Kenapa VOA Menulis Burma Bukan Myanmar

Kenapa VOA Menulis Burma Bukan Myanmar


Pada tanggal 13 April 2012 Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron melakukan kunjungan kenegaraan ke Myanmar. Myanmar merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang dikunjungi oleh PM Inggris tersebut selain Indonesia dan Malaysia. Kunjungan PM Inggris tersebut ke Myanmar merupakan kunjungan pertama yang dilakukan oleh pemimpin Inggris dalam 50 tahun terakhir.

Menariknya dari setiap berita yang diturunkan oleh Voice of America (VOA) mengenai kunjungan PM Inggris ke negara Myanmar, VOA banyak menulis nama negara tersebut dengan tulisan “Burma”. Misalnya “Perdana Menteri Inggris David Cameron Tiba di Burma” (VoA, 13 April 2012), “PM Inggris Bertemu Tokoh Oposisi Burma Aung San Suu Kyi” (VoA, 13 April 2012), “Aung San Suu Kyi Akan Lakukan Kunjungan Bersejarah ke Luar Burma (VoA, 18 April 2012), “Inggris Berencana kurangi Sanksi Terhadap Burma” (VoA, 13 April 2012), dan banyak lagi tulisan yang diturunkan oleh VoA dengan menuliskan kata “Burma” bukan “Myanmar”. Apa yang dilakukan oleh VoA berbeda dengan media asing terkenal lainya misalnya Associated Press (AP), AP menulis kata Myanmar dalam setiap berita yang diturunkanya misla, “British Prime Calls for Suspending Myanmar Sanctions” (AP, 13 April 2012), “British Prime Minister Makes Visit to Myanmar” (AP, 13 April 2012).

VoA dan AP merupakan media yang sama-sama berbasis di Amerika Serikat (AS), hanya saja jika VoA adalah kantor berita yang dimiliki oleh pemerintah AS, sementara AP adalah kantor berita milik swasta. Mungkin itula yang menjadikan alasan kedua kantor berita ini memilih penggunaan kata “Buma” oleh VoA dan “Myanma” oleh AP.

Sebelum bernama Myanmar, nama negara tersebut adalah Burma. Nama Myanmar adalah nama yang diubah oleh penguasa rezim junta militer Myanmar pada tahun 1989. Penggantian nama Burma ke Myanmar agar sistem pemerintahan junta militer yang sedang berjalan di negara tersebut diakui secara internasional. Bahkan di PBB nama resmi yang digunakan adalah nama Myanmar.

Menurut antropolog Gustaaf Houtman yang telah meniliti sistem politik Burma mengatakan, penggunaan nama Burma dan Myanmar merujuk pada sistem politik lokal di negara tersebut. jika sebagai publikasi ke luar maka orang-orang Burma menulis dengan sebutan ‘Myanmar’, tapi jika berbicara mereka menyebut ‘Burma’. Kata Myanmar secara literatur lebih pada penggunaan nama resmi dan untuk kegiatan kenegar,  tapi dalam percakapan setiap hari kata yang digunakan adalah Burma.

Secara makna dua kata tersebut berbeda, jika kata Burma lebih merujuk pada suatu negara yang sedang berjuang untuk menegakan demokrasi. Sementara kata Myanmar adalah merujuk pada sistem pemerintahan yang dikuasi junta militer. Inilah mengapa VoA sebagai media yang dimiliki oleh pemerintah AS tetap bertahan menyebut negara tersebut dengan nama Burma, karena AS tidak mengakui legitimasi rezim junta militer Myanmar yang mengubah nama resmi negara itu. Jadi baik “Burma” ataupun “Myanmar” kedua nama tersebut tetap berlaku secara internasional, hanya saja terserah pada pribadi dari orang-orang yang ingin menyebut negara tersebut dengan sebutan Burma atau Myanmar.


http://bahasa.kompasiana.com/2012/04/26/kenapa-voa-menulis-burma-bukan-myanmar/

0 komentar:

Posting Komentar