Menyibak Tabir Bentanglahan Kota Jogja

Menyibak Tabir Bentanglahan Kota Jogja


Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Sabtu (12/4) melakukan Kuliah Kerja Lapangan satu untuk melengkapi tugas akhir semester dua. Dalam KKL 1 tersebut, mahasiswa dibagi menjadi dua belas kelompok, terdiri dari  A1, A2, ..., F1, F2 untuk mengidentifikasi fenomena bentanglahan atau Bentang Alami dan Bentang Budaya yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Salah satu lingkup wilayah kajian kelompok D1 meliputi wilayah dataran kaki Gunung Merapi yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah yang dijadikan pengamatan pada dataran kaki Gunung Merapi dibagi menjadi beberapa titik untuk mempermudah melakukan pengamatan serta mempersingkat waktu. Masing - masing wilayah yang di plot sebagai titik penting memiliki kenampakan bentanglahan yang bervariasi. Adapun peralatan yang digunakan kelompok D1 yaitu Peta RBI Lembar Sleman, Pakem, Timoho, Yogyakarta skala 1:25.000, GPS (Global Positioning System), dan alat tulis.

Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur memungkinkan ditanami berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan. Hali ini disebabkan oleh letaknya yang berada di dataran lereng Gunung Api Merapi (fluvial vulcanic foot plain) yang garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda. Sejalan dengan perkembangan perkotaan dan pemukiman yang pesat, lahan pertanian Kota Yogyakarta setiap tahun mengalami penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan adanya penyusutan 7,8% dari luas area Kota Yogyakarta 3.249,75 km2. Penyusutan tersebut karena lahan pertanian beralih fungsi menjadi lahan pekarangan.

Salah satu yang menonjol dari Kota Yogyakarta adalah Jalan Malioboro. Jalan Malioboro merupakan jalan protokol atau utama yang memiliki panjang 800 meter. Jalan ini merupakan jalur lalu lintas yang sangat ramai karena merupakan pusat wisata dan kawasan perbelanjaan bagi turis yang datang kesana. Kemudian ada Jalan kaliurang. Jalan Kaliurang adalah Jalan Protokol utama yang menjadi pintu masuk ke kota Jogja dari arah utara. Jalan Kaliurang km 4,5 sampai km 13,5 merupakan wilayah peripheral atau pinggiran kota Jogja. Berdasarkan pengamatan, bentang alam jalan kaliurang pada umumnya sama atau homogen, yaitu berupa dataran kaki gunung yang relatif landai dengan elevasi yang tergolong landai. Jalan Kaliurang dibagi menjadi tiga bagian yang memiliki bentang budaya yang berbeda, yaitu bagian pertama, Kilometer 4,5 - 10,5, bagian kedua Kilometer 10,5 - 12,5 dan bagian ketiga Kilometer 12,5 - 13,5.  Di Jalan Kaliurang, bagian pertama dan kedua lebih berkembang ke sektor jasa sedangkan di bagian kedua lebih ke sektor pertanian.

Keraton Yogyakarta merupakan titik pengamatan strategis dalam pengenalan bentang lahan di kaki merapi ini. Secara bentang alam Keraton Yogyakarta menjadi salah satu bagian dari daerah kaki merapi yang memiliki ciri - ciri umum daerah kaki gunung api. Material tanah di daerah ini pada umumnya merupakan tanah alluvial dari hasil kegiatan vulkanik gunung berapi. Daerah kaki gunung berapi selalu menjadi daerah yang sangat ideal untuk ditinggali karena memang sangat subur dan mengandung air tanah yang melimpah. Oleh karena alasan inilah, maka daerah kaki gunung merapi berkembang menjadi daerah pemukiman yang padat dan dikenal sebagai kota Yogyakarta. 


http://citizen6.liputan6.com/read/414340/menyibak-tabir-bentanglahan-kota-jogja

0 komentar:

Posting Komentar