Cara Trading Saat Breakout

Cara Trading Saat Breakout


Bagi yang sudah menguasai analisis teknikal, pasti tidak asing dengan istilah break out, suport dan resisten. Break out adalah sebuah momen atau kejadian dalam pergerakan harga saham, ketika harga saham melewati area atap alias resisten.

Resisten diartikan sebagai level harga yang secara psikologis menahan harga untuk naik lebih lanjut. Resisten ibarat atap. Jika sebuah bola dilempar dan terbentur atap, maka secara logika, harga akan cenderung turun. Oleh karena itu biasanya pelaku pasar berhati-hati ketika sebuah saham menyentuh area resisten alias 'atap' psikologisnya.

Misalnya, saham ABCD, memiliki area resisten kuat di harga Rp 5.000 per lembar saham. Maka ketika harga mendekati area tersebut, pelaku pasar jangka pendek mulai waspada harga turun karena secara psikologis, pada angka tersebut rawan aksi profit taking.

Namun, ketika ternyata harga saham berhasil naik melewati resisten 5000 tersebut, maka secara psikologis terjadi sebuah break out alias jebol atap. Terjadinya break out atau bisa juga disebut jebol resisten jika disertai dengan volume perdagangan yang tinggi, dapat memberi dampak signifikan bagi berlanjutnya penguatan harga saham.

Nah, yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana cara trading saat terjadi break out? Trader seringkali menghadapi dilema dalam menjawab hal ini.

Titik terjadinya break out atau jebol atap digambarkan sebagai tanda bintang berwarna hijau.

Jika kita membeli sebelum terjadi break out (area nomor 1),di satu sisi tindakan ini cukup beresiko karena belum tentu break out terjadi meskipun sudah nampak gejalanya. Namun sisi positifnya,ketika break out benar-benar terjadi maka kita boleh tersenyum karena kita mendapat harga lebih murah.

Nah, ketika terjadi break out yang didukung dengan volume perdagangan yang tinggi (ditunjukkan oleh diagram batang volume yang melompat), maka biasanya harga juga naik dengan cepat. Ketika terjadi konfirmasi break out,harga sudah berada jauh di atas titik break out, pada gambar ditunjukkan pada nomor 2.

Jika kita membeli pada area nomor 2 ini, sisi positifnya, kita pasti “dapat barang”, karena sebuah saham yang break out terkadang bergerak cepat dan belum tentu mengalami retracement atau kembali ke titik break outnya. Sisi negatifnya, jika kita membeli di point 2, kita akan mendapat saham di harga yang lebih mahal. Jarak dengan level stop loss (garis pink) pun semakin jauh, sehingga ketika titik stop loss tersentuh kita akan mengalami kerugian yang cukup besar.

Strategi ketiga adalah, membeli saham break out ketika mengalami retracement atau turun untuk sesaat ke area bekas break outnya,yang kini menjadi suport atau alas. Suport bekas terjadinya break out akan menahan harga turun lebih lanjut. Area no 3 ini adalah area terbaik untuk melakukan pembelian saham break out. Mengapa ?

Karena pada area nomor 3 ini saham tersebut sudah confirm break out, dan dengan membeli di area ke 3 ini trader akan mendapat harga lebih murah, sehingga jarak ke level stop loss juga tidak terlalu jauh. Dengan demikian resiko yang mungkin ditimbulkan juga tidak akan terlalu besar. Namun kekurangannya, tidak semua saham yang mengalami break out akan mengayun (retrace) atau turun kembali ke area bekas break out nya. Kecenderungan saham yang break out dengan volume tinggi biasanya berpotensi melanjutkan penguatan.

Lalu, apa yang harus kita lakukan dan bagaimana solusinya ?

Solusi terbaik adalah membeli pada area 2 dan 3 dengan bertahap. Dalam hal ini, pengaturan portofolio atau money management yang baik akan sangat berperan penting.

Sebagai contoh, Anda sebesar 20% dari portofolio Anda untuk membeli saham ABCD yang sedang break out. Anda bisa membeli pada area 2 ketika terjadi break out, maksimum separo dari dana yang Anda alokasikan tersebut (10%). Separo sisanya (10%) boleh Anda gunakan untuk menunggu di area 3. Dengan demikian maka resiko bisa diminimalisir. Dengan menggunakan metode ini, kita juga tidak akan “ketinggalan kereta”, dan juga memperoleh harga rata-rata yang ideal.

Nah, demikian trading tactics dari saya untuk trading pada saham-saham break out. Strategi ini bisa juga diterapkan pada trading komoditas atau forex. Sebaiknya trading break out dilakukan ketika pasar sedang berada dalam trend naik, dan bukan trend mendatar (sideways) atau malah turun.

Ellen May


http://finance.detik.com/read/2012/08/29/102511/2001776/479/bagaimana-cara-trading-saat-breakout?

0 komentar:

Posting Komentar