013/02/12/519/760630/tak-hanya-perempuan-pria-pun-penasaran-permen-libido

Berkepala Botak Lebih Berisiko Kena Penyakit Jantung


Berkepala Botak Lebih Berisiko Kena Penyakit Jantung


Mungkin jika melihat pria berkepala plontos, kesan pertama yang muncul adalah menyamakan penampilannya dengan Bruce Willis, Vin Diesel atau Jason Statham. Tapi jika botaknya karena kerontokan rambut, maka perlu menjaga kesehatan karena pria berkepala botak lebih berisiko kena penyakit jantung.

Sebuah penelitian di Jepang menemukan bahwa pria botak lebih berisiko mengalami masalah jantung dibandingkan yang rambutnya masih utuh. Tapi jangan khawatir, yang berisiko adalah yang rambutnya rontok di bagian atas kepala, sedangkan yang rontok pada bagian depan tidak.

Setelah mengkaji 6 penelitian dengan total peserta hampir 37.000 orang, peneliti menyimpulkan bahwa pria botak memiliki kemungkinan terserang penyakit jantung koroner 32 persen lebih tinggi. Namun penelitian yang dimuat British Medical Journal ini tidak menemukan ada hubungan antara pria yang garis rambutnya surut dengan risiko penyakit jantung.

Menurut para peneliti dari departemen diabetes dan penyakit metabolik University of Tokyo ini, pria yang baru saja mengalami kerontokan pada bagian atas kepala atau disebut 'vertex baldness' 52 persen lebih mungkin mengalami serangan jantung dibandingkan yang kepalanya masih penuh rambut.

"Hasil meta-analisis yang ada memberikan bukti yang berguna mengenai pengaruh potensial dari kebotakan terhadap penyakit jantung koroner. Pasien dan dokter harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa kebotakan berkaitan dengan peningkatan risikonya," kata peneliti seperti dilansir Counsel and Heal, Kamis (4/4/2013).

Tim peneliti yang dipimpin dr Tomohide Yamada mengajak pria yang mengalami kebotakan karena kerontokan rambut untuk menjalani pemeriksaan dokter. Pria yang memiliki vertex baldness, khususnya yang masih berusia muda, harus segera diperiksa mengenai risikonya mengidap penyakit jantung.

"Kami merekomendasikan untuk mengadaptasi gaya hidup demi jantung sehat yang meliputi diet rendah lemak, rajin olahraga dan kurangi stres. Faktor risiko klasik jantung koroner seperti usia, hipertensi dan kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kondisi tersebut," kata dr Yamada.