Mengembalikan Cinta Kasih

Mengembalikan Cinta Kasih


Sungguh sangat memprihatinkan kita semua bahwa tawuran antarpelajar semakin menjadi-jadi dalam skala yang lebih luas dan brutal.

Kematian seorang pelajar dalam kondisi yang sangat mengenaskan beberapa hari yang lalu sebagai korban tawuran antardua, sekolah menambah panjang daftar korban dari kejadian ini.

Sulit dipahami oleh akal dan nalar yang sehat hal ini bisa terjadi. Para pelajar berangkat pagi atau siang dari rumahnya masing-masing menuju sekolah dengan tujuan utama mau belajar.

Di sekolah mereka mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dan informasi yang berguna bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Para guru yang mengajar adalah orangorang yang secara formal telah memenuhi kriteria mengajar, bahkan mungkin di antara mereka sudah me miliki sertifikat mengajar.

Tetapi, ketika mereka pulang dan bertemu dengan sesama temannya dari sekolah lain yang seharusnya saling menyapa dengan penuh keceriaan dan persahabatan, tanpa sebab yang jelas langsung terjadi tawuran, mereka saling melukai, menyakiti, bahkan membunuh.

Tampak jelas dari sikap dan gaya mereka dalam tawuran tersebut, nafsu amarah yang muncul dan mendominasi serta mengalahkan secara total rasa cinta dan kasih sayang.

Allah SWT berfirman dalam QS Yusuf [12] ayat 53: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”

Ketika nafsu amarah ini yang berperan maka keburukan, kejahatan, dan kerusakanlah yang akan dilakukannya. Tetapi sebaliknya, jika rasa kasih sayang dan cinta pada sesama yang ditanamkan dan melekat dalam hati sanubari yang dalam, maka kedamaian, keselamatan, dan menyelamatkan orang lain yang akan menjadi kepribadiannya.

Dalam perspektif inilah kita memahami pesan Rasulullah SAW bahwa seorang Muslim yang paling utama itu adalah yang mampu menyelamatkan orang lain dari gangguan lisan dan tangannya (al-muslimu man salima almuslimuuna min lisaanihi wayadihi) [HR Bukhari]).

Pendidikan yang berlangsung di rumah, di sekolah, maupun di tengah masyarakat, harusnya berorientasi pada penanaman nilai-nilai cinta dan kasih sayang pada sesama manusia dan juga pada makhluk lainnya. Orang tua di rumah harus menjadi orang yang paling mencintai anaknya (dengan kecintaan yang benar); di sekolah para guru harus menjadi orang yang paling mencintai dan dicintai murid-muridnya. Demikian pula di tengah masyarakat.

Jika yang dibangun rasa cinta yang bersumber dari iman dan tauhid kepada Allah, maka insya Allah tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, dan bahkan antarpenduduk bisa diatasi dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bi ash-shawab.Sungguh sangat memprihatinkan kita semua bahwa tawuran antarpelajar semakin menjadi-jadi dalam skala yang lebih luas dan brutal.

Kematian seorang pelajar dalam kondisi yang sangat mengenaskan beberapa hari yang lalu sebagai korban tawuran antardua, sekolah menambah panjang daftar korban dari kejadian ini.

Sulit dipahami oleh akal dan nalar yang sehat hal ini bisa terjadi. Para pelajar berangkat pagi atau siang dari rumahnya masing-masing menuju sekolah dengan tujuan utama mau belajar.

Di sekolah mereka mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan dan informasi yang berguna bagi kehidupan mereka di masa yang akan datang. Para guru yang mengajar adalah orangorang yang secara formal telah memenuhi kriteria mengajar, bahkan mungkin di antara mereka sudah me miliki sertifikat mengajar.

Tetapi, ketika mereka pulang dan bertemu dengan sesama temannya dari sekolah lain yang seharusnya saling menyapa dengan penuh keceriaan dan persahabatan, tanpa sebab yang jelas langsung terjadi tawuran, mereka saling melukai, menyakiti, bahkan membunuh.

Tampak jelas dari sikap dan gaya mereka dalam tawuran tersebut, nafsu amarah yang muncul dan mendominasi serta mengalahkan secara total rasa cinta dan kasih sayang.

Allah SWT berfirman dalam QS Yusuf [12] ayat 53: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Mahapengampun lagi Mahapenyayang.”

Ketika nafsu amarah ini yang berperan maka keburukan, kejahatan, dan kerusakanlah yang akan dilakukannya. Tetapi sebaliknya, jika rasa kasih sayang dan cinta pada sesama yang ditanamkan dan melekat dalam hati sanubari yang dalam, maka kedamaian, keselamatan, dan menyelamatkan orang lain yang akan menjadi kepribadiannya.

Dalam perspektif inilah kita memahami pesan Rasulullah SAW bahwa seorang Muslim yang paling utama itu adalah yang mampu menyelamatkan orang lain dari gangguan lisan dan tangannya (al-muslimu man salima almuslimuuna min lisaanihi wayadihi) [HR Bukhari]).

Pendidikan yang berlangsung di rumah, di sekolah, maupun di tengah masyarakat, harusnya berorientasi pada penanaman nilai-nilai cinta dan kasih sayang pada sesama manusia dan juga pada makhluk lainnya. Orang tua di rumah harus menjadi orang yang paling mencintai anaknya (dengan kecintaan yang benar); di sekolah para guru harus menjadi orang yang paling mencintai dan dicintai murid-muridnya. Demikian pula di tengah masyarakat.

Jika yang dibangun rasa cinta yang bersumber dari iman dan tauhid kepada Allah, maka insya Allah tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, dan bahkan antarpenduduk bisa diatasi dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam bi ash-shawab.

Prof Dr KH Didin Hafidhuddin


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/10/05/mbejop-mengembalikan-cinta-kasih

Cara Baru Diet

Cara Baru Diet


Sebagian besar orang yang  mengalami kelebihan berat badan, menjalani berbagai jenis program diet agar bisa mendapatkan bentuk tubuh yang ideal.

Tidak sedikit pula orang yang melakukan kesalahan besar dalam menjalani program dietnya, seperti beberapa contoh berikut ini.

Kesalahan yang seringkali dilakukan orang saat berdiet adalah mengurangi porsi makan secara drastis dan tiba-tiba. Hal ini justru memicu kondisi kesehatan tubuh ikut menurun. Lakukan pengurangan kalori secara perlahan-lahan, supaya tubuh dapat beradaptasi dengan pola makan.

Kesalahan kedua adalah melewatkan waktu makan. Bila Anda melewatkan waktu makan, yang terjadi adalah rasa lapar yang tidak dapat ditanggulangi, sehingga pada waktu makan selanjutnya, porsi makan Anda bisa dua kali lipat lebih banyak.

Beberapa orang beranggapan, saat menjalankan program diet berarti semua asupan yang dikonsumsi juga harus dalam porsi kecil termasuk air minum. Ini adalah pemikiran yag salah.

Air juga memiliki fungsi untuk membantu pembakaran kalori. Minumlah lebih banyak air untuk menjaga kebugaran tubuh dan membuat Anda merasa lebih kenyang.

Kesalahan berikutnya adalah menghindari susu dan berbagai produk turunannya, saat sedang menjalani program diet.

Susu dan segala produk turunannya merupakan sumber kalsium, yang sangat dibutuhkan dalam proses pembakaran lemak. Tubuh akan semakin banyak membakar lemak bila tersedia cukup kalsium.

Bila Anda sedang menjalani program diet, tidak berarti Anda berhenti mengkonsumsi kudapan. Sebaiknya Anda tetap mengkonsumsi makanan ringan yang sehat, di antara waktu makan berat, karena ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga memudahkan dalam mengurangi berat badan.

Tidak ada yang keliru dengan mengkonsumsi yoghurt atau buah sebagai makanan ringan.


http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/10/06/mbgua8-cara-baru-diet-seperti-apa-sih

Taat pada Pemimpin

Taat pada Pemimpin


Allah SWT menciptakan makhluk dan memberinya kecenderungan sosial dan fitrah dasar agar saling memiliki keterikatan di antara mereka.

Atas dasar kecenderungan dan fitrah tersebut, manusia tidak dapat "hidup" kecuali dengan berkelompok agar kebutuhan dan kepentingan mereka saling terlindungi, terselamatkan, saling bantu dalam kebaikan dan bekerjasama dalam menciptakan kepentingan bersama/umum.

Atas dasar itu pula, Allah SWT memerintahkan manusia untuk taat kepada pemimpin yang telah dipilih di antara mereka.

Hal tersebut karena jika manusia tidak memiliki ikatan atau aturan (rabithah) kepemimpinan dalam suatu kelompok sebagai pedoman dan kesepakatan bersama, maka kepentingan umum tidak akan terealisasi dengan baik dan tidaklah ada bedanya sifat manusia dengan binatang.

Allah SWT menciptakan manusia, menangguhkan balasan dosa besar umat Muhammad SAW, dan memuliakannya di atas makhluk-makhluk lainnya. Pemuliaan tersebut nyata dengan penganugerahan akal yang berfungsi sebagai pembeda antara kebaikan dan keburukan, kebenaran dan kesalahan serta manfaat dan bahaya.

Allah SWT bahkan menambah anugerah akal itu dengan luapan kasih sayang-Nya yang tak terbatas melalui pengutusan para rasul dan Alquran. Allah memerintahkan kepada manusia: “Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), serta Ulil Amri (pemimpin/pemegang kekuasaan) di antara kamu.” (QS. An-Nisa': 59).

Mengapa Allah memerintahkan kita taat kepada pemimpin? Kalau taat kepada Allah dan Rasul-Nya sudah jelas, karena Rasullah yang menyampaikan pesan-pesan (risalah) Allah. Adapun pemimpin, apa gerangan alasan kita untuk taat?

Tidak lain karena ketaatan kita kepada pemimpin memiliki arti kemanusiaan dan sekaligus ketuhanan; kebahagiaan dan persatuan; keselamatan dan kebersamaan; kerjasama dan persaudaraan, serta keteraturan dan ketaatan.

Sementara menentang pemimpin berarti perpecahan, penyempalan, pembolehan larangan, pertumpahan darah, penghalalan yang haram, bagaikan binatang ternak tanpa penggembala atau berjalan tanpa petunjuk.

Tentu ketaatan kepada pemimpin bukan berarti taat tanpa reserve dan sikap kritis karena Allah SWT melarang manusia taat kepada pemimpin dalam melanggar perintah-Nya. Pemimpin tidak lain merupakan representasi wakil Allah dalam urusan duniawi agar visi memakmurkan bumi dan penduduknya dapat dilakukan melalui sistem yang teratur, tertib, berkeadilan dan ketaatan.

Maka pemimpin dengan segala nilai kekurangan dan kelebihannya harus didukung karena sejalan dengan sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa taat kepadaku, maka sungguh ia telah taat kepada Allah. Dan barang siapa taat (kepada) pimpinan, maka berarti telah taat kepadaku.” (HR. Muslim).

Pengaitan ketaatan kepada pemimpin dengan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya sebagaimana disebutkan di dalam hadis tersebut mengandung rahasia kepentingan dan kemaslahatan bersama. Lebih dari dari itu, Allah SWT memerintahkan manusia bersatu dan melarang bercerai berai.  (QS. Ali Imran: 103).

Bukankah srigala hanya akan memangsa kambing yang memisahkan diri? Demikianlah kiranya jika manusia tidak bersatu, maka akan mudah dihancurkan oleh lawan. Dan bukankah perselisihan di dalam sejarahnya telah banyak memakan korban dan mengakibatkan bencana yang menimpa umat manusia, disamping memperlambat laju kemajuan serta kemakmuran. Wallahu a'lam.

Dr Muhammad Hariyadi, MA


http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/10/06/mbgwnk-taat-kepada-pemimpin