Kasus Rohingya Lebih Buruk dari Apartheid Afrika Selatan pada 1980-an

Kasus Rohingya Lebih Buruk dari Apartheid Afrika Selatan pada 1980-an


Meski kehidupan para pengungsi Muslim Rohingya di Myanmar sudah mulai membaik, bukan berarti telah seratus persen merasa aman. Seperti diberitakan Jaringnew.com sebelumnya, ratusan keluarga dari kelompok minoritas Muslim Rohingya di kantong-kantong konflik seperti di Aung Mingalar mengaku masih ketakutan. Mereka khawatir warga Buddhis akan kembali menyerang. Apalagi, kebutuhan hidup mereka kini semakin terbatas.

Sebanyak 3.000-8.000 pengungsi Rohingnya diperkirakan tinggal di daerah yang perekonomiannya belum pulih total. Hingga kini masih banyak toko yang tutup dan belum berani melakukan aktivitasnya. AKibatnya, kebutuhan hidup mereka sehari-hari masih banyak bergantung pada bantuan.

Kebutuhan makanan, terutama beras yang disediakan oleh pemerintah dan beberapa warga Buddha yang baik hati diberikan dengan cara sembunyi-sembunyi karena takut mengundang reaksi keras dari penduduk Muslim sekitar. Meski bantuan terus digelontorkan, tetap saja tidak cukup untuk orang sebanyak itu.

Untuk mendapatkan makanan, beberapa Muslim Rohingya terpaksa memberanikan diri untuk melanggar aturan dan mencari beras dengan menyembunyikan wajah mereka di balik kerudung supaya tidak dikenali. Meski demikian, banyak di antara pengungsi belum berani keluar untuk mencari beras.

"Pagar bambu ini seperti menjadi penghalang psikologis yang melambangkan rasa takut yang memisahkan dua dunia," kata Chris Lewa, aktivis yang memperjuangkan hak Rohingya.

Dipandang sebagai imigran ilegal dari Bangladesh, mereka menghadapi pembatasan ketat atas gerakan mereka, termasuk akses untuk pekerjaan, pendidikan dan pelayanan publik.

"Pemisahan ini mengingatkan apartheid Afrika Selatan pada 1980-an, tapi lebih buruk karena Rohingya tidak dapat meninggalkan kamp mereka," imbuh Lewa.

"Kebebasan bergerak selalu menjadi masalah bagi Rohingya. Pembatasan makin ekstrim sekarang," kata Sarnata Reynolds, aktivis kelompok bantuan pengungsi internasional.


http://jaringnews.com/internasional/asia/25719/kasus-rohingya-lebih-buruk-dari-apartheid-afrika-selatan-pada--an

0 komentar:

Posting Komentar