Mengembalikan Kejayaan Bulu Tangkis Indonesia

Mengembalikan Kejayaan Bulu Tangkis Indonesia


Dewan Perwakilan Rakyat memastikan dana tidak akan menjadi masalah bagi para atlet badminton Indonesia yang sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade London.

Meski pun Indonesia masih memiliki sejumlah pemain berbakat seperti Markus Kido dan Taufik Hidayat, prestasi para atlet sudah tidak lagi secemerlang beberapa dekade lalu.

Meski pun demikian, harapan masih disemaikan untuk mendongkrak performa tim Indonesia. Para anggota DPR mengatakan mereka bertekad untuk memberi perhatian khusus pada bulu tangkis dan membangkitkan kembali superioritas Indonesia.

"Bulutangkis harus mendapat perhatian khusus dibandingkan cabang olahraga lainnya selama masa persiapan," kata Zulfadli, anggota DPR dari Partai Golkar seperti dikutip oleh media lokal.

"Jika memang dibutuhkan, kami bisa memberikan banyak dana karena penting bagi kita untuk meraih kembali kejayaan kita di cabang bulutangkis."

Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia, PBSI, menyambut gembira dukungan ini dan mengajukan permohonan dana sebesar Rp 10 miliar untuk persiapan Olimpiade.

Namun Sekretaris Kementrian Pemuda dan Olahraga Djoko Pekik mengatakan dana yang tersedia tahun ini untuk pengembangan bidang olahraga hanya Rp200 miliar, termasuk untuk Olimpiade dan Kejuaraan Olahraga Pantai Asia.

Sejak badminton masuk olimpiade tahun 1992 di Barcelona, Indonesia selalu berhasil meraih setidaknya satu medali olimpiade di cabang ini. Saat itu pasangan Susi Susanti dan Alan Budikusuma berhasil merebut dua medali emas untuk tunggal putra dan putri.
Ancaman dari Cina

Indonesia kini berada di belakang Cina dan Malaysia dalam peta bulutangkis dunia.

Tahun lalu, mantan pebulutangkis nomor satu dunia, Peter Gade, mengungkapkan kekhawatiran bahwa Cina akan segera menguasai seluruhnya bulutangkis kalau negara-negara lain gagal melahirkan pemain-pemain generasi berikutnya.

Pemain senior asal Denmark yang berusia 34 tahun itu mengatakan keberhasilan Cina secara konstan mencetak pemain-pemain baru yang tangguh akan membuat masa depan mereka sangat cerah sedangkan negara-negara lain harus bekerja keras untuk mengimbanginya.

"Jika Indonesia bisa membina lebih banyak pemain dan Denmark bisa melakukan hal serupa, maka ada kemungkinan berpeluang menghadang Cina karena sekarang banyak pemain baru Cina yang bagus-bagus," kata Gade saat itu.

"Perlu mencari pemain baru dan menyiapkan mereka untuk berbagai kompetisi internasional."

Cina menggondol seluruh lima gelar di arena Kejuaraan Dunia 2010 di Paris untuk pertama kali sejak 1987 dan lima pemain mereka menduduki posisi 11 peringkat tertinggi dunia.
Pemain muda

Pemain nomor satu dari Malaysia, Lee Chong Wei, sependapat dengan Gade bahwa pemain-pemain muda harus segera maju.

"Kita harus memberikan kesempatan kepada pemain-pemain muda untuk maju dan menunjukkan bakat mereka," kata Lee.

Legenda bulutangkis Indonesia Christian Hadinata mengaku prestasi Indonesia menurun akibat proses regenerasi yang terlambat.

Dalam babak penyisihan Piala Uber dan Thomas di Macao (13-19 Februari), pemain-pemain yang berpengalaman terlihat masih diandalkan, seperti Adrianti Firdasari maupun pasangan Greysia Polii/Meiliana Jauhari di nomor putri maupun Taufik Hidayat, Simon Santoso, maupun pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan.

Minimnya kehadiran pemain muda berbakat juga dilontarkan pemain ganda campuran Lilyana Natsir. Dia mengeluhkan kualitas pemain baru, yang disebutnya "belum bisa mendekati (prestasi) seniornya”.

Akibatnya, Indonesia acap kalah bersaing dengan Cina atau Korea Selatan di berbagai turnamen internasional.

Seharusnya, menurut Christian, para atlet muda mesti diberi kesempatan yang sama untuk mengikuti kompetisi di luar negeri, agar prestasi mereka bisa berimbang saat peralihan generasi dilakukan.

"Sehingga karir prestasi pemain muda ini bisa lebih cepat berkembang dengan didampingi atlet yang berpengalaman," kata Christian, mantan pemain dan koordinator pelatih ganda ini.

Tetapi cukupkah cara seperti ini, yaitu melibatkan para pemain muda dalam berbagai turnamen internasional, dapat mendongkrak prestasi bulutangkis Indonesia?

Semua barangkali akan mengamini: tidak cukup, karena memang banyak persoalan yang mesti dibenahi saat ini.

Jika para politisi di DPR kemudian menjanjikan menggelontorkan dana untuk memperbaiki prestasi bulutangkis, tentu ini patut diacungi jempol, meski masih ada pertanyaan kapan 'perhatian khusus' yang dijanjikan DPR akan segera terwujud?


http://www.bbc.co.uk/indonesia/olahraga/2012/02/120210_badminton.shtml

1 komentar:

Nova mengatakan...

Para penguasa negara hanya memetingkan kepentingan diri sendiri, "bagaimana caranya agar saya tetap mapan dan berkuasa? yg lainnya urus dewe" Percuma pendidikan tinggi tp moral bobrok

Posting Komentar