Sindrom Asperger

Sindrom Asperger


Sindrom asperger merupakan salah satu dari Autism Spectrum Disorder (ASD), yaitu suatu gejala kelainan perkembangan syaraf otak. Biasanya ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial dan semacam pola ketertarikan dan perilaku yang berulang terhadap sesuatu. Namun, penderita masih memiliki pola perkembangan bahasa dan kognitif yang cukup baik.

Secara sekilas, penderita sindrom asperger terlihat normal. Mereka tidak memiliki gangguan fisik. Masalah baru timbul ketika penderita harus berinteraksi dengan orang lain. Karena tidak tahu bagaimana caranya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu.

Penderita sindrom asperger akan terlihat aneh, karena tidak memiliki perhatian serta empati ketika berkomunikasi dengan orang. Mereka tidak tahu arti bahasa tubuh seperti tersenyum, sedih maupun gembira. Penderita sindrom asperger memiliki kesulitan memahami bentuk-bentuk komunikasi non verbal serta kata-kata yang memiliki banyak arti. Mereka hanya memahami arti kata seperti yang ia pahami di dalam kamus.

Penderita sindrom asperger juga memiliki gangguan pada bagian otak yang memiliki kaitan untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain, mengontrol bagaimana tubuh bergerak dan juga keseimbangan tubuh. Karena itu, seorang penderita sindrom Asperger mengalami masalah yang melibatkan pergerakan tubuh, seperti olah raga ataupun sekedar jalan kaki, sehingga mereka sering terpeleset. Mereka juga memiliki kebiasaan grogi atau nervous.

Nama sindrom asperger diambil dari seorang dokter Austria, Hans Asperger, yang menerbitkan makalah pada 1944. Dalam makalah tersebut ia menjelaskan mengenai pola perilaku dari beberapa anak laki-laki yang memiliki tingkat intelegensi dan perkembangan bahasa normal, namun juga memperlihatkan perilaku yang mirip autisme dan mengalami kekurangan dalam hubungan sosial serta kecakapan komunikasi.

Penyebab pasti gangguan ini masih belum diketahui. Akan tetapi, fakta menunjukkan adanya kecenderungan bahwa gangguan ini diturunkan dalam keluarga. Sindrom asperger lebih umum dialami laki-laki dibandingkan perempuan. Biasanya sindrom tersebut baru terdiagnosis saat anak berusia antara dua dan enam tahun.

Namun, penderita sindrom asperger cenderung berbakat dalam beberapa hal, seperti matematika, menulis dan pemrograman komputer. Mereka juga memiliki minat khusus yang mereka tekuni dengan detail, sehingga mampu menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering melewatkannya

Hingga kini, sindrom asperger belum bisa disembuhkan sepenuhnya. Penderita sindrom asperger sejati, akan lebih banyak belajar dan berusaha memperbaiki dirinya serta orang di sekitarnya. Daripada mencari siapa dan apa yang harus disalahkan sebagai penyebab kondisi sakitnya.

Meskipun belum ditemukan obatnya. Namun Anda yang memiliki anak atau kerabat menderita sindrom asperger dapat mencoba penanganan yang bisa meningkatkan fungsi dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti berikut ini:

1. Pendidikan khusus
Berikan penderita asperger pendidikan yang didisain untuk memenuhi kebutuhan anak yang unik.

2. Modifikasi perilaku
Hal ini meliputi strategi untuk mendukung perilaku positif dan mengurangi perilaku bermasalah.

3. Terapi bicara, fisik dan terapi okupasional
Terapi ini didisain untuk meningkatkan kemampuan fungsional penderita asperger.

4. Obat-obatan.
Tidak ada obat khusus untuk menangani sindrom asperger. Tapi, obat-obatan bisa digunakan untuk mengatasi gejala khusus, seperti kecemasan, depresi, serta perilaku yang hiperaktif dan terobsesi.


http://www.metrotvnews.com/metrolife/news/2012/10/03/108356/Mengenal-Sindrom-Asperger/11

0 komentar:

Posting Komentar