Sikap Merusak Reputasi di Ranah Social Media

Sikap Merusak Reputasi di Ranah Social Media


MEMBANGUN networking (jaringan) melalui social media memiliki banyak manfaat. Tengoklah, bagaimana kabar bisa tersebar begitu cepat di ranah Facebook atau Twitter. Hal ini tentu bisa membantu Anda tetap 'bersentuhan' dengan kawan atau kerabat, bukan?

Namun, ternyata menyikapi fenomena inipun kita dituntut untuk bisa bersikap bijak. Karena faktanya, membuka hal yang sifatnya privasi kini menjadi sesuatu yang biasa, alias sah-sah saja. Dan 'border' atau 'pagar' yang kurang kuat di ranah social media inilah yang bisa menjadi bumerang atau malah membahayakan karir Anda.

Lalu, sikap-sikap yang seperti apa yang bisa merugikan reputasi Anda?

Membuka kebohongan

Pekerjaan yang menumpuk membuat Anda didera jenuh, dan berlibur adalah pilihan yang bagus. Sayang, jatah cuti Anda sudah telanjur habis. Alih-alih ingin berlibur, Anda pun merencanakan berbohong pada atasan dengan mengatakan Anda tengah sakit.

Tak disadari, Anda yang senang karena kebohongan Anda diijinkan atasan, malah mengunggah foto atau status 'liburan' di Facebook. Bayangkan, betapa kecewa atau marahnya atasan Anda. 'kebohongan' itu telah Anda buka sendiri di ranah social media. Atasan tentu saja marah besar dan kecewa, kepercayaannya telah Anda salahgunakan.

Jadi, berpikirlah dua kali untuk membuka 'kebohongan' Anda di ranah social media. Bahkan bau busuk dari sesuatu yang ingin Anda tutup-tutupi pun bisa tercium, karena akses menuju social media tanpa pagar pembatas.

Menyinggung SARA

Di ranah social media, siapapun memiliki kebebasan berbicara, bahkan mengungkapkan pendapat, namun bijaknya tetap menjunjung tinggi dan menghormati hak asasi orang lain. Hindari status yang bisa menimbulkan reaksi dari golongan tertentu. Anda akan dianggap tidak memiliki rasa toleransi.

Ingat, pintar membawa diri tidak hanya berlaku saat Anda berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sosial Anda, tetapi juga tercermin saat Anda berada di ranah social media. Karena secara tidak langsung, Anda membawa pula nama perusahaan.

Membongkar rahasia perusahaan

Anda kecewa dengan kebijakan perusahaan lantas 'curhat terbuka' di status Facebook atau 'berkicau' di Twitter pribadi. Ini sebuah kesalahan fatal Anda sebagai seorang pekerja profesional. Kekecewaan Anda yang terungkap di muka publik ini bisa dimanfaatkan oleh kompetitor bisnis untuk menjatuhkan perusahaan Anda.

Jika Anda merasa kecewa dengan atasan atau kebijakan perusahaan, sebaiknya diskusikan hal ini baik-baik untuk mencari win-win solution, dan bukan memperkeruhnya du ruang sosial.

Menjelek-jelekkan rekan kerja

Tak ada satupun orang yang senang dijadikan bahan pergunjingan, apalagi jika hal ini merembet hingga ke ranah sosial. Anda mengunggah status atau 'berkicau' di twitter tentang keburukan rekan kerja, lantaran terganggu atau terancam oleh sikap dan prilakunya.

Anda mungkin saja puas dan lega bisa mengumbar informasi tersebut ke ruang publik, namun bersiap saja menelan risiko dan dampak panjangnya terhadap kredibilitas Anda yang tentu saja akan menjadi buruk.

Jadi, sudahkah Anda menjaga sikap profesional di ranah social media?


http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/wanita/2012/03/23/1250/Empat-Sikap-Merusak-Reputasi-di-Ranah-Social-Media

0 komentar:

Posting Komentar