Antibiotik Tak Sembuhkan Batuk

Antibiotik Tak Sembuhkan Batuk


Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa anak-anak yang mengalami batuk akibat demam biasa seharusnya tidak diberi antibiotik. Meskipun antibiotik tidak efektif melawan batuk, para ilmuwan Italia mengatakan banyak anak yang diberi resep antibiotik saat batuk. Pemberian resep antibiotik secara berlebihan ini terjadi juga di Amerika Serikat.

Temuan ini dipresentasikan pada Senin lalu, 22 Oktober 2012, di American College of Chest Physicians (ACCP), yang merupakan pertemuan tahunan, di Atlanta. “Berdasarkan pengalaman kami, antibiotik kerap diresepkan para dokter umum untuk mengatasi batuk pada anak-anak. Sebagian besar untuk menenangkan orang tuanya,” ujar ketua peneliti dari Clinic Center Private Hospital di Naples, Italia, Dr. Francesco de Blasio, seperti dikutip situs Health Day 24 Oktober 2012.

“Padahal, antibiotik kurang efektif mengatasi batuk akibat demam dan sakit kepala,” ujar dia.

Menurut de Blasio, tidak sulit memahami mengapa terjadi pemberian resep itu terjadi. “Para orang tua tak bisa melihat anaknya menderita. Tetapi menggunakan antibiotik tidak selalu menjawab persoalan,” ujar Dr. Darcy Marciniuk, presiden ACCP terpilih dalam siaran persnya.

“Tergantung dari penyebab batuknya. Para dokter bisa merekomendasikan pengobatan terbaik bagi seorang anak, dalam beberapa kasus, kemungkinan malah tak perlu pengobatan sama sekali,” katanya.

Penelitian ini melibatkan 305 anak-anak yang diobati dokter anak untuk batuk parah akibat demam biasa. Dari jumlah itu, 89 anak diberi antibiotik maupun obat batuk lain yang bisa mempengaruhi sistem saraf pusat (codeine, cloperastine) atau pengobatan ‘sekeliling’ yang disebut levodropizine. Sementara 44 anak menerima hanya obat anti-batuk. Sedangkan 55 anak lainnya tidak diberi obat apa pun.

Menurut para peneliti, antibiotik bisa membantu pengobatan yang disebabkan infeksi akibat batuk. Tapi penggunaannya tak boleh berlebihan. “Menggunakan antibiotik untuk mengobati batuk tanpa kecurigaan atas terjadinya infeksi adalah tidak bermanfaat dan bahkan bisa berbahaya,” ujar de Blasio.

“Pengulangan atas penggunaan antibiotik, khususnya ketika mereka tidak efektif, bisa menyebabkan reaksi alergi balik atau resistensi terhadap obat,” kata dia.


http://www.tempo.co/read/news/2012/10/26/060437818/Antibiotik-Tak-Sembuhkan-Batuk

Meningkatkan Kesuburan Pria

Meningkatkan Kesuburan Pria


Lelaki dan perempuan masing-masing menyumbang 40 persen penyebab infertilitas. Supaya bisa menyebabkan sang istri hamil, seorang suami membutuhkan setidaknya 40 juta sel sperma setiap ejakulasi. Tapi, seperti dikemukakan di atas, 40 persen pasangan yang belum hamil penyebabnya ialah masalah pada sperma suami.

Penurunan kualitas itu bisa disebabkan oleh banyak kondisi, misalnya kebiasaan bersepeda yang terlalu lama, mengenakan celana dalam terlalu ketat, paparan panas yang terlalu ekstrem terhadap testis, atau karena sering terpapar dengan bahan kimia tertentu. Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk menjaga kesuburan pria sebagaimana dikutip dari laman Times of India. Apa saja?

Diet sehat dan seimbang
Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, E, dan C, selenium, dan zinc bisa meningkatkan fertilitas pria. Zinc, terdapat pada kerang, adalah bahan esensial dalam memproduksi hormon testosteron. Zat ini juga membantu mengelola volume semen dan menjaga sperma dalam keadaan sehat.

Menjaga kebugaran
Indeks massa tubuh kurang dari 20 dapat menyebabkan infertilitas pada pria, sementara indeks massa tubuh di atas 25 dapat mengurangi kuantitas sel sperma hingga 22 persen. Untuk itu, menjaga indeks massa tubuh dalam posisi normal menjadi penting untuk menjaga kesuburan. Meskipun demikian, penting diingat bahwa indeks massa tubuh adalah hanya satu alat ukur status kesehatan seseorang. Diet sehat dan seimbang dipadukan dengan olahraga rutin minimal 30 menit setiap hari sangat membantu mencapai tujuan berat badan yang sehat.

Hindari obat-obatan terlarang dan minuman keras
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan berdampak langsung kepada penurunan kualitas sperma. Untuk itu, sangat penting untuk menghindari hal-hal semacam itu. Sementara merokok bisa merusak DNA sel sperma yang juga dikaitkan dengan kecacatan anak saat lahir.

Hindari suhu panas
Panas adalah salah satu musuh terbesar pada kesehatan sperma. Untuk itu, terlalu sering mandi air panas mesti dihindari. Begitu juga sebisa mungkin hindari mengenakan celana terlalu ketat atau jins. Seperti diketahui, tubuh laki-laki mempunyai alat pendingin yang disebut elastisitas skrotum. Hal ini memungkinkan adanya mekanisme pendinginan untuk testis laki-laki. Tapi, penggunaan celana atau pakaian dalam yang ketat bisa membatasi elastisitas skrotum. Tidak ada lagi ruang untuk mendinginkan suhu pada testis. Untuk itu, jauhilah penggunaan pakaian dalam yang ketat, juga yang terbuat dari bahan sintetis.


http://www.tempo.co/read/news/2012/10/26/060437913/Cara-Meningkatkan-Kesuburan-Pria

Idul Adha Bisa Atasi Kemiskinan

Idul Adha Bisa Atasi Kemiskinan


Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Drajat Wibowo, mengatakan, Hari Raya Idul Adha sebaiknya dijadikan momentum untuk memberantas kemiskinan di Indonesia.

Dia katakan, pemberantasan kemiskinan bukan hanya tugas pemerintah semata. Tapi tugas kita semua dengan cara berbagi dengan sesama umat.

"Dengan berkurban, sama artinya berbagi. Bila umat Islam dan umat agama lain di Indonesia mau berbagi dengan sesama, maka kemiskinan hilang. Jadi pemberantasan kemiskinan bukan hanya tugas pemerintah, tapi tugas semua umat. Momen yang tepat adalah Idul Adha," kata Drajat.

Ia menyebutkan, jumlah orang yang masuk kategori miskin di Indonesia mencapai 6o juta jiwa lebih. "Berbagi itu tidak hanya saat Idul Adha saja, tapi dilakukan secara terus menerus. Dengan demikian kemiskinan di Indonesia bisa diatasi," ungkap Drajat.

Selain itu, kata Drajat yang baru saja menjadi khatib Shalat Idul Adha di Tugu Pahlawan Surabaya itu, menambahkan, makna yang bisa diambil dari Idul Adha adalah Istiqomah dan ikhlas. "Kalau mau bersih dalam tata kelola bernegara, memang banyak godaannya.

Tapi kita harus istiqomah dan ikhlas, Misalnya istiqomah mengungkap kasus Century, kasus Hambalang. Ikhlas dalam melaksanakan tugas dan kewajiban," kata dia. 


http://www.antaranews.com/berita/340667/idul-adha-bisa-atasi-kemiskinan

Kepik Tanpa Kepala

Kepik Tanpa Kepala


Kalau tokoh film Hollywood "Sleepy Hollow" adalah orang tanpa kepala menunggang kuda, maka di Montana Amerika Serikat ada kepik tanpa kepala.

Serangga temuan baru ini menyembunyikan kepalanya ke tenggorokan. Temuan ini berarti spesies dan genus baru.

Ross Winton menangkap serangga ini pada tahun 2009 di perangkap yang dia buat di gundukan pasir saat masih menjadi mahasiswa di Montana State University.

Winton, yang kini teknisi untuk kehidupan alam bebas di Idaho, pertama kali menganggap temuannya adalah semut. Namun, dia  kemudian mendapati bahwa serangga tersebut bisa menyembunyikan kepalanya, seperti kura-kura yang bisa menyembunyikan kepalanya ke dalam cangkangnya.

Winton mengirimkan penemuannya ke ilmuwan di Australia yang bekerja meneliti kelompok serangga dan kepik tanpa kepala  dan selanjutnya temuannya  resmi dideskripsikan dalam isu terbaru jurnal Systemic Entomology.

Dua spesimen serangga coklat, kepik kepala berukuran pin, yang juga dikenal sebagai kepik beetle, pernah dikumpulkan, jantan di Montana dan betina di Idaho, kata ilmuwan, membuatnya spesies paling aneh di Amerika Serikat.

Seperti dilansir oleh Reuters. entomologis secara sejarah menggunakan jantan untuk menjelaskan spesies serangga sehingga penghargaan diberikan kepada Winton.

Bagaimanapun juga, spesies baru bernama  Allenius iviei itu menggunakan nama mantan profesor dan entomologis dari Montana State University, Michael Ivie.

Serangga ini, dengan nama usul umum 'Kepik milik Winston' memangsa kutu daun dan hama tanaman lainnya.

Ivie mengatakan jarang menemukan serangga baru di Amerika Serikat dan lebih jarang lagi menemukan genus baru. Penemuan ini bukan pencapaian yang kecil dilihat dari ukuran dan warnanya yang seperti pasir, dia menambahkan.

Dia mengatakan belum diketahui kenapa serangga ini memasukkan kepadalanya ke sebuah pembuluh di tubuh bagian tengah.

"Ini jenis serangga yang baru. Apapun ini, ini sangat spesial. Ini binatang liar yang sangat menarik," katanya.


http://www.antaranews.com/berita/340586/kepik-tanpa-kepala-benar-benar-nyata

Dokter Anak Kunci Sukses Imunisasi Nasional

Dokter Anak Kunci Sukses Imunisasi Nasional


Pakar vaksin dr. Novilia S. Bachtiar, Kepala Divisi Surveilans PT Bio Farma (Persero), mengharapkan para dokter anak paham soal vaksin karena mereka sangat diperlukan saat menyampaikan informasi secara benar soal vaksin dan vaksinasi kepada masyarakat.

Dr. Novalia Bachtiar menyampaikan harapannya itu saat mewakili Bio Farma sebagai narasumber seputar vaksinasi dalam kegiatan pertemuan dengan ahli (Meet The Expert) Pekan Tahunan Ilmiah Ikatan Dokter Anak Indonesia (PTI IDAI) 2012 di Bandung pekan lalu.

Para dokter anak sebagai pengguna produk vaksin, kata Novalia, merupakan garda terdepan Pemerintah yang berhubungan langsung dengan masyarakat dan merupakan kunci sukses program imunisasi nasional.

"Ada beberapa hal penting perlu diperhatikan bahwa anak-anak mengisi 30 persen dari jumlah populasi di dunia," katanya.

Menurut Novalia, walau populasi anak-anak hanya 30 persen, tetapi masa depan bangsa saat ini 100 persen berada di tangan mereka. Dengan demikian, semua pihak harus berusaha sebaik mungkin memberikan yang terbaik untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik bagi mereka.

"Masyarakat tidak perlu ragu akan keamanan dan manfaat imunisasi. Saat ini, 194 negara di melaksanakan imunisasi. Bahkan, negara-negara dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi masih terus melaksanakan program imunisasi, termasuk negara-negara berpenduduk mayoritas Islam," kata Novilia.

Sementara itu, berbicara dalam forum yang sama pekan lalu, Dr. Soedjatmiko dalam kapasitas sebagai Wakil Ketua Satgas Imunisasi mengemukakan, selama ini terdapat informasi menyesatkan seputar vaksinasi di masyarakat. Beberapa kelompok masyarakat menggunakan isu vaksin dan vaksinasi untuk meningkatkan kepentingan bisnis pribadi.

Isu negatif penolakan vaksin ini menjadi kecenderungan topik di dunia maya, khususnya media sosial seperti Twitter, Facebook, milis, dan blog.

"Oleh karena itu perlu dijelaskan terhadap pemikiran yang keliru tersebut," kata Soedjatmoko, agar kejadian atau kematian penyakit infeksi berat dapat dicegah dan ditekan melalui imunisasi.

Berdasarkan data terakhir WHO, sampai saat ini angka kematian Balita akibat penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih tinggi, terdapat kematian Balita 1,4 juta jiwa per tahun, misalnya batuk rejan 294.000 (20 persen), tetanus 198.000 (14 persen), campak 540.000 (38 persen).

Mengutip UNICEF, Soedjatmoko mengatakan, ada sekitar 30.000-40.000 anak setiap tahun menderita serangan campak. Imunisasi merupakan kewajiban guna memberikan kesejahteraan bagi anak-anak sesuai dengan hak anak yang tercantum dalam Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia tahun 1990, yaitu hak untuk dilindungi.

"Vaksin yang tersedia saat ini aman karena telah melalui tahapan uji klinik, dan mendapat ijin edar BPOM. Vaksin yang dipakai oleh program imunisasi juga telah memperoleh pengakuan dari Badan International WHO dan lolos PQ (prakualifikasi)," kata dr Soedjatmiko.

Ditambahkannya, ada beberapa pemikiran keliru mengenai imunisasi di masyarakat. Pemikiran yang sering muncul antara lain isu vaksin tidak halal karena menggunakan media yang tidak sesuai syariat, efek samping berbahaya, isu konspirasi negara Barat untuk meracuni penduduk negara berkembang serta adanya bisnis besar di balik program imunisasi.

Dari sisi pandangan agama, sebagaimana disampaikan Dr. Amirsyah dari MUI, vaksin-vaksin yang dipergunakan dalam program imunisasi nasional aman dan telah mendapat izin dari MUI. Vaksin tersebut buatan Bio Farma dan telah diekspor ke beberapa negara-Islam.

Masyarakat sebaiknya lebih waspada terhadap berbagai isu yang muncul dan jangan mudah mempercayai hal-hal yang tidak jelas dan tidak ilmiah. Untuk itu, perlu adanya jalinan kerjasama dengan berbagai sektor terkait guna mendidik masyarakat dalam hal imunisasi, demikian Amirsyah. 


http://www.antaranews.com/berita/340141/dokter-anak-kunci-sukses-imunisasi-nasional

Menteri Olahraga Polandia Mundur Karena Stadion Banjir

Menteri Olahraga Polandia Mundur Karena Stadion Banjir


Menteri Olahraga Polandia Joanna Mucha mengajukan surat pengunduran diri kepada Perdana Menteri Polandia Donald Tusk, kata jurubicara pemerintah Polandia Pawel Gras pada Selasa.

Hal tersebut dilakukan di tengah perselisihan atas pertandingan kualifikasi Piala Dunia antara kesebelasan Polandia melawan tim Inggris yang ditunda akibat hujan deras dan lapangan banjir.

"Menteri Mucha menyerahkan sendiri surat pengunduran dirinya kepada Perdana Menteri Donald Tusk pada Senin (22/10)," kata Gras dalam jejaring sosial Twitter, setelah spekulasi mengenai pengunduran dirinya semakin meningkat.

Gras mengatakan keputusan itu diambil setelah laporan yang dinantikan pada Rabu terhadap inspeksi resmi atas operasi di Badan Olahraga Nasional Polandia yang merupakan divisi dari Kementerian Olahraga.

Lembaga tersebut mengelola Stadion Kazimierz Gorski yang menjadi arena andalan di jantung ibu kota Warasawa.

Pada Selasa pekan lalu, stadion tersebut menurut rencana dijadikan tempat pertandingan kelas atas bagi Polandia dalam kualifikasi Piala Dunia 2014 di Brazil.

Namun pertandingan itu ditangguhkan setelah wasit menyatakan bahwa hujan lebat membuat lapangan tidak bisa digunakan bagi pertandingan dan diundur ke hari berikutnya dengan hasil pertandingan Polandia bermain imbang 1-1 melawan Inggris.

Stadion yang berkapasitas 58 ribu orang itu dibangun bagi kejuaraan Sepak Bola Eropa (Euro) 2012 dimana Polandia menjadi tuan rumah pada Juni lalu bersama dengan negara tetangga Ukraina.

Para penggemar, pakar dan pemerintah mempertanyakan alasan atap stadion kebanggaan yang bisa ditarik itu, tidak ditutup menjelang pertandingan.

Asosiasi sepak bola Polandia dan pengelola stadion saling melempar kesalahan serta sejumlah kritik juga menyatakan pemantau pertandingan dari Badan Sepak Bola Dunia, FIFA, gagal melakukan tugasnya.

Mucha, mantan pakar ekonomi yang menjadi menteri tersebut, saat ini berumur 36 tahun, diangkat menjadi menteri dari bangku parlemen di kabinet setelah koalisi politik Perdana Menteri Tusk memenangkan masa jabatan kedua pada putaran kedua pemilihan umum pada 2011.

Mucha terlihat seperti pengelola yang amatir dalam dunia olahraga Polandia yang didominasi oleh pria.

Selain perseteruan yang terjadi mengenai stadion, dia juga terkenal atas serangkaian kecerobohan serta penangguhan sementara saat menjadi tuan rumah kejuaraan Eropa itu.

Sementara itu, Perdana Menteri Tusk yang juga "gila bola", mendapati poling rating politisnya merosot akibat sejumlah kritik yang diberikan kepada para menterinya, demikian AFP.


http://www.antaranews.com/berita/340356/menteri-olahraga-polandia-mundur-akibat-stadion-banjir

E-Learning Sebagai Media Belajar

E-Learning Sebagai Media Belajar


Tidak semua elemen masyarakat yang tahu apa itu E-Learning. Istilah ini memang masih terdengar asing di beberapa kalangan termasuk dalam dunia pendidikan. E-learning atau Electronic Learning adalah sebuah metode untuk melakukan studi yang melingkupi semua bentuk dari belajar dan mengajar dengan menggunakan peralatan elektronik. Metode ini dinilai sebagai suatu terobosan baru di dunia pendidikan yang modern. Proses dari E-Learning sendiri telah menarik perhatian dan ketertarikan dari beberapa negara di seluruh dunia. Walaupun masih terdapat beberapa pro dan kontra terkait dengan efisiensi penggunaan metode E-Learning sebagian besar orang menganggap metode ini akan memberikan manfaat yang besar bagi dunia pendidikan.

Di Indonesia sendiri memang belum banyak orang maupun instansi pendidikan yang menggunakan E-Learning dalam kegiatan pembelajarannya. Namun beberapa analis dan kita sendiri tentunya cukup yakin bahwa E-Learning akan berkembang dengan pesat dan tidak menutup kemungkinan suatu saat semua kegiatan belajar mengajar akan berbasis pada E-Learning. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah E-Learning mulai diterapkan terutama untuk sekolah-sekolah yang sedang merintis taraf internasional atau bagi SSN (Sekolah Standar Nasional) sekalipun. Pemerintah telah menghimbau melalui beberapa media agar sekolah-sekolah menerapkan sistem E-Learning, mengingat sistem ini memiliki jangkauan yang lebih luas daripada cara manual. Siswa dan guru dapat saling berinteraksi meski dalam jarak yang berjauhan. Jangkauan kuantitas interaksi pun semakin banyak. Jika pada metode face to face guru hanya dapat berinteraksi dengan 20-35 siswa, E-Learning dapat membantu mempertemukannya dengan ratusan siswa di sekolah tersebut bahkan lintas sekolah se-nasional sekali pun. Alasan inilah yang menjadikan E-Learning dirasa begitu penting.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, sudah siapkah para guru membuat produk pembelajaran berbasis E-Learning? Bagi para guru muda, mungkin ini bukan menjadi penghalang. Mereka yang rata-rata sedikit lebih hi-tech daripada guru senior, dan masih memiliki semangat besar dalam menekuni sesuatu, pasti merasa bahwa E-Learning memang bukan metode pembelajaran yang memusingkan. Bagaimana dengan guru senior yang latar belakang di usia mudanya jarang menyentuh teknologi informasi? Tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak guru-guru senior utamanya yang belum bisa mengakses internet, atau bahkan mengoperasikan komputer. Toh, E-Learning tidak hanya diperuntukkan untuk guru muda saja, tetapi untuk benar-benar menciptakan sistem pembelajaran ini seluruh guru wajib menggunakan E-Learning. Adanya pelatihan komputer di beberapa sekolah merupakan upaya yang sangat baik dalam menetaskan angka buta komputer di kalangan guru. Mengapa E-Learning begitu ditekankan kepada guru, bukan kepada siswanya? Sebenarnya, permasalahan utama saat ini memang ada pada guru, karena merekalah para pembuat produk E-Learning, sementara siswa hanya sebagai subjek yang menjalankan saja. Tetapi bukan berarti siswa tidak lepas dari tanggungjawab E-Learning ini. Namun, rata-rata siswa di zaman modern ini telah menguasai komputer, sehingga tidak terlalu masalah baginya ketika menjalani sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi.

Jadi, bagaimana membuat produk E-Learning bagi para guru senior? Jika guru tersebut memang benar-benar tidak bisa mengoperasikan komputer sedikit pun, langkah pertama dari pihak sekolah atau pribadi adalah mengikuti kursus komputer. Minimal memahami akses internet serta menguasai Microsoft Word, Power Point, dan  Excel. Usahakan sampai guru tersebut setidaknya dapat membuat sebuah presentasi sederhana di Power Point yang layak untuk ditayangkan kepada siswa. Sampai pada tahap ini, metode E-Learning sesungguhnya sudah mulai tercipta, namun E-Learning ini masih sangat sederhana. Cara seperti ini awalnya mungkin akan menarik perhatian siswa, tetapi jika seperti ini saja tanpa ada modifikasi, siswa akan merasa jenuh karena tampilan serta gaya pembelajaran yang begitu-begitu saja. Lalu, apa langkahnya?

Terdapat begitu banyak situs-situs di internet yang membahas mengenai E-Learning yang disertai dengan tutorial dalam mengaplikasikannya. Tinggal di download saja terus mengikuti petunjuknya. Namun, jika masih merasa bingung, tinggal bertanya saja kepada ahlinya, dalam hal ini adalah guru TIK. Jadi, sudah siapkah Anda memanfaatkan E-Learning sebagai media belajar?


http://citizennews.suaramerdeka.com/index.php?option=com_content&task=view&id=1672

Lukisan dari Gagang Pintu

Lukisan dari Gagang Pintu


Biasanya lukisan itu dilukis dengan menggunakan cat air dan kuas. Tapi David Goldberg mempunyai ide kreatif yang luar biasa dengan membuat lukisan dari gagang pintu, kawan. What? Yup, Pemilik toko benama Bethesda di Maryland ini memakai lebih dari 1.250 gagang pintu untuk membuat replika lukisan “Starry Night”.

David Goldberg memerlukan waktu selama empat bulan untuk menyelesaikan tulisannya. Dia memanfaatkan gagang pintu berwarna emas cerah membentuk menara, kristal bening untuk awan sedangkan kuningan tebal untuk bulan. Nah, biar nggak cepat berkarat David melapisi gagang-gagang pintu dengan cairan anti karat.

Lukisan tersebut sengaja dipajang di dinding luar toko agar menarik perhatian orang yang lewat. Nggak hanya sampai disitu, pemerintah setempat juga sengaja meletakkan bangku di depan lukisan itu agar orang bisa menikmatinya. Wow!

Lukisan “Starry Night” sendiri adalah karya seni terkenal dari Van Gogh. Ternyata “Starry Night” sudah berulang kali dibuat direplikanya dengan bermacam-macam cara unik, mulai dari menggunakan lego, bumbu dapur, pewarna makanan bahkan daging lho. Dan sekarang David Goldberg menambah keunikannya dengan gagang pintu. Hihihi…benar-benar unik ya!


http://remaja.suaramerdeka.com/2012/10/25/unik-ada-lukisan-terbuat-dari-ribuan-gagang-pintu/

Wanita Tertua di Dunia Meninggal di Usia 132 Tahun

Wanita Tertua di Dunia Meninggal di Usia 132 Tahun


Seorang nenek yang disebut-sebut sebagai orang tertua di dunia meninggal di desa pegunungan terpencil Sachino, Georgia, Kamis (4/10).

Antisa Khvichava meninggal di usia 132 tahun dan 91 hari. Antisa lahir pada 8 Juli 1880, meskipun ia tidak pernah secara resmi diakui sebagai orang tertua di dunia karena tidak bisa menunjukkan akte kelahiran yang asli.

Di masa terakhir hidupnya, ia tinggal dengan cucunya yang berusia 40 tahun di sebuah rumah sederhana di Sachino, Georgia. Jika dia memang setua yang dia akui, Antisa Khvichava merupakan orang paling tua dalam sejarah.

Akte kelahiran dan paspor Antisa menyatakan bahwa wanita tersebut lahir pada 8 Juli 1880. Ia memiliki 12 cucu dan 18 cicit. Di usia 85 tahun pada 1965, Khvichava pensiun dari profesinya sebagai petani teh dan jagung. Khvichava mengaku, rahasia panjang umurnya terletak pada kebiasaan meminum brandy setiap hari.

Guinness World Records mencatat orang tertua di dunia adalah Besse Cooper dari Monroe, Georgia yang berusia 116 tahun. Besse lahir di Tennessee pada 1896. Namun orang tertua sepenuhnya dikonfirmasi oleh Guinness adalah wanita Perancis Jeanne Calment, yang hidup sampai 122 tahun dan 164 hari sebelum meninggal pada bulan Agustus 1997 di sebuah panti jompo di Arles.


http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/10/25/133715/Wanita-Tertua-di-Dunia-Meninggal-di-Usia-132-Tahun

Yogyakarta Ikut Andil Bangun Karakter Indonesia

Yogyakarta Ikut Andil Bangun Karakter Indonesia


Mengawali pekan seni dan budaya dalam rangka dies ke-63 UGM, Rektor Prof Dr Pratikno MSocSc menyampaikan pidato kebudayaan UGM untuk Yogyakarta. Pidato kebudayaan yang berlangsung di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasumantri UGM itu berlangsung meriah.

Di hadapan para seniman, budayawan dan akademisi, rektor mengatakan UGM untuk Yogyakarta menegaskan bentuk pengabdian, kecintaan, dedikasi dan kesetiaan UGM untuk Yogyakarta. Yogyakarta bukan sebagai ruang spasial dalam peta geografi, namun Yogyakarta sebagai konsep abstrak yang menggambarkan nilai budaya, nilai perjuangan, cara berpikir, cara hidup dn bergaul.

"Kebudayaan Yogyakarta dalam ke-Indonesiaan telah menginspirasi pendirian dan pengisian kemerdekaan Indonesia. Bahkan ketika embrio Indonesia dilahirkan hampir secara paksa oleh para founding fathers, Yogyakarta menjadi salah satu pengasuh setianya dan Yogyakarta melindungi Indonesia baru dengan menjadi ibu kotanya serta menjadi pelindung para pemimpinnya," ujarnya.

Yogyakarta, kata rektor, turut andil membangun karakter Indonesia yang baru, sebab di kota itulah putra-putri dari seluruh nusantara dipersatukan, belajar bersama, hidup dalam masyarakat. Di kota itu pula wong Jowo, wong Sumantrah, wong Sebrang dipersatukan dan di-Indonesia-kan.

Meski begitu, Yogyakarta tidak men-Yogya-kan wong Sebrang dan wong Sumantrah, namun Yogya yang meng-Indonesia-kan para tamunya. Dalam kekinian, Yogyakarta dengan suka cita meleburkan dirinya dan tidak lagi mengenal konsep Sumantrah atau Sebrang. "Yang ada adalah ke-Indonesia-annya," katanya.

Rektor merasakan UGM yang lahir dalam semangat ke-Indonesiaan, telah dibesarkan oleh Yogyakarta dan menyerahkan UGM untuk Indonesia. 13 pemimpin UGM menjadi contoh ilustrasi kecil bagaimana Yogya bukan saja membiarkan, namun juga mendukungnya.


http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2012/10/25/133733/Yogyakarta-Ikut-Andil-Bangun-Karakter-Indonesia-Baru

Stop Edanisme dalam Pendidikan Kita

Stop Edanisme dalam Pendidikan Kita


Edanisme dapat dimaknai sebagai paham yang menempatkan manusia pada posisi tidak memiliki lagi apa yang dinamakan cipta, rasa, dan karsa. Seorang pujangga Jawa, R. Ronggowarsito menulis ramalannya sejak lama. Dijelaskan bahwa manusia akan mengalami suatu masa yang disebut jaman edan, dimana akal nurani tidak berjalan, karena senantiasa diselimuti hawa nafsu duniawi, dan sebaliknya jika tidak mengikuti jaman, akan “mati kelaparan” tergilas oleh manusia lainnya yang serakah. Kunci untuk mengatasi hal tersebut ialah selalu ingat dan tawakal kepada Tuhan, serta waspada menghadapi setiap tantangan. Jaman edan sudah merambah kemana-mana dan berusaha untuk mempengaruhi siapa saja. Maka suka atau tidak suka, mau tidak mau, dan rela tidak rela, masyarakat dunia dilanda edanisme. Opini ini terinspirasi dari liputan dan laporan VOA tanggal 4 Oktober 2012 berjudul Sekolah Virtual di AS Dapat Reaksi Negatif   dan tanggal 6 Oktober 2012 berjudul Kemampuan Mengajar Guru di AS Dinilai dari Hasil Ujian Murid dimana dari pengalaman selama ini, kedua judul ini memiliki makna yang berlawanan, yakni pengaruh dunia maya dengan prestasi siswa.

Keberadaan pemimpin kita, keberadaan kita, anak cucu kita, terlalu bersemangat menyambut globalisasi yang dimotori oleh pesatnya perkembangan komunikasi dan informasi. Dampaknya adalah, sebagian generasi kita mengalami “kebangkrutan”.

Ternyata bukan hanya pengusaha yang bangkrut, tetapi pemimpin, penghibur, pengawas, semua kita bangkrut. Lebih-lebih yang memahami globalisasi, komunikasi dan informasi sebagai keharusan, bukan alternatif. Yang menelan mentah-mentah semua pengaruh yang datang dari dalam dan dari luar. Dibaca, diterima, difahami dan dipraktikkan apa adanya, tanpa ada pertimbangan. Kalaupun ada saringan, bentuknya hanya berupa himbauan sementara, teguran ringan atau peringatan berhati-hati. Padahal semua itu tak sebanding dengan derasnya pengaruh asing yang menggerogoti moral dan akhlak tanpa pandang bulu. Kebangkrutan semakin menjadi-jadi.

Dalam kaca mata moral, bangkrut identik dengan jiwa yang kosong, hampa dan tidak bermakna sama sekali, tidak memperoleh apa-apa. Dari kaca mata jati diri, bangkrut berarti hilangnya kejujuran dan kesungguhan, sehingga apa yang dia perbuat bukan hanya tidak bermanfaat tetapi juga bisa merugikan banyak pihak.

Diakibatkan pemahaman dan penafsiran yang keliru terhadap kemajuan global, maka edanisme yang melanda generasi kita diwujudkan dan diimplementasikan dengan keliru juga. Sesungguhnya dia tahu apa yang dia gunakan, dia tahu keuntungan dan kerugian akibat dari perbuatannya, tetapi kebanyakan tidak mau menghindar dari perbuatan keliru itu dengan alasan ingin mencoba, takut dikatakan ketinggalan zaman dan aneka alasan lainnya. Maka disinilah edanisme itu mendominasi kehidupan, dalam segala sektor.

Selain itu, edanisme timbul karena masih dangkalnya pemahaman terhadap arti dan makna sebenarnya dari perubahan dan kemajuan. Benar kalau mau maju harus berubah, namun sayangnya perubahan banyak yang tidak mengarah kepada kemajuan. Kita yakin bahwa generasi kita akan berubah, generasi kita akan maju, tetapi tugas semua pihak untuk menempatkan mereka pada posisi perubahan dan kemajuan yang tepat. Yang membekali mereka dengan satu keyakinan bahwa bangsa, negara dan agama di masa depan adalah tanggung jawab mereka.

Edanisme bukan hanya perbuatan dan ulah, bukan pula sifat dan tradisi, tetapi edanisme merupakan dadakan dari sebuah desakan yang sarat dengan prestise dan kegombalan zaman. Mereka terbius oleh hiruk pikuk dan warna-warni kehidupan yang membuat mereka lupa eksistensinya, lupa diri. Mereka sebenarnya dapat membedakan antara minum air putih yang menyehatkan dengan minuman keras yang memabukkan, tetapi sebagian besar mereka meminum kedua-duanya. Mereka sebenarnya tahu perbedaan antara panggilan untuk beribadah dengan suara musik jaz yang menghibur dan bersuka ria, tetapi mereka justru keliru dalam memilih mana yang harus didahulukan. Mereka tahu perbedaan antara hubungan sosial dengan tawuran, tetapi ketika harus mempertahankan gengsi dan kesombongan, maka dengan alasan setia kawan merka menjatuhkan pilihan pada perbuatan yang menyakiti, menyusahkan dan merepotkan orang lain.

Kalaupun ada yang menganggap bahwa edanisme adalah sebuah kreatifitas dan mode, namun sebagian besar lainnya menganggap itu sebagai kekosongan hati yang membawa dampak pada perubahan prilaku. Selanjutnya, sebagian mereka memperagakannya dengan prilaku bego, prilaku menyimpang, prilaku asal-asalan, prilaku yang hampa tanpa makna.  Memang ada yang melakukannya sebagai ikut-ikutan dan bersifat sementara, tetapi bahaya yang ditimbulkan sangat fatal dan permanen, bukan hanya berupa kurangnya kontrol diri  dan menipisnya rasa menghargai orang lain, tetapi juga menipisnya rasa kekeluargaan yang tidak sedikit menimbulkan perpecahan, perkelahian massal dan bahkan kesewenang-wenangan.

Edanisme telah mencoreng dunia pendidikan. Menipisnya rasa kasih sayang dan berkurangnya rasa menghargai merupakan kristalisasi dari kehidupan yang tak terkontrol. Maka persiapan generasi sebagai pemimpin masa depan melalui pendidikan harus mendapatkan perhatian serius, sehingga generasi yang lahir berikutnya adalah generasi yang tangguh ilmu dan imannya. Bukan mencetak generasi beo, generasi tanpa arah, generasi pemabuk, generasi yang kejam, generasi materialistik dan bukan pula mencetak generasi yang mimpi di dunia maya, tanpa belajar, tanpa kreatifitas dan tanpa inisiatif.

Generasi pintar banyak, generasi kreatif lumayan, generasi yang bermoral juga tidak sedikit. Generasi membeo juga jumlahnya bejibun, tetapi generasi tangguh yang kokoh ilmunya dan kuat imannya inilah yang sangat kurang. Penyebabnya adalah sebagian masih mengukur kehidupan dengan materi sehingga runtuhlah rasa kasih sayang, ambruklah rasa saling menghargai dan hancurlah rasa kekeluargaan.

Keadaan generasi di dunia maya dewasa ini hampir semuanya diukur dengan materi. Bahkan seringkali di dunia pendidikan, kita sering mendidik generasi dengan uang dan materi. Kalau para pendahulu kita mendidik dengan akhlak, misalnya kalau malas maka diberi hukuman, kalau bodoh dihukum, melanggar peraturan dihukum, sehingga mereka mampu mencetak manusia-manusia yang bertanggung jawab. Generasi terdahulu berprinsip bahwa kehidupan adalah belajar, berbuat, berusaha, hidup sederhana, rendah hati, selalu bersyukur, bersabar, ulet dan tekun. Sifat mulia yang kini sudah menjadi langka akibat pengaruh globalisasi. Edanisme telah menyulap semua peradaban dan kebudayaan baik yang sesuai dengan moral maupun yang bertentangan dengan kemanusiaan menjadi dianggap layak dan bebas dikembangkan. Jadilah generasi bebas yang tidak lagi percaya kepada norma,  parahnya lagi kebebasan itu diaplikasikan dengan sebebas-bebasnya, nyaris tanpa batas.

Salah satu implementasi dari edanisme adalah berkembangnya “budaya” pendidikan yang tidak sesuai dengan keluhuran budaya, yakni nyontek. Kebiasaan yang satu ini munculnya memang sudah lama, tetapi menjadi trend bersamaan dengan dinaikkan standar nilai kelulusan siswa. Pada tahun-tahun awal penerapannya, banyak pihak sekolah yang benar-benar kebakaran jenggot karena banyaknya siswa yang tidak lulus, bahkan banyak diantaranya yang tidak lulus seratus persen. Ketika kelulusan masih dominan diukur “terpusat” yakni UN disamaratakan di semua daerah, padahal fasilitas penunjang pendidikan di tiap daerah tidak sama. Pihak sekolah tidak diberikan kekuasaan untuk distribusi nilai, terutama bagi pelajaran yang diujinasionalkan. Kelulusan tidak diukur berdasarkan kemampuan mengajar guru dan kemampuan berpikir siswa, yang semestinya disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

Belajar dari pengalaman itu, beberapa pola dan metode dirubah sesuai dengan strategi masing-masing sekolah. Ada yang memberikan remedial atau les selama 6 bulan penuh dan bahkan ada yang mengkarantina siswanya menjelang ujian. Nampaknya Ujian Nasional begitu disakralkan yang malah membuat kejiwaan siswa tertekan. Siswa terpaksa dipacu memenuhi standar yang telah ditentukan pemerintah. Hasilnya, pada tahun kedua ada sedikit peningkatan tingkat kelulusan siswa, namun jumlah yang tidak lulus tidak dapat dikatakan sedikit.

Ujian Nasional berpotensi menimbulkan dampak negatif seperti penonjolan sisi kognitif pembelajaran dan mengabaikan pembangunan karakter siswa, akibatnya siswa terdidik untuk menonjolkan nilai akademiknya saja sementara sisi kejiwaan tidak ikut terbangun. Dampak buruknya berikutnya adalah pendidikan hanya mencetak orang pintar tanpa nilai-nilai demokrasi, anti korupsi, saling menghormati dan berbagi dengan sesame.

Walaupun tahun-tahun terakhir ini, tingkat kelulusan siswa sungguh luar biasa, dimana UN tahun 2012, siswa SMP yang lulus mencapai 99,22 persen, SMA/MA 99,50 persen dan SMK mencapai 99,7 persen, namun sayangnya, bersamaan dengan itu, budaya edanisme merasuk dalam dunia pendidikan, sehingga kelulusan hanya merupakan kepuasan, bukan lagi sebuah kebanggan.  Berbagai isu negatif bertiup dari berbagai penjuru. Membaca berita di http://www.tempo.co/read/news/2012/05/09/079402804/Menteri-Agung-Jual-Beli-Jawaban-UN-Bohong tanggal 9 Mei 2012 misalnya, bahwa Indonesian Corruption Watch (ICW) mengatakan bahwa praktik jual beli kunci jawaban terjadi secara terstruktur dan massif. ICW mendapat kunci jawaban pelajaran Matematika dengan tingkat kebenaran yang tinggi. Demikian pula informasi yang dihimpun Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyatakan bahwa kasus peredaran kunci jawaban UN terjadi di berbagai tempat. Ada panitia yang membuka soal lalu membuat kunci jawaban dan membagikannya kepada siswa. Ada pula yang pagi-pagi ketika soal ujian tiba, salah seorang guru mengisi soal ujian di rumahnya, kemudian dibagi-bagikan kepada siswa. Dan bahkan ada sekolah yang siswa, pengawas, hingga kepala sekolah bekerjasama berbagi kunci jawaban ujian. Jika demikian halnya, apa yang harus dibanggakan dari kelulusan 100 persen sekalipun.

Edanisme yang diajarkan sejak dini dampaknya sangat besar saat ini. Siswa sepertinya tidak mau bersusah payah menekuni pelajaran. Pulang pergi sekolah – walaupun menjelang ujian – dijadikan sebagai rutinitas biasa. Bagi mereka toh pada akhirnya, kunci jawaban akan memuluskan semuanya. Apakah kita mesti berbangga dengan hasil terbaik yang diperoleh karena kunci jawaban yang dibagikan guru atau yang dibeli dari pihak ketiga? Apakah harus bangga dengan nilai yang seringkali berputar tiga ratus enam puluh derajat dari prestasi siswa yang sesungguhnya. Siswa yang track recordnya pemalas dan kurang pandai bisa saja meraih  ranking satu dalam ujian hanya karena sumbernya lebih terpercaya, dan sebaliknya siswa yang selama duduk di bangku kelas memiliki prestasi yang menonjol justru dalam ujian nilainya pas-pasan dan bahkan banyak yang tidak lulus karena tidak dapat “bocoran”?

Justru kita prihatin dengan keadaan seperti ini. Prihatin karena ranking bukan lagi diukur oleh prestasi dan kemampuan guru mengajar.  Prihatin karena betapa banyaknya kasus sekolah yang diwajibkan menyelenggarakan ujian ulang karena ketahuan melakukan kecurangan. Prihatin karena baik pengawas maupun yang diawasi sudah sama-sama membudayakan “harap maklum” dalam pelaksanaan penentu kelulusan.

Mampukah edanisme dihapuskan dari dunia pendidikan? Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, karena ketidakmungkingan itu sendiri sesungguhnya merupakan kemungkinan.


http://sekdessuntalangu.wordpress.com/2012/10/19/stop-edanisme-dalam-pendidikan-kita/

Blog dalam Dunia Akademik

Blog dalam Dunia Akademik


Betapa internet begitu substansial pada masa kini. Terlebih lagi pada media sosial. Artikel "Lebih Banyak Orang Perlu Menggunakan Media Sosial" yang dilansir VOA Indonesia memberitakan hasil survei konsultan komunikasi Maverick dan London School Public of Relations Jakarta menyatakan bahwa 91 persen wartawan (yang merupakan responden) dependen pada internet dalam menulis berita. Selain itu, tujuh dari sepuluh wartawan butuh internet untuk mendapatkan ide membuat berita.

Kalau wartawan dalam pekerjaannya saja sangat terikat dengan internet, bagaimana dengan aku, yang masih mahasiswa? Tentu saja dalam mengerjakan tugas, sangat butuh internet. Paper dan jurnal ilmiah tak perlu lagi punya dalam bentuk fisik namun tinggal saja unduh dari internet. Nah, tapi ada satu hal yang berbeda dari tugas yang aku dapatkan dari mata kuliah Kebanksentralan beberapa waktu lalu.

Kami diminta menyiapkan bahan diskusi mengenai peran bank sentral sebagai 'market maker of last resort'. Aku pun mencari bahan bacaan sebelum hari-H mata kuliah Kebanksentralan tiba. Yang aku temukan dengan relevansi kuat hanya sebuah postingan blog dan sebuah jurnal ilmiah yang ditulis oleh orang yang sama, Willem Buiter, seorang profesor ekonomi politik Eropa di London School of Economics. Uniknya Buiter menulis postingan di blognya pada tahun 2007, barulah jurnal ilmiahnya  ditulis pada tahun 2012.

Begitu hari matakuliahku tiba, dosenku menuturkan bahwa memang istilah market maker of last resort masihlah sebuah gagasan yang dikeluarkan oleh Buiter. Gagasan yang awalnya ditulis dalam blog pribadinya. Gagasan yang menjadi frontier pembahasan ilmiah kebanksentralan seluruh dunia, yang 'hanya' diutarakan lewat sebuah blog semata. Ini menunjukkan bahwa tulisan dari media sosial mampu menyumbang bahasan baru dalam dunia akademik.

Sering kita temukan topik obrolan pengguna Twitter Indonesia masuk ke dalam trending topics dunia. Ini berarti jumlah pengguna yang sangat banyak, 'kan? Belum lagi pengguna Facebook di Indonesia yang menduduki peringkat empat dunia. Masih dalam berita VoA, dituturkan Enda Nasution menyatakan bahwa pengguna media sosial Indonesia harus didorong untuk lebih menyebarkan informasi dan mengajak orang lebih peduli. Sementara itu, pemimpin redaksi detik.com Budiono Darsono menyarankan agar menggunakan media sosial lebih bermanfaat dan produktif.

Sementara itu, untuk blog di Indonesia, data tahun 2011 di Indonesia mencapai 4 juta blog. Dengan jumlah pengguna dan akun media sosial yang berlimpah di Indonesia, jika menggunakannya lebih produktif, tentu saja manfaat yang akan didapat akan lebih banyak. Tak hanya update status, tapi juga mengeluarkan ide dan cerita, berkampanye hal-hal yang positif, mengajak orang pada kepedulian, dan hal lain dalam microblogging atau blog. Bahkan bisa saja, ide yang dikeluarkan dalam media sosial itu menjadi frontier dalam pembahasan masyarakat.

Kupikir-pikir, pengen juga aku kayak Profesor Buiter, menulis idenya dan jadi bahan bahasan topik di kalangan penggiat ekonomi. Tapi, tahu apalah aku ini... Bisanya cuma cerita jurnal sehari-hari di blog, setidak-tidaknya bermanfaat untuk diri aku sendiri. Yang penting, isi media sosial dengan konten positif kan ya! *Eh emang isi blogku positif yak? Wkwkwk...*

Bagaimana dengan akun-akun media sosialmu?


http://www.sittirasuna.com/2012/10/blog-dalam-dunia-akademik.html

Hargai Pendidikan, Belajarlah dari Malala

Hargai Pendidikan, Belajarlah dari Malala

 
Malala Yousufzai
 
Kenalkah anda dengan nama di atas? Saya tidak akan heran jika anda belum mengenal nama tersebut. Saya pun mungkin tidak akan tahu siapa Malala dan bagaimana kisahnya jika tidak membaca twit dari seseorang yang saya follow di twitter beberapa waktu lalu. Saya lalu mencari tahu lebih banyak tentang Malala melalui mesin pencari di internet, dan menemukan banyak sekali informasi mengenai gadis ini.

Militan Pakistan Tembak Aktivis Remaja Putri Pakistan. Pada tanggal 9 Oktober kemarin, Malala ditembak oleh seseorang bertopeng pada saat pulang sekolah dengan menggunakan bus. Si penyerang menanyakan siapakah diantara para siswa yang bernama Malala dan mengancam akan menembak semua siswa jika tidak ada yang mengaku. Akhirnya Malala mendapat tembakan di kepala dan di leher, sementara dua siswa lain ikut terluka akibat penembakan tersebut. Mengapa Malala ditembak?

Ternyata Malala bukan gadis biasa. Sejak tahun 2009 ia telah memulai pergerakan untuk menuntut haknya yang paling dasar: pendidikan. Pada saat itu, milisi Taliban mengeluarkan peraturan yang melarang televisi, musik, pendidikan bagi anak perempuan, dan berbelanja bagi wanita. Akibat perintah tersebut, banyak sekolah khusus perempuan yang ditutup. Beberapa sekolah yang ditutup bahkan kemudian dihancurkan. Malala mempertanyakan hal ini. Dengan bantuan reporter BBC untuk Pakistan, Malala mulai menulis tentang hidup dibawah tekanan Taliban dengan menggunakan nama samaran "Gul Makai". Tulisan Malala inilah yang pertama kali membuatnya banyak dikenal.

Ia tidak berhenti hanya pada tulisan. Ia kemudian mulai muncul di televisi untuk memperjuangkan pendidikan bagi perempuan. Selain itu, ia juga aktif berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan yang mendukung pendidikan di negaranya. Pada puncaknya, ia dinominasikan sebagai penerima International Children's Peace Prize pada Oktober 2011.

Taliban secara terbuka mengklaim serangan tersebut merupakan perbuatan mereka. Malala dicap sebagai pro-Barat, yang maka dari itu harus dibunuh.

Aktivis Remaja Putri Pakistan yang Terluka Dikirim ke Inggris. Saat ini Malala sedang memperoleh perawatan di Inggris, dan dikabarkan kondisinya semakin membaik. Sedangkan di Pakistan sendiri, dukungan bagi remaja pakistan terus mengalir, namun Taliban masih ditakuti. Masyarakat turun ke jalan memprotes penembakan Malala, tapi para politikus tidak berani mengambil langkah lebih jauh karena takut menjadi sasaran Taliban yang berikutnya.

Terlepas dari kondisi politik dan kebijakan nasional Pakistan yang menjadi negara tempat Malala tumbuh, kisah Malala seharusnya dapat mengingatkan kita pada satu hal: Pendidikan itu harganya "mahal".

Bagi sebagian kita yang dapat mengakses pendidikan dengan mudahnya tidak pernah menyadari bahwa pendidikan itu mahal. Dan "mahal" bukanlah semata-mata tentang angka. Mahal dapat berarti sulitnya mencapai sekolah jauh dari rumah. Mahal dapat berarti jembatan yang hampir putus yang harus diseberangi saat ke sekolah. Mahal dapat berarti seragam yang tidak dapat dibeli oleh orang tua. Mahal dapat berarti tidak ada guru datang ke sekolah. Mahal dapat berarti tidak ada pendidikan sama sekali untuk perempuan. Mahal dapat berarti hak mu untuk mendapatkan pendidikan tidak bisa kau miliki. Pendidikan itu mahal.

Maka bersyukurlah saat perjalananmu ke sekolah mudah dan tanpa hambatan. Bersyukurlah jika satu-satunya yang harus kau khawatirkan saat ke sekolah adalah mungkin kau akan akan terlambat. Bersyukurlah saat gurumu masih mau berbagi ilmunya walaupun ia galak. Bersyukurlah kau bisa ke sekolah tidak peduli gender mu apa. Karena di belahan bumi yang lain, ada yang benar-benar memperjuangkan hak mereka untuk memperoleh pendidikan. Malala Yousufzai memperjuangkan hak untuk memperoleh pendidikan dan ia ditembak karena perjuangannya tersebut.

Pendidikan adalah salah satu hak dasar yang wajib dijamin terpenuhinya oleh pemerintah. Rights to a Free Education adalah salah satu hak dasar yang merupakan turunan dari HAM generasi kedua yang diperkuat dengan International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights. Sudah sepantasnya lah negara menjamin hak untuk memperoleh pendidikan diperoleh oleh warganya.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, sudah sewajarnya jika kita bersyukur bahwa negara membuka pintu bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Tapi bukan berarti kita tidak memiliki pekerjaan rumah di bidang pendidikan. Hal yang menjadi perhatian besar pada pendidikan Indonesia saat ini adalah tawuran antar pelajar. Sungguh memalukan jika pelajar kita masih melakukan tawuran yang pada akhirnya memakan korban.

 Bukankah ini sebuah ironi? Di saat seorang Malala hampir saja terbunuh karena berani menyuarakan tuntutannya untuk memperoleh pendidikan, pelajar Indonesia malah menyerang sesamanya hanya karena berbeda sekolah. Mungkin sebaiknya kisah tentang Malala ini disebarluaskan di kalangan pelajar, agar menjadi pelajaran bahwa bagi sebagian orang, pendidikan itu tidak murah. Maka berhentilah memerangi sesama dan bersyukurlah kita tidak memperoleh dua butir peluru hanya karena ingin sekolah. 


http://kyosotoy.blogspot.com/2012/10/mensyukuri-pendidikan-belajarlah-dari.html

Berkunjung ke Seattle 'Kota Jam'

Berkunjung ke Seattle 'Kota Jam' 


Kota Seattle di negara bagian Washington di pantai barat Amerika, selain dijuluki sebagai "kota hujan” karena seringnya turun hujan, juga dijuluki sebagai "kota jam".

Kalau Anda pernah ke Seattle, di Negara bagian Washington, atau hanya mendengar nama itu, Anda mungkin menduga bahwa nama kecil itu seperti “The Space Needle City” atau  kota jarum antariksa. Menara setinggi 184 meter yang dilengkapi dengan ruang untuk melihat pemandangan dan rumah makan itu, dibangun dalam rangka pameran dunia yang diselenggarakan di kota itu tahun 1962. Sejak itu, menara ini menjadi simbol terkenal kota Seattle.

Seattle juga terkenal dengan julukan “kota hujan”. Julukan itu dibesar-besarkan, mengingat banyak kota lain di Amerika juga punya curah hujan lebih banyak. Tetapi di kota lain, sering turun hujan lebat, dan langsung terang. Hujan di Seattle lama, sering gerimis akibat hempasan dari Samudra Pasifik, kadang-kadang langit mendung selama berhari-hari sebelum dan sesudah hujan.

Seattle juga terkenal dengan hidangan lautnya, terutama ikan salem yang ditangkap dari laut atau sungai-sungai berarus deras. Tetapi, nama julukan kota itu, tidak berasal dari ciri-ciri di atas tadi, dan kalau kita mendengarnya, kita menginginkan penjelasan.

Seattle adalah “Kota Jam.” Bukan jam alarm atau jam menara yang besar, tapi jam-jam di jalan. Jam-jam itu kadang disebut “Post Clocks.” Sedikitnya masih terdapat selusin jam, yang dulunya pernah mencapai  55 buah atau lebih, dengan berat dua ton yang terletak di tumpuan logam atau kolom-kolom di jalan penting di pusat kota.

Sebagian besar jam-jam kota itu merupakan iklan bagi toko-toko arloji yang merawatnya. Kebanyakan jam itu berwarna hijau tua, sampai-sampai ada sebutan warna “hijau jam jalanan.” Warna lainnya adalah merah,  harapannya agar mudah terlihat pengendara truk dan tidak tertabrak.

Di antara jam-jam yang masih ada itu, jam toko arloji Benton mempunyai empat lampu bola dunia, dan jam toko Ben Bridge ditaruh di dalam kaca, sehingga dapat dilihat semua orang. Jam di depan toko perhiasan Thomas Carroll  terletak di bawah empat lampu kereta tua.

Khawatir dengan semakin banyaknya pejalan kaki di trotoar, Badan Pekerjaan Umum kota Seattle hampir saja menyingkirkan jam-jam di jalan-jalan di kota itu pada tahun1953, tetapi sebuah kompromi tercapai. Jam-jam itu tidak jadi disingkirkan, jika pemilik berjanji untuk memelihara jam-jam itu agar tetap berfungsi dan tepat waktu, serta membersihkannya dua kali dalam setahun. Kompromi itu secara drastis mengurangi jumlah jam di kota itu, tapi Seattle masih punya lebih banyak jam daripada yang dimiliki seluruh kota New York.

Kapanpun ada berita tentang jam-jam jalan yang kuno, surat kabar Seattle tampaknya tidak tidak tahan untuk bermain dengan kata-kata “Time Will Tell” atau “Waktu yang Berbicara”, sebagai kepala beritanya, atau, kalau salah satu dari jam-jam kota itu berhasil diperbaiki, dipakai judul, “Sudah waktunya”.

Seorang pakar sejarah Seattle berkilah bahwa jam umum tua itu punya kisah menarik untuk diceritakan, “if only they could tock” – mengacu pada bunyi jam tik, tok, tik tok.../// 


http://www.voaindonesia.com/content/berkunjung-ke-seatlle-yang-kerap-dijuluki-kota-jam/1532688.html

Kiat Peternak AS Menghemat Biaya Pakan Ternak

Kiat Peternak AS Menghemat Biaya Pakan Ternak 


Banyak universitas penelitian pertanian di AS mengetahui kenaikan biaya pakan ternak, dan memberi perhatian pada isu disebut "efisiensi pakan."

Orang-orang yang berternak sapi untuk daging steak atau hamburger menghadapi masalah keuangan serius akibat kebakaran hutan baru-baru ini yang menghanguskan lebih dari satu juta hektar lahan pertanian di Amerika, dan kekeringan berkelanjutan. Akibatnya biaya jerami, biji-bijian dan pakan ternak dasar lain naik.

Biaya pakan ternak sejauh ini merupakan pengeluaran terbesar bagi peternak sapi. Dalam beberapa bulan ini, harga berbagai pakan ternak, terutama jagung, mencatat rekor tertinggi. Di Negara bagian Washington, peternak Jack Field  berusaha keras menunda atau menghindari pembelian jerami ketika harga setinggi langit. Karena mahalnya harga jerami, ia berencana menggiring kawanan kecil ternaknya berjalan lebih dari 300 kilometer untuk merumput.

Untung bagi Field, tidak ada lahan yang disewanya hangus akibat kebakaran hutan. Tetapi, peternak lain tidak begitu beruntung. Tahun ini Amerika mengalami kebakaran parah.

Tim DelCurto, pakar sapi pada Universitas Negeri Oregon, bekerja sama dengan peternak dan pemilik penggemukan ternak untuk mencari alternatif. Menurutnya, ada banyak pilihan untuk mendapat pakan ternak murah, mencakup rumput, jerami, biji-bijian sisa penyulingan produksi bahan bakar ethanol, limbah pengalengan dan sayuran yang tidak terpakai, seperti buncis atau wortel bahkan kentang goreng.

DelCurto banyak diminta sebagai pembicara tamu dalam seminar musim gugur ini. Ia menawarkan kiat hemat biaya bagi peternak sapi. Fokusnya pada solusi jangka pendek, tetapi banyak yang ingin tahu juga strategi dalam jangka panjang.

Universitas-universitas penelitian pertanian mengetahui kenaikan biaya pakan ternak, dan banyak dari mereka memberi perhatian lebih pada isu yang para pakar sebut "efisiensi pakan."

Dalam kandang ternak di Universitas Idaho, guru besar fisiologi, Rod Hill, menunjukkan sensor dan gerbang elektronik pada ember pakan. Alat itu memungkinkannya melacak dengan tepat jumlah makanan yang disantap sapi. Secara berkala, sapi-sapi itu juga harus digiring ke tempat penimbangan untuk menghitung seberapa efisien setiap konversi pakan menjadi daging, lemak, dan tulang. Menurut Hill, variasi dalam kawanan ternak itu mungkin mengejutkan kita.

Buku yang baru terbit mengenai ilmu hewan, yang disunting Hill, menjelaskan bagaimana peternak bisa menggunakan pembiakan selektif untuk mencapai pertumbuhan yang sama, tetapi dengan jumlah pakan dan dampak lingkungan yang sedikit. Namun, ia memperingatkan risiko bila terlalu fokus pada satu sifat.

Dalam waktu dekat, Hill memperkirakan sapi jantan di pelelangan akan mencatat rekor penghematan. Tetapi, langkah itu belum tersedia secara luas atau belum baku. Sementara itu, banyak peternak, terutama di wilayah tengah-barat Amerika, memperkurus ternak guna mengurangi biaya. Konsekuensinya, mulai tahun depan, pasokan sapi akan berkurang, dan pelanggan daging di dalam maupun luar negeri bisa memperkirakan harga yang lebih tinggi. 


http://www.voaindonesia.com/content/kiat-peternak-as-menghemat-biaya-pakan-ternak/1532450.html

Indonesia Tempa Sekolah Hadapi Risiko Bencana

Indonesia Tempa Sekolah Hadapi Risiko Bencana


Beberapa dari bencana alam terburuk di dunia pada dekade terakhir terjadi di Asia, seperti gempa bumi di Indonesia dan Tiongkok, serta banjir di Thailand dan Kamboja. Sebuah konferensi regional mengenai pengurangan risiko bencana yang diselenggarakan minggu ini fokus pada sekolah dan bagaimana membuatnya lebih aman dan lebih tangguh.

Murid-murid Sekolah Dasar Negeri Jejeran di Yogyakarta sedang mengadakan simulasi latihan gempa bumi. Mereka berhamburan dari ruang kelas dengan memegang tas di atas kepala mereka. Beberapa murid mengambil tandu dan peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan dan menolong teman sekelas yang ‘terluka’. Sesudah semua berkumpul di halaman depan, seorang pemimpin murid membaca laporan bencana: Empat meninggal, lima terluka, dan semua korban sudah dievakuasi.

Margiyanti, guru kelas empat di Jejeran, mengatakan bahwa gempa bumi 2006, yang mengakibatkan 2.900 gedung sekolah termasuk Jejeran rusak berat, mengajarkan masyarakat setempat mengenai pembangunan kembali dan pentingnya usaha pencegahan.

Indonesia sangat rentan bencana alam sehingga anak-anak harus bersiap, ujar Margiyanti. Jika mereka ada di sekolah atau di rumah, mereka harus tahu apa yang mesti dilakukan, ujarnya.

Pada 2010, Jejeran terlibat dalam kampanye global untuk membuat sekolah-sekolah lebih aman dari bencana alam. Dengan uang dari donor asing, program tersebut mencoba memperbaiki teknik konstruksi bangunan sekolah dan menciptakan kurikulum yang menyiapkan murid untuk bencana.

Sementara itu, pemerintah Indonesia juga telah meluncurkan program untuk merehabilitasi ribuan sekolah di seluruh negeri.


​​Musliar Kasim, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan hampir 200.000 sekolah memerlukan renovasi untuk dapat memenuhi standar keamanan global.

“Sekolah-sekolah yang ada sekarang sudah tua. Bangunannya tua karena didirikan lebih dari 30 tahun lalu,” ujar Kasim. “Jadi mereka memerlukan renovasi. Saat merehabilitasi gedung, kita harus menggunakan konsep sekolah aman.”

Para pejabat dan pekerja program bantuan mengatakan pemerintah-pemerintah di seluruh wilayah Asia telah membuat kemajuan dalam mengurangi risiko terkait bencana lingkungan. Kamboja, Laos, Filipina dan Burma telah meluncurkan proyek-proyek pilot yang fokus pada pembangunan sekolah yang lebih aman.

Namun masih banyak yang harus dilakukan.

Pada 2008, lebih dari 7.000 bangunan sekolah yang dibangun secara asal ambruk saat gempa berkekuatan 7,9 skala Richter di Provinsi Sichuan di Tiongkok, menewaskan ribuan murid.

Di Filipina, angin topan Durian menyebabkan kerusakan senilai US$20 juta di sekolah-sekolah di tiga provinsi pada 2006.

Meski konstruksi yang lebih baik adalah jantung dari inisiatif sekolah aman, banyak organisasi yang mendorong pendekatan yang lebih luas yang termasuk latihan dan pengetahuan situasi darurat yang mengintegrasikan pendidikan kebencanaan.

Di negara berkembang dengan populasi anak-anak yang tinggi, murid-murid seringkali terimbas ketika bencana alam menghancurkan sekolah, dan aktivitas belajar mengajar dihentikan selama beberapa bulan atau lebih lama lagi.

Antony Spalton, spesialis pengurangan risiko dari Dana PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), mengatakan ada hubungan erat antara bahaya dan pembangunan, apakah itu pembangunan ekonomi atau pembangunan sosial.

“Anak-anak dipaksa keluar sekolah karena banjir dan gempa bumi,” ujarnya.

UNICEF sekarang bekerja sama dengan sejumlah organisasi internasional untuk menciptakan tempat dimana pemerintah bisa mendapatkan bantuan teknis mengenai keamanan sekolah dan berbagi pengetahuan.

Lebih dari selusin murid dari seluruh wilayah Asia menghadiri konferensi minggu ini untuk membagi pengalaman mereka. Di Jepang, sekelompok murid telah membentuk klub yang bertemu seminggu sekali untuk membahas cara-cara meningkatkan kesadaran mengenai bencana alam dan pembangunan kembali.

Di Kamboja, Sopaoeurn yang berusia 17 tahun juga membentuk komite manajemen bencana, memimpin inisiatif penanaman pohon dan mendorong sekolah untuk membuat lantai lebih tinggi untuk mencegah banjir bandang yang sering melanda provinsi tempat tinggalnya.

Bencana tidak hanya berdampak pada satu orang, namun banyak orang di seluruh dunia, ujar remaja putri tersebut. Lebih penting lagi, bencana berdampak pada murid-murid sekolah.

Para guru di SDN Jejeran mengatakan mereka siap jika bencana datang lagi. Sekolah tersebut mengadakan latihan secara rutin setiap beberapa bulan sekali untuk menyegarkan kemampuan siswa. Di ruang kelas sudah terpampang tanda-tanda jalur evakuasi.

Sekolah seperti ini masih jarang di negara berkembang, akibat kurangnya pendanaan dan koordinasi yang membuat replikasi program serupa sulit dilakukan. Namun kelompok donor mengatakan mereka membuat kemajuan dengan menyoroti kisah sukses.

Para pejabat lembaga manajemen bencana nasional Indonesia mengatakan membuat sekolah aman adalah prioritas mereka, karena bangunan yang kukuh dan tangguh sangat penting dalam mengajarkan murid, dan seluruh masyarakat, mengenai bagaimana bersiap dan berurusan dengan bencana di masa depan.


http://www.voaindonesia.com/content/indonesia-tempa-sekolah-hadapi-risiko-bencana/1532904.html

Menjadi Manusia Merdeka

Menjadi Manusia Merdeka


Setelah melewati serangkaian pergulatan dan perjuangan hidup, dalam diri setiap orang terdapat archetype: the innocent. Yaitu ingin menemukan kembali serta menjaga suasana batin semasa kanak-kanak yang merasa bersih, terbebas dari beban dosa dan salah. Bukankah yang khas dan indah pada anak-anak adalah keceriaan, spontanitas dan kelugasan menjalani hidup?

Dalam konteks orang dewasa dan orangtua, istilah innocent lebih tepat diganti dengan ungkapan bagaimana meraih hidup akuntabel (accountable life). Hidup yang tidak merasa dikejar dosa dan utang serta merdeka dari berbagai tekanan, ancaman dan intimidasi.

Jika dikaitkan dengan sikap altruisme, jauh akan lebih melegakan dan membahagikan hidup kalau seseorang berderma benar-benar diambil dari harta yang halal, bukan berderma dari harta haram dengan maksud mencuci dosa atau kamuflase sosial, padahal dia seorang koruptor.
Artinya akuntabilitas harta dan perilaku keseharian itu sesungguhnya menjadi dambaan setiap orang, sehingga dalam dirinya melekat archetype: the innocent. Oleh karenanya kita selalu memandang sedih, ikut bersimpati dan campur kesal ketika melihat beberapa mantan pejabat tinggi yang sudah purna tugas masih berurusan dengan polisi atau KPK karena terbukti melakukan korupsi di masa lalu.

Siapapun orangnya, ketika menapaki hari tua ingin hidup tenang, bahagia, terbebaskan dari perkara perdata dan pidana. Anak-anaknyapun ingin sekali melihat orangtua mereka hidup bahagia, menikmati hari senja setelah sebelumnya bekerja keras membesarkan mereka. Kini giliran anaknya mengasuh orangtuanya.

Namun sesungguhnya naluri orangtua selalu saja ingin memberi dan melindungi anak-anaknya sampai kapanpun. Di sinilah kekuatan cinta kasih yang tulus dalam hubungan keluarga. Masing-masing, baik anak maupun orangtua, ingin saling memberi dan melayani terhadap yang lain.

Kembali pada anugerah kemerdekaan hidup, ada doa yang diajarkan Rasulullah: "Ya Allah, aku berlindung kepadaMU dan jeratan utang dan cengkeraman orang." (Allahumma inni a’dzubika min ghalabatiddain, wa qahrirrijaal). Siapapun sepakat, hidup terjerat utang akan merampas kebahagiaan. Begitu pun hidup dibuntuti ancaman dan tekanan akan merampas ketenangan. Ini berlaku dalam konteks pribadi, keluarga, institusi maupun negara.

Berbahagialah masyarakat dan negara yang hidup terbebas dari berbagai ancaman utang luar negeri, syukur-syukur malah jadi negara donor. Beruntunglah masyarakat dan negara yang tidak memiliki ancaman musuh baik di dalam maupun luar negeri.

Untuk meraih status hidup akuntabel sungguh merupakan agenda perjuangan yang tak pernah henti. Mungkin saja seseorang terbebas utang-piutang secara materi. Namun setiap orang pasti memiliki utang moral terhadap banyak pihak. Misalnya saja pada orangtua, guru, dan  orang-orang yang pernah menjadi bagian dari hidupnya.

Dalam ajaran agama, salah satu jalan untuk melunasi utang-utang moral adalah dengan mendoakan mereka dan menjaga silaturahim. Dalam jalinan silaturahim yang sehat, yang muncul suasana saling men-support, mendoakan dan berbagi sehingga hidup menjadi lebih terasa ringan dan riang dijalani.

Utang kita yang lebih banyak justeru terhadap Tuhan. Begitu melimpah anugerah hidup dengan segala fasilitasnya namun kita kurang pandai mensyukuri dan memanfaatkan semuanya secara optimal di jalan yang benar dan baik. Jadi, jika ingin meraih hidup merdeka, mari kita lunasi utang-utang baik yang bersifat vertikal maupun horisontal.

Yang menarik direnungkan, utang vertikal pada Tuhan dalam hal cacat dalam beribadah, misalnya utang berpuasa, bisa disubsidi silang dengan amal sosial-horisontal, menyantuni anak-yatim piatu yang miskin. Tetapi utang yang bersifat horisonal, urusan perdata dan pidana, mesti dilunasi melalui jalur hukum sosial. Betapapun orang rajin berhaji, umrah dan salat tak menjamin membuat putih dosa-dosa sosialnya selama utang-utangnya belum dilunasi. Hak anak Adam mesti diselesaikan sesama anak Adam.

Tuhan sendiri tentu tidak memerlukan pertolongan manusia. Apakah manusia akan mengimani dan menyembahNya ataukah akan mengingkari dan melawanNya, kebesaran Tuhan tidak akan terpengaruh. Namun jika diperhatikan firmanNya dalam kitab suci, siapa yang akan membayar kebaikan Tuhan, maka hendaknya diberikan kepada hamba-hambaNya yang tengah dalam kesusahan.

Jadi, jika utang sesama manusia harus dibayarkan kepada manusia, tetapi bayaran utang kepada Tuhan dianjurkan untuk ditransformasikan menjadi cinta kasih dan kepedulian serta pertolongan yang diterima dan dirasakan oleh hamba-hambaNya. Begitulah jalan yang dibentangkan Tuhan untuk meraih status innnocent and accountable life, salah satu struktur mental yang selalu muncul dalam diri manusia dan menuntut pemenuhan.

Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.


http://www.metrotvnews.com/read/analisdetail/2012/10/24/291/Menjadi-Manusia-Merdeka

Hari Indonesia di Australian National University (ANU)

Hari Indonesia di Australian National University (ANU)


Universitas ternama Australia, the Australian National University (ANU) menggelar "Hari Indonesia (Indonesia Day)" dengan mengelar berbagai kegiatan intelektual dan kultural menjadi sajian utama perhelatan istimewa yang dijadwalkan, besok Jumat (26/10).

Acara `Hari Indonesia" yang diselenggarakan di kampus yang berlokasi di ibukota Australia ini menampilkan beberapa segmen kegiatan, dari seminar mengenai Islam Kontemporer dan Teater Wayang goes to Las Vegas sampai pagelaran "jajan pasar" ala Indonesia, kata Direktur Projecting Indonesia Yasmi Adriansyah, Kamis.

Dikatakannya `Hari Indonesia"ini diselenggarakan School of Culture, History and Languages, ANU, khususnya di bawah koordinasi Dr. Amrih Widodo, Pimpinan Sementara dari the Island Southeast Asia Centre, ANU.

Selain itu dalam acara Hari Indonesia diadakan pula berbagai jenis lokakarya, dari Tari Payung (Sumatera) sampai teknik memasak makanan khas nusantara. Bahkan diujung acara akan digelar aktivitas menari masal dengan tarian asal Maluku, Poco-poco, ujar Yasmi Adriansyah, mahasiswa PhD di ANU.

Kegiatan tersebut dibawakan para duta budaya maupun diaspora Indonesia, baik para individu yang sudah lama menetap di negeri Kangguru tersebut maupun yang berasal dari kalangan profesional dan mahasiswa.

Diperkirakan hadir ratusan orang yang mayoritas merupakan anak-anak usia sekolah. Diharapkan dengan kegiatan ini semakin tercipta ekpose serta pemahaman lebih jauh mengenai keanekaragaman dan potensi yang dimiliki Indonesia.


http://www.metrotvnews.com/read/news/2012/10/25/111318/Universitas-Ternama-Australia-Gelar-Hari-Indonesia/3

Apakah Manchester United Bisa Bangkrut?

Apakah Manchester United Bisa Bangkrut?


Dalam sebuah sesi podcast, pertanyaan yang cukup menggelitik mengemuka: Apakah klub sekelas Manchester United (MU) bisa bangkrut? Secara umum, tentu saja tidak ada yang mustahil di dunia ini.

”Saya setuju, tak ada yang kebal dari yang dialami Glasgow Rangers dan Portsmouth. Situasi juga tidak sehat apabila ada 13-14 klub di Liga Inggris yang terus merugi. Namun Anda juga harus melihat Manchester City yang mengalami kerugian dalam setahun, tetapi mereka (salah satu) klub terkaya di dunia," tutur Philip Beard, ketua eksekutif Rangers yang baru.

MU punya kemampuan menjaring pendapatan yang sangat besar. Sebagai contoh, MU adalah satu-satunya klub yang berhasil menjual paket sponsor di sebidang seragam latihannya. Artinya, MU memiliki kekuatan untuk mengoptimalkan ruang beriklan.
Bukan hanya seragam tandingnya.

Tapi bukankah MU punya utang yang besar?

Betul, kebanyakan orang tahu itu. Fans mereka pun sadar. MU punya utang dan kewajiban lain sebesar 989 juta euro. Dibandingkan dengan nilai skuad MU versi Transfermarkt, angka itu lebih besar 548 juta euro. Jumlah hutang MU juga lebih besar dibandingkan Real Madrid (590 juta), Barcelona (578 juta) dan Arsenal (534 juta).

Namun menurut penjelasan di blog keuangan sepak bola nan berpengaruh Swiss Ramble, jumlah utang MU ternyata tidak masuk dalam kategori merah alias berbahaya.

Selain karena MU mampu melunasi, ternyata sebagian utang Setan Merah adalah jumlah yang tak harus dibayar dan berbentuk kewajiban (liabilities). Misalnya, tiket terusan yang pendapatannya diterima di muka sehingga masuk dalam komponen yang harus dipenuhi sesuai jadwal pertandingan.

Singkatnya,, MU memiliki utang produktif.

Dari segi aset, MU pun ternyata lebih baik dibandingkan 3 klub tadi. Per laporan keuangan mereka masing-masing untuk periode 2011, MU memiliki aset bersih 654 juta euro dan Arsenal 112 juta euro. Adapun Madrid dan Barcelona justru minus. Kalaupun diadu dengan aset bersih yang sudah disesuaikan dengan nilai pasar skuad, MU tetap lebih unggul.

Jangan lupakan pula bahwa MU adalah klub sepak bola dengan merek terbaik bernilai pasar $2,24 miliar berdasarkan analisa majalah Forbes. Di tiga besar merek termahal klub olahraga dunia, MU satu-satunya klub sepak bola.

Dengan berbagai figur finansial tersebut, tidak salah jika Glazer dan keluarganya memutuskan melepas saham MU (IPO) di bursa efek New York (NYSE). Artinya, kemampuan MU menghasilkan pendapatan benar-benar dioptimalkan untuk menyusul pemasukan hak siar televisi, tiket pertandingan dan penjualan suvenir klub.

Jadi, secara finansial, gangguan bagi MU untuk beberapa tahun ke depan selayaknya sangat kecil. Tentu saja, kembali ke pertanyaan awal, bangkrut masih mungkin terjadi dengan diawali oleh menurunnya nilai merek mereka. Terlebih bila skuad "Setan Merah" gagal merengkuh trofi utama terus-menerus — misalnya 7 musim beruntun seperti yang dialami Arsenal.

Musim lalu pun pasukan Sir Alex Ferguson gagal meraih trofi di empat ajang yang diikutinya. Dengan situasi itu, misalnya, MU menemui nasib buruk dengan degradasi. Untuk bangkrut, basis penggemar mereka yang sudah sedemikian kuat akan menjadi aset yang paling berharga sebagai pagar betis.

Kompetisi sepak bola adalah industri yang unik. Selain sebagai bisnis tontonan, dia juga sebagai lahan puncak pembinaan pemain di negara tertentu (dan belakangan lintas batas negara) serta sebagai pentas budaya masyarakat tertentu. Kepiawaian mengelola prestasi dan manajerial akan menjadi kunci perjalanan klub.

Namun dengan berbagai tantangan dan persaingan ketat di bisnis ini, ternyata jumlah klub Eropa yang bangkrut pun masih sangat sedikit. Belum sampai 10 persen dari jumlah total. Secara umum, para pemilik modal sadar bahwa klub yang mereka miliki bukanlah toko kelontong. Bagi sebagian besar pemodal itu, klub adalah mainan kesayangan mereka. Bahkan berangsur sudah menjadi portofolio prestasi kekayaan mereka. Bagi mereka, ini sudah bukan lagi soal untung atau rugi. Ini soal gairah.

Masalahnya, para pemilik modal inilah yang kadang menjadi kelemahan tersendiri. Mereka adalah para pebisnis besar nan sukses yang penasaran melihat industri sepak bola. Mereka kemudian masuk ke bisnis sepak bola dan menemui fakta bahwa industri ini tak seperti industri yang mereka geluti sebelumnya.

Mereka kaget dan terpaksa memotong kerugian dengan melepas saham klub sehingga melahirkan sebuah guncangan.

Akhirnya, menjadi tidak tepat untuk bertanya apakah kebangkrutan berpeluang menghampiri klub sebesar MU. Yang kini perlu ditanyakan, seberapa rela para pemilik dengan gairah itu (dan juga penggemar) melihat klub kesayangannya mengalami kebangkrutan?


http://id.berita.yahoo.com/blogs/arena/apakah-manchester-united-bisa-bangkrut-.html

Tentang “Miapah” dan Hal-hal “Ciyus” Lainnya

Tentang “Miapah” dan Hal-hal “Ciyus” Lainnya


Artikel ini adalah bagian dari peringatan Bulan Bahasa. Sebuah upaya untuk menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia, seperti sumpah para pemuda tahun 1928.

Sekalipun tidak ada maksud serius dan sungguh-sungguh di balik kata “ciyus”, “cungguh”, dan teman-temannya yang sedang populer saat ini, tak ada salahnya kita mencoba membahasnya dengan serius.

Bagi yang tidak mengetahui tren bahasa gaul terkini, saya akan meringkas dahulu. Belakangan ini, terutama di media sosial, sedang marak penggunaan bahasa tidak baku yang berusaha membuat setiap katanya terdengar imut dan lucu—setidaknya, maksudnya begitu.

Agak sulit untuk merumuskan aturan dari gejala bahasa ini, yang kerap dikategorikan ke dalam bahasa alay edisi terbaru. Tidak ada prinsip yang mutlak, sekalipun ada pola-pola yang terlacak, seperti: substitusi “s” menjadi “c” (“sungguh” menjadi “cungguh”); substitusi “r” menjadi “l” atau “y” (“rahasia” menjadi “lahacia”); dan reduksi huruf-huruf ( “terima kasih” menjadi “maacih”). Tetapi, kapan substitusi dan reduksi tersebut berlaku, sepenuhnya masalah insting pengguna.

Gejala bahasa ini sebetulnya agak berbeda dengan bahasa alay edisi sebelumnya yang cenderung merepotkan pembacanya, bahkan penggunanya sendiri.

Pola bahasa alay terdahulu, antara lain: permainan huruf besar-kecil pada satu kata (“cinta” menjadi “cInTa”); substitusi huruf menjadi angka (“sayang” menjadi “Ch4y4Nk”); dan penggunaan huruf-huruf yang jarang digunakan seperti “x”, “q”, “w”, dan “z” (“kamu mau apa” menjadi “Qm mW 4pH”), hanya memungkinkan untuk dilakukan pada tataran tulisan. Pada tataran lisan, ia kehilangan “pesona” dan praktiknya.

Ini berbeda dengan “ciyus” dan teman-temannya yang, walaupun banyak beredar di media jejaring sosial yang didominasi oleh tulisan, justru menjadi berarti ketika mereka diejawantahkan ke tataran lisan. Impresi imut dan lucu—ya, saya tahu, tidak semua menganggap ini lucu—bisa terwujud karena asosiasi kita terhadap anak kecil polos-tembam yang cadel dan belum fasih bicara.

Ada lagi satu perbedaan yang paling kentara dari kedua gejala bahasa tersebut. Jika yang terdahulu banyak digunakan untuk sungguh-sungguh mengatakan apa yang ia sampaikan, yang terbaru banyak digunakan untuk sungguh-sungguh bercanda.

Kata “ciyus”, misalnya, membuat kata “serius” kehilangan kredibilitasnya. Pada akhirnya, kata “ciyus” tidak akan dipakai untuk menggantikan kata “serius” dalam maksud sebenarnya.

Tentu saja setiap kata, seusil apapun asal-usulnya, mempunyai hak untuk hidup. Namun, perjuangan setiap kata untuk dapat hidup lama bukan perkara mudah. Seperti tuturan Samsudin Berlian, seorang pemerhati makna kata, dalam Rubik Bahasa Kompas (8/11/03), bahwa “dalam bahasa yang hidup, kata-kata lahir dan mati seiring dengan perkembangan dunia pemakaiannya.”

Jika betul begitu, barangkali kita tidak perlu melempar penemu kata “ciyus” dan teman-temannya dengan sendal jepit. Apabila kata-kata tersebut sudah membosankan dan telah kehilangan kelucuannya, toh mereka akan mati dengan sendirinya. Cungguh.

Catatan: Sebelum berkomentar menggunakan “miapah”, “ciyus”, “enelan”, “cungguh”, dan sejenisnya, pastikan Anda sudah benar-benar membaca tulisan ini.


http://id.berita.yahoo.com/blogs/newsroom-blog/tentang-miapah-dan-hal-hal-ciyus-lainnya.html

Jokowi Bagi-bagi Resep Anti Capek

Jokowi Bagi-bagi Resep Anti Capek



Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) di sela-sela kesibukannya Rabu ini, sempat berbagi resep agar tidak mudah lelah dalam mengerjakan aktivitas sehari-hari.

"Setiap pagi, saya selalu minum air seduhan temulawak dicampur kacang hijau dan madu yang dibuat oleh istri. Saya tidak pernah sarapan. Minuman itulah sarapan saya," kata Jokowi ketika tengah menikmati makan siang bersama awak media di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu.

Menurut Jokowi, temulawak memiliki kandungan curcuma yang berfungsi memperbaiki fungsi hati, sehingga tubuh tidak mudah merasa lesu dan lelah.

"Di dalam temulawak itu, ada kandungan yang namanya curcuma. Kandungan itu bertugas untuk memperbaiki fungsi hati. Efeknya adalah tubuh menjadi tidak cepat capek karena fungsi hati tidak terganggu," ujar Jokowi.

Jokowi mengaku sudah mengonsumsi minuman tersebut sejak 14 tahun silam, yakni ketika bekerja di perusahaan yang bergerak dalam bidang ekspor-impor.

"Saya sudah minum air temulawak itu selama 14 tahun. Sejak saya bekerja di perusahaan ekspor-impor. Sewaktu bekerja di sana, saya sering pulang jam dua pagi, bahkan tak jarang sampai jam empat pagi. Stamina saya harus kuat," tutur Jokowi.

Rabu ini, Jokowi melakukan kunjungan ke beberapa pasar di Jakarta, di antaranya Pasar Senen, Pasar Cempaka Sari dan Pasar Abdul Gani. Selain itu, Jokowi juga menyempatkan diri meninjau Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan.

Di pasar-pasar tersebut, Jokowi bertemu langsung dengan para pedagang dan mendengarkan keinginan mereka. Dia mengajak serta Kepala Dinas (Kadis) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) DKI Jakarta Ratna Ningsih.

Sementara itu, di Pintu Air Manggarai, Jokowi sempat termenung melihat tumpukan sampah yang nyaris menutupi seluruh tempat itu. Dia berharap agar masyarakat Jakarta memiliki budaya bersih dan tertib, sehingga tidak lagi membuang sampah sembarangan, termasuk di sungai atau kali.


http://id.berita.yahoo.com/jokowi-bagi-bagi-resep-anti-capek-125808908.html

Inspirasi Bulan Madu yang Berbeda

Inspirasi Bulan Madu yang Berbeda


Ke mana Anda akan pergi berbulan madu? Biasanya orang berpikir tidak jauh-jauh dari pantai (dari yang dekat dan murah seperti Jawa dan Bali, sampai yang mahal seperti di Maladewa). Sementara, mereka yang mampu biasanya pergi ke Eropa, terutama tempat-tempat romantis seperti Laut Mediteranea, Italia dan Prancis.

Beberapa ide di bawah ini mungkin berguna bagi Anda yang ingin berbulan madu dengan unik dan berbeda.

Pasangan backpacker
Pilihlah tujuan yang asing dan tidak lazim dijadikan tempat bulan madu, namun tetap berpotensi romantis. Sebut saja Siem Reap di Kamboja atau Vientiane dan Luangprabang di Laos. Dengan gaya berwisata yang lebih hemat, tetapi tidak mengurangi kenyamanan, bangkitkan sisi petualang di dalam diri dan pasangan Anda.

Menginap di hostel yang lebih bagus dari biasanya, rencanakan kegiatan sendiri, perbanyak jalan kaki untuk eksplorasi, mencoba berhemat layaknya backpacker sejati.

Jalan kenangan
Tidak perlu terbang menuju suatu tempat. Anda bisa merencanakan perjalanan darat dengan kendaraan bermotor di sepanjang pulau Jawa (atau lebih populer dengan sebutan “roadtrip”). Pilih tujuan yang cukup unik, misalnya ke sebuah kota kecil yang memiliki kenangan bagi kedua individu, atau ke tujuan-tujuan populer seperti Yogyakarta dan Malang.

Intinya bukan tujuan, melainkan perjalanannya. Menginaplah di beberapa tempat di tengah jalan.

Jika berani, Anda dan pasangan bisa melaksanakan roadtrip ini di negeri asing, misalnya saja di Malaysia atau Thailand. Punya anggaran lebih? Cobalah ke Australia atau Selandia Baru.

Romansa jalur baja
Naik kereta api tak kalah romantisnya dengan bermalam di hotel mewah di Bali. Pilihlah jadwal yang sesuai, gerbong kereta api yang paling baik dan nyaman, lalu berwisata kuliner atau berpiknik sepanjang perjalanan.

Tentukan tujuan sendiri — bisa yang sejauh mungkin, lalu menginap di hotel yang istimewa di ujung perjalanan.

Seperti roadtrip, perjalanan dengan kereta api juga bisa dilakukan di luar negeri, yang justru lebih bervariasi. Sebut saja perjalanan kereta api ke Sapa, Vietnam dari Hanoi, atau dari Ho Chi Minh City ke Hanoi sekaligus. Perjalanan kereta api di Selandia Baru juga sangat menawan. Jika punya uang lebih, cobalah Orient-Express di Eropa atau jalur Singapura-Bangkok.

Menjadi kanak-kanak bersama
Pergilah ke taman hiburan yang membangkitkan semangat anak kecil di dalam diri kita. Banyak tempat yang cukup mumpuni dan relatif dekat dengan Indonesia, misalnya Disneyland di Hongkong, Universal Studios di Singapura dan Legoland di Malaysia.

Pasangan pecinta sejarah
Datanglah berdua ke suatu tempat dengan nilai sejarah tinggi, misalnya Hue di Vietnam, Kyoto di Jepang, atau Istanbul di Turki, lalu pelajari dan nikmati sejarahnya. Alternatif lain: Pergi ke suatu kota yang punya banyak museum dan lakukan wisata museum, seperti di Stockholm, Swedia, Washington D.C., A.S. atau Singapura.

Wisata coba-coba
Istilah ini menunjukkan wisata yang dilakukan secara coba-coba dan spontan. Misalnya, belilah tiket kereta api atau bus ke suatu tempat yang terjauh. Ide lainnya, Anda bisa menginap di hostel di negeri atau kota sendiri.  Atau, pergilah ke suatu tempat dengan bandara yang kita sukai dan jika Anda berdua memang menggemari dunia penerbangan, menginaplah di hotel dekat bandara.

Pergilah ke kafe atau tempat makan favorit, lalu tanya salah satu pegawai atau pengunjung tentang makanan atau tempat makan favoritnya. Pergilah ke tempat itu, lalu lakukan hal yang sama seterusnya satu hari dan nikmati perjalanan ke mana pun dia membawa kita.

Apapun jenis kegiatan dan tempat yang kita pilih untuk bulan madu, silakan sesuaikan dengan anggaran, minat, keinginan dan yang penting dapat dijadikan momen berdua yang dikenang sepanjang masa. Selamat berbulan madu!


http://id.berita.yahoo.com/inspirasi-bulan-madu-yang-berbeda.html

Problematika Konservasi Hutan Lindung di Indonesia

Problematika Konservasi Hutan Lindung di Indonesia


Seperti di banyak negara yang lain, proyek konservasi di Indonesia yang dikelola instansi pemerintah umumnya masih memakai pendekatan “pagar dan denda” (fences and fines). Dalam praksis konservasi ini masih sering didapati pelanggaran batas karena ekspansi pertanian tradisional, usaha perkebunan atau penebangan kayu. Akibatnya, para kepala taman nasional makin merasa tidak sanggup untuk mengelola kawasan lindung hanya dengan pendekatan melarang masyarakat masuk dan memisahkan daerah konservasi dari penduduk yang hidup di sekitarnya. Oleh sebab itu, kini perlu pendekatan khusus dengan skema partisipasi.

Pola partisipasi yang diterapkan dalam proyek konservasi yang dikelola LSM dan organisasi donor internasional tentu berbeda karena kebanyakan berkisar dari partisipasi fungsional sampai partisipasi interaktif. Pada konsep partisipasi fungsional, keputusan-keputasan utama sudah diambil sebelum orang setempat ikut di dalamnya. Peran penduduk lokal terbatas pada pembentukan kelompok yang diharapkan akan memenuhi tujuan-tujuan berhubungan dengan proyek yang sudah ditentukan sebelumnya. Partisipasi seperti itu umumnya tidak cukup. Akibatnya, batas taman nasional tetap dilanggar oleh masyarakat.

Alasan mendasarnya dari kesemuanya ini adalah masih ditemukan sikap dan pandangan negatif penduduk setempat terhadap kawasan lindung dan kapasitas Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA). Tidak mengherankan, pendekatan pengelolaan partisipatif justru baru diterapkan setelah suatu kawasan lindung dijadikan taman nasional.

Sayangnya, masyarakat sudah dipengaruhi oleh pendekatan konservasi dari atas (top-down) dan pandangan masyarakat lokal sudah dibangun sedemikian rupa untuk berpandangan secara negatif pada taman nasional. Masyarakat di pinggir hutan merasa sudah dipisahkan dari hutan mereka. Karena itu, proyek konservasi yang memakai pendekatan partisipatif terpaksa harus diperjuangkaan sedemikian rupa untuk meraih kembali kepercayaan masyarakat lokal yang sudah sempat skeptis. Tetapi kalau masyarakat hanya diajak bermusyawarah secara formal tanpa ada kerjasama faktual, tentu tidak akan ada gunanya. Sebaliknya, penduduk desa hanya menjadi kesal. Kalau hubungan antara para petani dan pengelola proyek sudah retak, bisa jadi tujuan proyek dipertanyakan dan pengelola akan dicurigai memiliki kepentingan terselubung.

Semakin kurang partisipatif pendekatan konservasi, semakin tinggi kebutuhan untuk pelindungan batas oleh PHPA. Seandainya fisiografi taman nasional dan kapasitas institusional dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) tidak memungkinkan perbatasan dilindungi secara efektif, solusi yang praktis adalah untuk memberi lebih banyak tanggungjawab kepada masyarakat yang hidup di pinggir kawasan lindung.

Kalau warga setempat ikut menganalisa secara bersama dan setelahnya dihasilkan sebuah rencana aksi serta pembentukan kelompok baru ataupun penguatan kelompok yang sudah ada, prosesnya disebutkan partisipasi interaktif. Karena kelompok tersebut mengambil kontrol pada keputusan lokal, para peserta kelompok itu berkeinginan untuk mempertahankan strukturnya atau pola aksi kelompok itu. Hal ini terbukti di Taman Nasional Kayan Mentarang, Lore Lindu dan Arfak. Partisipasi interaktif di sana cukup baik. Akan tetapi, penting juga diperhatikan faktor-faktor sosial-budaya (pendatang vs penduduk asli), prasarana, struktur dan kepadatan permukiman di desa, serta faktor-faktor ekonomis seperti penggunaan lahan dan pasar yang ada di sekitarnya. Taman nasional di atas kebanyakan dihuni oleh penduduk asli dengan kepadatan penghunian yang rendah, letak jauh dari pasar-pasar dan tidak menjadi pusat kultivasi tanaman berharga tinggi.

Suatu komponen dari partisipasi interaktif penduduk desa di perbatasan taman nasional adalah diikutsertakannya pengetahuan tradisional tentang lingkungan dan konsep pentani tentang pengelolaan lahan (Traditional Ecological Knowledge and Management Systems, TEKMS). Sebaiknya, pihak manajemen proyek memahami dulu sistem pengetahuan tersebut dan memakai istilah-istilah terkait dalam komunikasi dengan penduduk desa. Kalau demikian, sudah menjadi lebih gampang untuk saling mengerti pandangan masing-masing tentang berbagai aspek lingkungan, misalkan tentang klasifikasi tanah tradisional.

Terkait klasifikasi tanah tradisional, biasanya ada tipe-tipe yang berbeda, seperti tanah hitam, tanah merah, tanah kuning atau tanah liat. Masing-masing tipe tanah dianggap cocok untuk tanaman berbeda. Penting juga untuk keputusan pemilihan lahan adalah posisi lereng. Aspek lain adalah tanaman indikator yang mencerminkan kesuburan lahan. Tidak mungkin lulusan universitas yang menjadi staf pemerintah mengharapkan agar konsep ilmiah tentang faktor-faktor lingkungan ingin dipahami oleh penduduk desa. Sebaiknya, si doktorandus atau para akademisi ini harus menerjemahkan istiah-istilah lokal dalam bahasa ilmiahnya, misalnya lewat analisa tanah dan inventaris botanis. Dengan cara demikian, partisipasi penduduk daerah perbatasan dalam konservasi dipermudah. Lebih dari itu, kekahawatiran yang mereka utarakan akan bisa dipahami dengan mudah karena sudah sempat mengkontribusikan pengetahuannya.

Pada intinya, pola partisipasi tidak dapat memecahkan masalah yang diciptakan lewat pembentukan kawasan konservasi per se, yaitu keputusan yang diambil oleh orang luar untuk melarang penggunaan daerah tertentu yang masih ditumbuhi dengan hutan primer, atau paling minimal dibatasi penggunaannya secara drastis.

Contoh bagus untuk semuanya ini adalah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), dimana dilaksanakan Integrated Conservation and Development Project (ICDP) dari tahun 1997 sampai tahun 2001. Proyek tersebut memiliki periode persiapan selama tiga tahun. Di perbatasan TNKS itu, penduduk desa menanggap pembentukan taman nasional sebagai sesuatu yang berguna, seandainya tujuan kawasan konservasi untuk melindungi hutan sebagai lahan cadangan untuk masa depan.

Karena hutan berfungsi sebagai sumber untuk kayu dan produk-produk non-kayu (fungsi hutan yang terpenting untuk masyarakat lokal), tentu saja kepentingan penduduk dan kepentingan para pelestari alam harus bentrok dalam topik tersebut. Solusi yang perlu dikedepankan adalah kompromi, dimana masyarakat lokal setuju untuk membatasi penggunaan kawasan konservasi sebagai imbalan atas hak guna legal tertentu, misalnya pengambilan produk non kayu dan/atau hak kepemilikan lahan diluar kawasan konservasi. Pada praksisnya, hal seperti itu disepakati antara masyarakat lokal dan pengelola taman nasional. Meski sudah ada banyak kasus dimana terdapat kompromi lewat partisipasi interaktif, lebih sering justru ditemukan bahwa pihak taman nasional melakukan pendekatan otoriter sehingga yang terjadi adalah konflik. Akibatnya, ketegangan antara pengelola taman nasional dan masyarakat lokal semakin meninggi.

Satu hal yang perlu diutamakan dalam konsep konservasi adalah pandangan bahwa penduduk lokal bukan faktor pengganggu satu-satunya di daerah perbatasan kawasan konservasi. Di TNKS, misalnya, pelanggaran batas justu dilakukan PT Perkebunan dan Pertambangan. Pembangunan jalan dan penebangan liar justru didalangi oleh oknum TNI atau birokrasi. Aksi mereka mengakibatkan kerusakan yang lebih berat pada kawasan lindung itu. Maka, adalah penting untuk diikutsertakan semua pemangku kepentingan pada perencanaan dan pengeloalan taman nasional. Tugas ini adalah tugas yang paling sulit dalam usaha konservasi.

Ketika masyarakat lokal melihat pelanggar batas yang bertindak dalam skala besar, dapat dimaklumi bahwa mereka lantas menjadi merasa bingung. Mereka protes kenapa mereka sebagai penduduk asli tidak juga diperbolehkan untuk membuka lahan pertanian baru atau mengambil beberapa gelondong kayu saja. Penyelesaian masalah-masalah mendasar ini menjadi syarat muntlak untuk tiap usaha konservasi yang sukses.

Pentingnya faktor-faktor konservasi ini ada dalam disertasi penulis. Semula, penelitian seharusnya difokuskan hanya pada sistem perladangan lokal dan pengetahuan tradisionalnya tentang lingkungan dan konsepnya petani tentang pengelolaan lahan (TEKMS) serta pengaruh penggunaan lahan itu pada taman nasional.

Pengalaman di desa-desa perbatasan TNKS menunjukkan dengan jelas bahwa masyarakat lokal bukan penghambat konservasi yang utama. Sebaliknya, mereka sering dikambinghitamkan oleh pemerintah karena mereka menjadi sasaran yang gampang dan tidak akan mampu melakukan perlawanan yang berarti. Pemangku kepentingan lain yang melanggar perbatasan TNKS jauh lebih berkuasa. Kalau perbuatan dikritik di tempat umum bisa membawa akibat yang tidak enak dan berangkali juga memiliki impikasi politis atau ekonomis pada kantor yang mengutamakan fakta-fakta tersebut.

Pendekatan untuk mengikutsertakan masyarakat lokal yanga hanya sebatas "sambilan dan setelah pembentukan TNKS" jelas tidak akan memperkuat keinginan mereka untuk ikut dalam konservasi. Oleh sebab itu, siapapun hingga di tingkat lapangan seperti para penjaga hutan atau staf BKSDA harus mengedepankan partisipasi masyarakat lokal. Masyarakat lokal harus sampai pada tingkat dimana mereka merasa bahwa TNKS itu sebagai miliknya (sense of ownership). Juga, di desa-desa yang mengembangkan sistem ladang berpindah-pindah, dimana sistem itu dilarang oleh instansi pemerintah tanpa diberi alternatif lain untuk mencari nafkah harus diselesaikan dengan bijaksana. Jika demikian, pertemuan dengan pejabat pemerintah tidak akan dihindari oleh masyarakat lokal yang mengunjungi desanya.

Karena pengalaman di atas itu, penelitian penulis diperluas mencakup analisis pemangku kepentingan (stakeholder analysis), agar peran masyarakat lokal dapat dilihat dalam ukuran yang sebenarnya. Hasil studi tersebut adalah bahwa sampai saat itu belum ada wahana atau cara agar pengetahuan tradisional tentang lingkungan dan konsep petani tentang pengelolaan lahan (TEKMS) dapat diperhatikan oleh manajer taman nasional dan pegawai negri. Dalam studi oleh Bank Dunia mengenai kelompok-kelompok pedesaan (local level institutions) di Indonesia yang diikuti oleh penulis, menjadi jelas bahwa banyak pegawai negeri di daerah tidak mengetahui organisasi-organisasi di tingkat pedesaan. Karena itu, kapasitas dan peran mereka dalam pembangunan juga tidak diperhatikan.

Kesimpulannya adalah bahwa integrasi masyarakat lokal dalam proyek pengelolaan kawasan lindung membutuhkan instrumen untuk memfasilitasikan komunikasi masalah lingkungan antara penduduk desa dan tenaga ahli dari luar yang masuk ke desa. Konsep pemakaian pengetahuan tradisional tentang lingkungan dan konsep petani tentang pengelolaan lahan (TEKMS) sebagai wahana tersebut diperkenalkan dalam tulisan ini. Masalah-masalah yang harus diselesaikan sebelum konsep tersebut dapat berfungsi adalah pemberdayaan kantor PHPA serta adanya kemauan untuk konservasi alam.

Dr. Silvia Werner, Alumni Free University of Berlin dan kini menetap di Hanover, Jerman.


http://jaringnews.com/politik-peristiwa/opini/23716/silvia-werner-problematika-konservasi-hutan-lindung-di-indonesia