Indonesia adalah Negara Open Culture

Indonesia adalah Negara Open Culture 


Kontroversi terhadap konser Lady Gaga yang kabarnya akan digelar pada 3 Juni mendatang, seperti diketahui menuai pro dan kontra dari berbagai elemen masyarakat. Salah satunya, budayawan Radhar Panca Dahana yang mengaku menentang kehadiran Lady Gaga.

Penolakan Radhar bukan tanpa alasan, ia menyadari sikapnya tersebut akan bertentangan dengan kebanyakan orang yang membela kebebasan berkespresi.

Bahkan dikatakan Radhar, jika Gus Dur ada, mungkin akan menyetujui kehadiran Lady Gaga di Indonesia. "Inul saja disetujui," singgungnya di Cikini, Jakarta Pusat, kemarin (19/5).

Menurutnya, yang menjadi persoalan adalah Indonesia sebagai negara yang sangat terbuka terhadap budaya asing.

"Kita menerima kehadiran kultur-kultur asing itu," katanya.

Tetapi, sambung Radhar, cara menerima kebudayaan asing itu ada proses, akulturasi dan filter. Tidak sembarangan budaya asing harus diserap mentah-mentah, melainkan perlu disortir mana yang baik dan tidak. Apalagi kata Radhar, saat ini sudah terjadinya globalisasi kultural.

"Yang dibawa oleh kultur adalah cara berpikirnya. Kesenian itu kan dari selera, roso. Begitu rasanya kita diubah, kita akan dekat dan mudah menggapai produk-produk kebudayaan atau produk ekonomi mereka juga," paparnya.

Sehingga sudah sepatutnya Lady Gaga tidak bisa kita biarkan, sementara Ngesti Pandowo, wayang orang Bharata tidak pernah diperhatikan.

"Ngapain menteri belain Lady Gaga. Ngesti pandowo itu 30 tahun cuma dibayar Rp40 ribu sekali main. Penari-penari dahsyat yang berdedikasi puluhan tahun, cuma dibayar Rp40 ribu. Kita saja bayar tiketnya Lady Gaga sudah Rp750 ribu," keluh Radhar yang mengaku sedih terhadap cara pandang masyarakat Indonesia saat ini.

Selain itu, lanjut Radhar, masyarakat Indonesia lebih mengutamakan simbol-simbol asing yang dipenetrasi melalui globalisasi.

"Penetrasi lewat globalisasi ini kan sebenarnya didukung oleh politik, militer. Nah kita terkena dengan pengaruh itu. Sehingga melihat mereka sebagai ukuran estetik, ukuran kultural dan lain-lain," ujarnya.

Hal itu terbentuk karena masyarakat Indonesia sudah dicekoki oleh budaya asing, apapun produk yang dikeluarkan itu menjadi simbol status kita.

"Sudah menjadi tugas negara, salah satunya menangani soal Lady Gaga. Negeri ini harus dilindungi, karena tidak semua orang punya filter yang sama," tegasnya.

Bahkan diibaratkan Radhar, negara layaknya seorang ayah.

"Di dalam agama pun, siapa orang yang menentang negara, itu seperti orang menentang agama. Perlu diperangi dan harus menghormati negara," urainya.


Nurrina Desiani



http://www.pedomannews.com/sosial-budaya/13303-indonesia-adalah-negara-yang-open-culture

0 komentar:

Posting Komentar