Susu Bantu Hilangkan Encok

Susu Bantu Hilangkan Encok


Sebuah penelitian yang didukung oleh Fonterra dan diterbitkan pekan ini di British Medical Journal Annals of the Rheumatic Diseases menunjukkan, bahwa susu tanpa lemak yang diperkaya dengan dua bahan alami yang terdapat di produk susu dapat mengurangi frekuensi dan intensitas nyeri encok (arthritis gout).
Penelitian yang melibatkan divisi Premium Ingredients Fonterra, telah mematenkan kedua bahan terkait encok, yaitu glycomacropeptide (GMP) dan lemak susu G600 (G600) dan kini tengah mempelajari peluang untuk mendistribusikan solusi baru ini ke para penderita encok di seluruh dunia.
Penelitian revolusioner ini merupakan uji klinis pertama yang mempelajari pengaruh intervensi diet terhadap encok, dan dilaksanakan oleh Dr Nicola Dalbeth dari University of Auckland, Bone and Joint Research Group serta para peneliti dari Fonterra Research Centre and the University Department of Medicine.
“Meski umumnya encok dianggap sebagai penyakit nutrisi, sampai saat ini tak ada uji klinis yang menunjukkan pengaruh positif yang ditimbulkan dari intervensi diet,” tulis Dr Dalbeth lewat rilis yang diterima Tribunnews.com, Jumat (3/2/2012).
Dr Dalbeth juga menyatakan hasil penelitian ini merupakan kabar baik bagi jutaan penderita encok di seluruh dunia. Encok sendiri merupakan bentuk pembengkakan radang sendi yang paling lazim ditemui dan diasosiasikan dengan nyeri sendi yang luar biasa.
“Jika dikembangkan lebih jauh, temuan ini berpotensi memberikan pasien kendali lebih terhadap penyakit mereka, serta dapat menjadi sarana yang sangat bermanfaat untuk penanganan encok yang sampai saat ini masih terus dilakukan,” ujar Dr Dalbeth.
Prevalensi encok di tingkat dunia tampaknya terus meningkat dengan estimasi terkini bahwa prevalensi encok di Selandia Baru sekitar 2,9 persen dari seluruh populasi, sedangkan prevalensi di Australia dilaporkan sebesar 1,4 persen. Sebanyak 8,3 juta orang Amerika (4 persen) kini menderita encok sedangkan Inggris dan Jerman memiliki prevalensi 1,4 persen, sementara studi komparatif di China menunjukkan peningkatan prevalensi dari 0,36 persen di tahun 2000, hingga mencapai lebih dari 1 persen di tahun 2006.

0 komentar:

Posting Komentar