Lempeng Tektonik Indo-Australia Pecah Dua

Lempeng Tektonik Indo-Australia Pecah Dua


Gempa berkekuatan 8,7 SR yang melanda pulau Sumatera pada bulan April lalu menimbulkan gelombang getaran ke seluruh dunia dan menunjukkan lempeng tektonik Indo-Australia kini pecah dua.

Terletak di atas “Ring of Fire” yang berbahaya, di jalur lengkung patahan dan gunung berapi di Cekungan Pasifik, gempa bumi adalah peristiwa yang terjadi hampir setiap minggunya di Indonesia. Setelah analisa seksama atas gempa besar yang melanda Sumatera April lalu, para ilmuwan di Amerika mengatakan gempa itu menunjukkan lempeng tektonik Indo-Australia kini pecah dua.

Gempa 8,7 SR yang melanda pulau Sumatera April lalu menimbulkan gelombang getaran, dapat dikatakan, ke seluruh dunia.

Setelah secara ekstensif mempelajari gempa itu dan keadaan sesudahnya, para ilmuwan mengatakan bahwa pecahnya lempeng tadi belum pernah terjadi.

Ini adalah pergeseran terbesar yang bersifat horizontal bukan gempa vertikal, yang pernah tercatat.

Para ahli gempa (seismolog) mengatakan bahwa gempa 11 April itu menyebabkan empat patahan pecah hampir bersamaan.

Jamie McCaughey adalah seorang ahli geologi dari Observatorium Bumi di Singapura, sebuah lembaga yang mempelajari gempa bumi, gunung berapi dan tsunami.

Dia mengatakan penelitian terbaru di jurnal ilmiah Nature menegaskan bahwa lempeng tektonik India-Australia pecah menjadi dua.

"Bukti yang ada sangatlah jelas, seperti dijelaskan oleh penulisnya bahwa, gempa itu benar-benar hanya menggambarkan proses jangka panjang dan memberitahu kita lebih banyak tentang hal itu, bahwa dasar laut lempeng India Australia perlahan-lahan menjadi dua lempeng terpisah dan gempa ini menggambarkan berlangsungnya proses ini," kata Jamie McCaughey.

Diperkirakan akan memakan waktu jutaan tahun untuk terbaginya lempeng itu sepenuhnya, namun penelitian juga menunjukkan bagaimana gempa bumi dapat memicu gempa lainnya, beberapa minggu, bahkan bertahun-tahun setelah gempa-gempa itu terjadi.

Laporan itu mengatakan ada kemungkinan besar bahwa gempa bulan April itu dipicu oleh bencana tsunami pada bulan Desember 2004.

Tapi McCaughey mengatakan bahwa daripada melihat peningkatan ketidakstabilan tektonik, kita hanya menyaksikan sebuah "momen dramatis dalam sebuah proses geologi jangka panjang”.

" Masih banyak orang pulau Sumatera percaya bahwa ini hanya masalah waktu sebelum datangnya gempa besar dan bencana tsunami yang lain. “

Pakar geologi, Dr Surono, kepala Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi di Indonesia mengatakan frekuensi letusan gunung berapi telah meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Indonesia memiliki jumlah gunung berapi terbanyak di dunia. Pada awal September juga terjadi getaran dari Anak Krakatau. Gunung berapi itu adalah bagian yang tersisa dari ledakan dahsyat pada tahun 1883.

Lembaga mitigasi bencana alam Indonesia mengatakan lembaga itu bekerja keras untuk menerapkan sistem peringatan dini, pemantauan dan evakuasi yang lebih baik. Dengan bantuan dana asing, pemerintah Indonesia juga memetakan daerah rawan gempa di seluruh tanah air. 


http://www.voaindonesia.com/content/lempeng-tektonik-indo-australia-pecah-dua-/1518537.html

0 komentar:

Posting Komentar