Ponari Tidak Lulus UN

Ponari Tidak Lulus UN


Ponari, bocah asal Jombang, Jawa Timur yang pernah dijuluki si dukun cilik sejuta pasien tidak lulus pada ujian nasional (UN) tingkat sekolah dasar (SD) tahun ini. Pasalnya, SDN Balongsari 1, Megaluh, tempat Ponari bersekolah tidak memasukkan nama bocah ini sebagai peserta UN.

Alasannya, Ponari malas belajar dan sering tidak masuk sekolah. Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Kecamatan Megaluh Sugeng, Rabu (9/4 menuturkan sesuai datang yang masuk bocah bernama lengkap Muhammad Ponari Rohmatullah tercatat sering tidak masuk selama setahun terakhir.

Menurut dia tindakan tegas tidak memasukkan Ponari yang bernomor induk 13-141-001-8 sebagai peserta UN sudah sesuai prosedur. Bukan itu saja, dengan alasan sering tidak masuk, anak pasangan Kamsin dan Mukaromah ini juga tidak masuk daftar nominasi sementara yang masih bisa diikutkan UN.

Menurut Sugeng pihaknya bersama sekolah sudah berusaha membujuk si dukun cilik ini bersekolah agar bisa mengikuti UN. "Kita sudah berusaha tapi yang bersangkutan tidak mau, mau gimana lagi," imbuh Sugeng.

Dari laporan yang masuk, saat berada di kelas Ponari disebut lebih suka bermain telepon genggam dari pada memperhatikan pelajaran yang diajarkan guru.

Nama Ponari sempat menggegerkan publik di Tanah air pada 2009 lalu. Sebuah batu kecil yang diperolehnya dari mimpi sang nenek diyakini berkekuatan magis. Batu ini digunakan untuk mengobati para pasien yang makin lama makin banyak mendengar kebolehan Ponari mengobati pasien dengan media batu ajaib itu.

Selama lebih sebulan, puluhan ribu pasien tiap hari mendatangi rumah dukun cilik ini. Mereka harus antre berdesakan untuk mendapatkan air ajaib setelah dicelup batu milik Ponari. Membludaknya pengunjung sempat membawa tragedi. Sebanyak 5 pengunjung tewas akibat kehabisan nafas dan terinjak dalam lautan massa.


http://nasional.lintas.me/go/memobee.com/karena-malas-dan-sering-bolos-si-dukun-cilik-ponari-tidak-lulus-un-/

Antivirus Gagal Deteksi Virus Mata-Mata

Antivirus Gagal Deteksi Virus Mata-Mata


Virus mata-mata, seperti Flame atau Stuxnet, menyebar lama sebelum akhirnya terdeteksi produk antivirus. Ada beberapa hal yang diyakini jadi faktor penyebab gagalnya antivirus mendeteksinya.

Hal itu dikemukakan Alfons Tanujaya, spesialis antivirus Vaksincom, saat dihubungi KompasTekno, Senin (4/6/2012).

Ia mencatat, setidaknya ada tiga kegagalan industri antivirus yang terjadi baru-baru ini: Stuxnet, Duqu dan Flame.

Bahkan Flame diyakini sudah melakukan aksinya sejak 2007. Artinya, ada waktu sekitar lima tahun program jahat ini tak terdeteksi antivirus.

Namun, Alfons mengatakan, kegagalan itu bisa dipahami sepenuhnya. Karena produsen antivirus dunia memang terfokus untuk melawan ancaman yang menyebar luas (massal).

Apalagi, virus mata-mata seperti Flame atau Stuxnet diduga kuat merupakan produk lembaga pemerintahan. Jelas sumber daya yang dimiliki dalam membuat virus ini lebih luas.


Tiga level pembuat virus

Alfons mengibaratkan, setidaknya ada tiga level pembuat virus di dunia. Pertama, level mahasiswa yang membuat virus dengan motivasi iseng.

Kedua, level perusahaan yang memang membuat program jahat dengan tujuan meraup uang. "Ini saja sudah bikin vendor antivirus 'berkeringat' mengejar kegesitan pembuat virus," kata Alfons.

Nah, level ketiga adalah lembaga pemerintahan yang mungkin memiliki akses dana dan waktu yang praktis tak terbatas. Apalagi virus itu dibuat dengan tujuan spionase.

Alfons mencontohkan, Flame menggunakan SSL port 443 untuk melindungi traffic-nya. Ini menyulitkan karena selama ini port 443 digunakan oleh layanan e-banking.

"Produk antivirus mana yang kurang kerjaan scanning traffic di port 443? Wong di-scan saja isinya diacak dan nggak bisa diartikan," tuturnya.

Hal lain, Flame dikatakan menggunakan bahasa pemrograman cross platform bernama LUA Scripting. Sebuah tools "mahal" yang menurut Alfons hanya lazim dipakai pada tingkat korporasi.


Siapa takut virus mata-mata?

Untungnya, virus seperti Flame atau Stuxnet dibuat secara spesifik dengan sasaran-sasaran spesifik pula. Artinya, kebanyakan pengguna tak akan jadi sasaran program jahat ini.

"99 persen pengguna internet awam tidak terancam secara langsung, dan bukan sasaran virus ini," tukas Alfons.

Justru pihak yang perlu menaruh perhatian ekstra pada keberadaan virus mata-mata adalah pemerintah. Khususnya, Departemen Pertahanan dan lembaga intelijen resmi negara.

Ini karena virus mata-mata memiliki banyak tujuan. Salah satunya adalah menggali informasi penting dari lembaga-lembaga tertentu.

Alfons pun menegaskan, virus semacam ini tak bisa diatasi hanya dengan memasang antivirus. Perlu ada langkah-langkah keamanan yang lebih lanjut agar bisa mengantisipasi keberadaannya.

Maka, kembali pada lembaga yang berkepentingan untuk menentukan apakah ancaman semacam ini sudah patut jadi perhatian atau belum. Satu hal yang pasti: mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.


http://tekno.kompas.com/read/2012/06/04/1908536/Kenapa.Antivirus.Gagal.Deteksi.Virus.MataMata

Punya Uang Belum Tentu Bisa Beli Rumah Baru di Serpong

Punya Uang Belum Tentu Bisa Beli Rumah Baru di Serpong


Ada uang, semua mudah didapatkan. Siapa bilang? Hal itu tidak berlaku untuk pembelian rumah baru di kawasan Serpong. Dengan sistem undian, maka membeli rumah baru di Serpong kini tidaklah mudah.

“Zaman sekarang, meskipun mereka punya uang cash belum tentu bisa dapat rumah di Serpong,” kata Cynthia KD Munthe dari Angels Property.

Cynthia menjelaskan, sistem undian ini muncul sejak meningkatnya jumlah calon pembeli untuk satu unit rumah di kawasan Serpong yang diduduki oleh para pengembang besar. Saat itu, satu unit rumah diminati lebih dari satu calon pembeli. Calon pembeli pun terus meningkat sehingga lama kelamaan sistem undian tak hanya dilakukan sekali, tapi dua kali penyaringan.

Pengundian pertama menyaring sekitar 50 calon pembeli menjadi 5 calon pembeli. Pengundian kedua menentukan pemilik rumah dari 5 calon pembeli tersebut.

Untuk calon pembeli yang terdaftar pada undian pertama akan mendapat fomulir pemesanan sementara. Dari nomor tersebutlah undian akan dipilih secara acak menggunakan komputer untuk memilih lima calon pembeli.

Jika masuk dalam lima besar calon pembeli, maka mereka sudah membayarkan dengan uang. Jika gagal terpilih pada undian kedua, maka uang calon pembeli akan dikembalikan. Calon pembeli juga bisa mencoba pada unit lain atau menunggu peluncuran cluster baru maupun kawasan hunian baru.

“Duitnya akan balik kalau enggak dapat di undian kedua. Formulir akan dicap refund sebagai bukti uangnya dibalikin. Kalau dapat satu unit rumah, ya tinggal ngikutin cara pembayaran,” terang Cynthia.

Sistem undian ini hanya berlaku untuk satu unit rumah yang diminati lebih dari satu pembeli. Calon pembeli pun baru bisa menempati rumah tersebut 1,5 tahun setelah peluncuran rumah dilakukan.

Sistem undian penjualan rumah ini pertama kali muncul pada Januari 2011. Cynthia pertama kali menanganinya untuk penjualan perumahan cluster Caspia milik pengembang BSD City.

Menurut Cynthia, selain meningkatnya calon pembeli, sistem undian ini guna menghindari para investor yang akan membeli rumah lebih dari satu unit. Dikhawatirkan para investor akan membeli banyak unit, kemudian menjualnya kembali dengan harga tinggi.

Jadi sistem membeli rumah saat ini tidak mengenal istilah “siapa cepat, dia dapat” atau “ada uang, ada barang”. Tapi, ya berdasarkan undian tersebut yang dipilih secara acak.


http://serpong.kompas.com/berita/detail/1865/Punya.Uang.Belum.Tentu.Bisa.Beli.Rumah.Baru

Cara Simpel Perbaiki Genting Retak

Cara Simpel Perbaiki Genting Retak


Segera perbaiki genteng rentak pada rumah Anda dengan cara simpel. Genteng merupakan elemen fungsional di rumah Anda. Fungsinya adalah untuk melindungi penghuni dari angin, hujan, dan cuaca ekstrim yang tak menentu seperti saat ini.

Merawat genteng rumah sangat diharuskan karena genteng merupakan struktur penting pada sebuah rumah. Bisakah Anda bayangkan bila genteng rumah retak dan hujan sangat deras turun? Bila terpaksa Anda sendiri harus turun tangan mengerjakannya, berikut alat dan langkah-langkah pengerjaannya:

Alat dan Bahan

- Linggis

- Palu

- Paku payung

- Genting baru (Bila diperlukan)

Langkah pengerjaan

- Keluarkan paku menggunakan linggis.

- Geser atau tutupi bagian genting yang rusak dengan genting lainnya. Bila genting rusak parah, Anda bisa menggantinya dengan yang baru.

- Paku kembali genting menggunakan paku payung.

- Kenakan paku payung pada kerangka kayu atap.


http://properti.kompas.com/index.php/read/2012/06/04/14325872/Cara.Simpel.Perbaiki.Genting.Retak

Menagih Janji Nasionalisme

Menagih Janji Nasionalisme


Bulan Mei menjadi bulan yang sangat penting bagi negeri ini. Dua momen besar sarat nilai historis dan heroisme diperingati; Hari Pendidikan Nasional dan Hari Kebangkitan Nasional. Kedua momen itu saling berkait berkelindan, tidak bisa dipisahkan atau pun dipandang parsial. Pendidikan menjadi sumber elan pital kebangkitan. Sedangkan kebangkitan itu sebagai pembuktian bahwa pendidikan itu berhasil menciptakan manusia berkarakter.

Harkitnas; Hari Sakit Nasional?
Peringatan Harkitnas yang ke 104 tahun 2012 ini menjadi penting, jika nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai persatuan dan kesatuan, nilai-nilai kejujuran, dan nilai-nilai kebersamaan yang menjadi ciri ke-Indonesia-an, yang telah dipelopori oleh para pendahulu kita melalui gerakan “Boedi Oetomo” dapat dijadikan suatu enerji bagi langkah-langkah bangsa kedepan. Sekaligus menjadi renungan dan evaluasi, sejauhmana semangat nasionalisme tersebut terimplementasi dalam setiap potensi, profesi, tugas dan tanggung jawab perilaku masing-masing individu warganegara Indonesia dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menapaki perjalanan sejarah kebangkitan nasional Indonesia, maka cara berfikir nasionalis dalam membangun Indonesia baru di masa depan adalah bagaimana mengutamakan kepentingan kehidupan nasional. Dalam hal ini, cara berpikir nasionalis diharapkan menjadi antitesis dari cara berpikir individual atau perorangan, antitesis dari cara berpikir kedaerahan, antitesis dari cara berpikir kepartaian atau golongan, dan mutlak antitesis dari cara berpikir kolonial.

“Karena itu, dalam memaknai kebangkitan nasional dan wacana Indonesia ke depan yang lebih baik, mandiri, sejahtera dan lebih bermartabat, diperlukan adanya korelasi antara kesadaran sejarah, fakta sosial, dan semangat nasionalisme ke-Indonesia-an kita ke depan. Nasionalisme ke-Indonesia-an yang memiliki bangunan karakter kesejatian Indonesia”, demikian tegas Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D kepada civitas akademika UGM dalam peringatan Harkitnas 2012 di kampus itu (Humas UGM, 21/5/2012).

Tapi, harapan Pak Rektor di atas hanya tinggal harapan di atas langit nusantara. Realitas factual justeru menabalkan bahwa bangasa ini sedang digerogoti penyakit akut lagi mematikan bernama KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) atau yang senada dengannya bernama NKK (nolongin kawan kroni). Penyakit itu sudah bersifat kolektif. Karenanya bisa dikatakan bahwa Harkitnas itu kini tak lebih dari akronim dari Hari Sakit Nasional.

Wakil Rakyat berlipstik harta tahta wanita, menari ganjen menyanyi Hedonesia ria. Tentu beda antara Indonesia Raya dengan Hendonesia ria. Bila Indonesia Raya kabarkan tentang ruang bercahaya nasionalisme emas. Maka Hedonesia ria muncratkan perilaku nasionalisme edan para wakil rakyat berwajah mewah, bermobil mewah, atas bawah sumringah. Sementara rakyat terjerat lagu Indonesia Melarat, "Benjing amenanging kala tida,wong duwur dadi umbul-umbul,wong cilik tengal-tengul nyedoti umbel"  (Skober, 2011).

Nasionalisme Digilas
Intervensi negara-negara Barat dan Eropa terhadap kebijakan dalam negeri negara lain yang berstandar ganda adalah suatu fakta, bahwa kepentingan yang ada didalamnya ikut ambil dalam menentukan kebijakan luar negeri mereka. Kemenangan kaum reformis dalam pergulatan meruntuhkan rezim orde baru dengan lengsernya Presiden soeharto pada tahun 1998, tidak terlepas dari pertempuran ekonomi global yang sedang memperebutkan pasar dan sumber daya alam negeri ini (Ayu, 2011).

Lemahnya kekuasaan pemerintah negeri ini terhadap kebijakan asing tidak terlepas dari perekonomian negara yang sangat bergantung terhadap investasi asing. Banyaknya raksasa-raksasa ekonomi yang menguasai perekonomian negeri ini berpengaruh besar terhadap pertarungan politik yang ada di negeri ini. Kepentingan-kepentingan pasar yang bermain dalam rangka menciptakan boneka-boneka politik dalam struktur pemerintahan adalah salah satu bentuk neoimperialisme modern yang sedang trend sekarang ini.

Pemegang kartu atau kunci kekuasan politik dari siapa yang akan dipertahankan dan siapa yang akan dilengserkan adalah logika kaum neoliberal ketika kekuasaan pemerintahan suatu negara ada di tangan mereka.

Oleh karena hal tersebut perlunya agen ganda yang mampu bermain sebagai pejabat formil dengan merangkap sebagai agen pasar adalah keharusan dari suatu pemerintahan.
Banyaknya permasalahan dari  kepentingan publik yang terlantar dan tak kunjung terselesaikan akan menjadi momok menakutkan bagi siapa saja yang berdiri di struktur kekuasaan tanpa didukung oleh kekuatan ekonomi global ini.

Walhasil terjadilah kontrak politik antara pemimpin negeri yang mempunyai ambisi untuk berkuasa dengan para pemilik modal. Ketika saat itu tiba, nasionalisme tidak lagi mampu berdiri tegak. Budaya menjadi pelacur terhadap nilai-nilai globalisasi dan idealisme menjadi barang yang murahan. Mereka yang melawan akan disingkirkan dan disebut terbelakang atau tidak beradab, yang bertahan dibuat sibuk saling menikam satu dengan yang lainnya. Sementara mekanisme pasar dengan nyaman mengeruk habis isi berharga dari tanah Republik dan kekayaan alam negeri ini.

Menagih Janji
Nasionalisme Indonesia datang sebagai sebuah janji (Andri, 2011). Dikala rakyat pribumi memilih nyaman berlindung di bawah payung feodalisme yang berjalan beriringan dengan kolonialisme, nasionalisme datang membawa harapan baru dengan logika bahwasanya setiap suku atau wilayah akan menjadi kekuatan besar apabila bersatu. Nasionalisme menjadi jawaban untuk mengusir penjajahan dari bumi nusantara.

Sebuah kisah historis yang kaya dan patut dibanggakan, dalam tempo beberapa puluh tahun saja, janji nasionalisme berhasil merubah arah bangsa. Negara Indonesia berhasil dibentuk. Rakyat resmi bebas dari kolonialisme. Kekuatan utamanya adalah spirit Bhineka Tunggal Ika, spirit yang demokratis dan berhasil menggalang kekuatan bersama. Berbagai latar budaya, kekuatan, ideologi, golongan, elit, melebur memperjuangkan entitas nasional.

Begitu dipercayainya nasionalisme sebagai sebuah janji pemersatu, membuat para founding fathers negara enggan melahirkan Indonesia dalam sistem federal. Ditakutkan, sistem federal kedepannya melanggengkan perpecahan. Sejarah telah mengingatkan bahwa Indonesia dulunya pernah kacau karena politik pecah belah, Devide Et Impera. Disepakati wujud Indonesia adalah negara kesatuan, sekalipun kurang sejalan dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan terdiri atas ribuan suku.

Janji ini (nasionalisme) berjalan dengan penuh pergolakan. Banyak pengorbanan, pertumpahan darah. Keteguhan Indonesia sebagai sebuah negara kesatuan sempat tergoncang saat Belanda melangsungkan agresinya dan dalam beberapa masa, sesuai keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Indonesia berubah menjadi federal. Benarlah, sistem federal yang mengkotak-kotakkan, tidak sejalan dengan spirit nasionalisme yang masih berkobar sehingga Indonesia kembali menjadi negara kesatuan. Dalam perjalanannya lagi, nasionalisme sebagai janji terasa gagal setelah bertahun-tahun dijunjung tak jua membawa kesejahteraan. Soekarno, sang pemimpin, terlalu acuh terhadap kekuatan kapital sehingga rakyat tetap melarat, pembangunan lambat.

Periode berikut, masa orde baru, pembangunan berjalan pesat. Rasa nasionalisme diperkuat, bahkan dengan indoktrinasi via berbagai kebijakan dan agitasi media. Hanya saja, indoktrinasi ternyata bukan cara yang tepat untuk menguatkan nasionalisme. Nasionalisme adalah sesuatu yang berangkat dari kesadaran, dari kerinduan untuk menyatu dalam keragaman, kesadaran untuk berpartisipasi aktif menjaga kesatuan sebagai kekuatan, bukan dengan indoktrinasi yang melahirkan nasionalisme semu.

Yang terjadi, masyarakat sulit mengekspresikan hak politik secara demokratis. Sekalipun nasionalisme berdengung di segala arah, semangat nasionalisme meredup. Berganti orde, paradigma masyarakat tetap sama. Sekalipun pintu demokrasi setelah 1998 terbuka lebar, jiwa nasionalisme masih mengambang. Nasionalisme sebagai janji tetap gagal.

Masih layakkah kita percaya dengan janji pemersatu itu? Disaat lajunya acapkali tersendat-sendat? Jelas masih. Nasionalisme merupakan kekayaan historis yang bernilai besar, sangat layak diperjuangkan. Indonesia pernah punya pemikir-pemikir besar yang dengan keradikalannya masing-masing mau melebur dalam wadah nasionalisme. Adalah tanggung jawab setiap generasi memperjuangkan janji nasionalisme agar berhasil.

Ahmad Arif
Penulis adalah peminat kajian sosial, pemilik RUMAN (Rumoh Baca Aneuk Nanggroe) Banda Aceh


http://suar.okezone.com/read/2012/06/02/58/640156/menagih-janji-nasionalisme

Gaji Pembalap F1

Gaji Pembalap F1


Fernando Alonso tercatat sebagai pembalap dengan gaji tertinggi. Alonso digaji Ferrari sebesar 30 juta euro per tahun. Di tempat kedua dan ketiga menyusul duo McLaren Lewis Hamilton serta Jenson Button yang sama-sama digaji 16 juta euro.

Dalam laporan El Mundo, Minggu (3/6/2012), juara dunia dua tahun belakangan Sebastian Vettel ternyata ‘hanya’ digaji 10 juta euro oleh Red Bull. Bahkan, gaji Vettel ini sama persis dengan yang diperoleh oleh rekan setimnya Mark Webber.

Rekan setim Alonso, Felipe Massa dibayar 10 juta euro. Jumlah tersebut sama dengan yang didapat pembalap Mercedes Nico Rosberg.

Di posisi kedelapan, muncul nama juara dunia tujuh kali Michael Schumacher yang mendapat 8 juta euro per tahun dari timnya Mercedes. Kimi Raikkonen (Lotus) dan Heikki Kovalainen (Caterham) melengkapi posisi 10 besar pembalap F1 bergaji tertinggi dengan masing-masing memperoleh 5 dan 4 juta euro.

1. Fernando Alonso Ferrari €30m
2. Lewis Hamilton McLaren-Mercedes €16m
= Jenson Button McLaren-Mercedes €16m
4. Sebastian Vettel Red Bull Racing €10m
= Mark Webber Red Bull Racing €10m
= Felipe Massa Ferrari €10m
= Nico Rosberg Mercedes €10m
8. Michael Schumacher Mercedes €8m
9. Kimi Raikkonen Lotus F1 Team €5m
10. Heikki Kovalainen Caterham F1 Team €4m
11. Timo Glock Marussia F1 Team €3m
12. Kamui Kobayashi Sauber €1m
= Romain Grosjean Lotus F1 Team €1m
14. Nico Hulkenberg Force India F1 €500,000
= Sergio Perez Sauber €500,000
= Vitaly Petrov Caterham F1 Team €500,000
= Pedro de la Rosa HRT €500,000
18. Pastor Maldonado Williams €400,000
= Daniel Ricciardo Scuderia Toro Rosso €400,000
= Jean-Eric Vergne Scuderia Toro Rosso €400,000
21. Bruno Senna Williams €250,000
= Narain Karthikeyan HRT €250,000
23. Paul di Resta Force India F1 €200,000
24. Charles Pic Marussia €150,000


http://sports.okezone.com/read/2012/06/03/37/640614/berikut-ini-gaji-para-pembalap-f1

Budaya Malu Pejabat

Budaya Malu Pejabat


Tidak seperti Jepang, para pejabat di Indonesia hingga kini belum ada yang mencontohkan diri mundur karena merasa gagal atau diduga terjerat kasus korupsi. Kamikaze bagi orang Jepang adalah kehormatan bagi para elite politik yang merasa dirinya gagal memimpin suatu departemen.

Namun, hal itu jauh jika melihat apa yang terjadi di Tanah Air. Budaya mundur di negeri ini dirasakan masih tabu. Mundur sama dengan lari dari tanggung jawab atau justru merasa bersalah. Pengamat Politik Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, sebenarnya budaya mengundurkan diri bisa dilihat dari sisi positif dan negatif.

Kalau kita lihat yang terjadi di Jepang dan negara Eropa, mengundurkan diri itu dilihat hal yang positif. Mereka merasa tidak mampu untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas.

Sementara kata Yunarto, budaya politik di Indonesia, pengunduran diri belum menjadi kebiasaan. Sebenarnya budaya politik Indonesia belum menjadi kebiasaan, ini bicara budaya malu dan etika politik. Biasanya pejabat negeri ini lebih memilih pemecatan dibandingkan pengunduran diri.

Sementara itu, pengamat Politik LIPI Siti Zuhro mengatakan, seorang pejabat negara yang diduga terlibat kasus hukum sudah sepatutnya mengundurkan diri dari jabatannya. Hal itu kata Zuhro, merupakan budaya yang seharusnya digerakkan, yakni budaya malu dengan mundur bila terlibat kasus hukum.

Para pejabat di negeri ini terlalu pede atau bahasa sekarangnya terlalu narsis dengan kemampuan dirinya dalam mengatasi suatu masalah. Meski agak kasar kalau dibilang sudah tidak punya malu, tapi faktanya, memang banyak para pejabat, jangankan yang diduga terlibat kasus hukum, yang sudah terpidana pun, masih bisa tersenyum lebar bahkan diambil sumpahnya untuk memimpin suatu wilayah.

Kalau dalam kehidupan sehari-hari ada satu golongan yang memang tidak punya malu, yakni orang sakit jiwa alias gila. Tapi, yakin kalau pejabat negeri ini tidak masuk dalam golongan itu meski sama-sama tidak punya malu. Atau malah orang-orang seperti itu yang lebih dihormati kalau memang negara ini sudah "sakit jiwa".

Ahmad Dani


http://suar.okezone.com/read/2012/06/01/59/639703/budaya-malu-pejabat-negeri