Persepsi Publik dan Geliat Ekonomi Indonesia

Persepsi Publik dan Geliat Ekonomi Indonesia


Beberapa waktu lalu, Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil survei terbaru mengenai “Perubahan Politik 2014: Trend Sentimen Pemilih pada Partai Politik.” Selain melihat tren elektabilitas partai-partai politik terkini, survei itu juga mengukur persepsi publik terhadap kondisi politik, hukum, dan ekonomi Indonesia mutakhir.

Melalui survei itu diketahui bahwa persepsi publik terhadap kondisi politik dan hukum di Indonesia terus memburuk. Salah satu sebab utama dari penurunan persepsi publik terhadap kondisi politik dan penegakkan hukum di Indonesia adalah kian maraknya kasus-kasus korupsi yang melibatkan para elite politik, seperti kasus cek pelawat dan kasus dugaan suap Kementerian Pemuda dan Olahraga dalam pembangunan Wisma Atlet SEA Games.

Namun, tidak seperti kondisi politik dan hukum, persepsi publik terhadap kondisi ekonomi Indonesia justru menunjukkan nada positif. Dalam survei yang dilakukan pada kurun waktu tanggal 1-12 Februari 2012 itu terungkap sebanyak 30% responden melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih baik.

Sementara itu, responden yang melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih buruk dan tidak ada perubahan masing-masing sebesar 24% dan 35%. Lalu, 6% responden menjawab tidak tahu/tidak jawab, sebanyak 2% menjawab jauh lebih baik, dan 2% lagi menjawab jauh lebih buruk. Artinya, hasil survei itu menunjukkan bahwa publik sangat mengapresiasi kinerja ekonomi Indonesia saat ini.

Capaian Positif

Memang, jika kita melihat sejumlah indikator statistik akan tergambar dengan jelas capaian positif ekonomi Indonesia dewasa ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2011 perekonomian Indonesia mampu tumbuh mencapai 6,5%. Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2011 atas dasar harga berlaku mencapai Rp7.427,1 triliun dan atas dasar harga konstan (tahun 2000) Rp2.463,2 triliun.

Selain itu, data BPS juga menunjukkan bahwa jumlah pengangguran secara umum telah mengalami penurunan. Jumlah pengangguran saat ini sebesar 8,12 juta orang atau turun 470.000 orang dibandingkan bulan Februari 2010 yang mencapai 8,59 juta orang.

Kinerja positif ekonomi Indonesia tidak hanya dapat dilihat dari sajian data-data statistik BPS itu. Kinerja positif ekonomi Indonesia juga dapat dilihat dari apresiasi dunia internasional, seperti pemberian peringkat layak investasi (investment grade) oleh lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings dan Moody's Investor Service.

Setelah menunggu selama 14 tahun, Indonesia kembali meraih peringkat investasi dari dua lembaga pemeringkat internasional tersebut. Indonesia kehilangan posisi investment grade sejak tahun 1997 setelah dihantam krisis moneter. Istilah investment grade merujuk pada sebuah peringkat yang menunjukkan utang pemerintah atau perusahaan memiliki risiko yang relatif rendah dari peluang default atau gagal bayar sehingga memiliki tingkat kepercayaan yang berkelanjutan dalam jangka panjang.

Karena itu, invesment grade diberikan kepada suatu negara yang memiliki fundamental ekonomi kuat, stabilitas politik dalam jangka panjang solid, dan memiliki manajemen anggaran pemerintah serta kebijakan moneter yang prudent. Hal ini ditandai dengan defisit anggaran yang rendah, rasio utang rendah, dan inflasi terkendali.

Tidak dapat dimungkiri kunci utama keberhasilan Indonesia meraih peringkat investment grade adalah kemampuan meraih pertumbuhan ekonomi di atas 6% dan menjaga rasio utang terhadap PDB di bawah 25% serta menekan defisit anggaran di bawah 2,5%. Hal itu jelas merupakan capaian luar biasa di tengah carut marut kondisi ekonomi global yang menyebabkan posisi ekonomi sejumlah negara yang dianggap kuat justru ambruk dan mengalami kejatuhan peringkat utang.

Pencapaian peringkat investment grade memiliki nilai sangat penting karena akan berpengaruh pada pandangan dunia terhadap iklim investasi di Indonesia. Posisi Indonesia di mata investor akan semakin menguat sehingga memperbesar peluang untuk bisa meningkatkan kegiatan investasi di Indonesia. Tidak saja di pasar obligasi dan saham, tapi juga penanaman modal langsung akan meningkat. Indonesia akan kian dilirik sehingga arus masuk modal asing akan semakin meningkat dan memperkuat cadangan devisa.

Kelas Menengah

Pencapaian-pencapain positif di bidang ekonomi itu juga didukung oleh kian pesatnya pertumbuhan kelas menengah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pertumbuhan kelas menengah ditengarai sebagai salah satu pemutar roda perekonomian. Paling tidak konsumsi mereka telah menyumbang 70% dari pertumbuhan ekonomi.

Negara-negara dengan populasi kelas menengah muda produktif cenderung memiliki tingkat konsumsi lebih tinggi ketimbang negara-negara dengan populasi berusia tua. Jika dibandingkan negara-negara berkembang lain, pertumbuhan kelas menengah di Indonesia tergolong sangat cepat. Berdasarkan data Bank Dunia, tahun 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya sebesar 37,7%, tapi pada tahun 2010 mencapai 134 juta jiwa atau 56,6 persen.

Selain memberikan keuntung bagi investor asing, keberadaan kelas menengah juga sangat menguntungkan bagi pemerintah. Pemerintah dapat mengambil keuntungan dari fenomena pertambahan masyarakat kelas menengah ini. Salah satu keuntungan yang dapat diterima pemerintah ialah berkurangnya anggaran untuk subsidi. Logikanya kelas menengah tidak lagi memerlukan subsidi.

Di samping itu, pertumbuhan kelas menengah yang pesat juga akan menguntungkan pemerintah dari sisi penerimaan pajak sebab wajib pajak akan bertambah. Penerimaan sektor pajak ini dapat digunakan pemerintah infrastruktur, fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan lain-lain.

Akhirnya, hasil survei terbaru LSI sebagaimana penulis ungkapkan di atas telah mematahkan penilaian sinis dan penuh pesimisme dari sejumlah kelompok ekonom selama ini terhadap capaian ekonomi Indonesia di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono. Pencapaian positif kinerja ekonomi Indonesia itu merupakan buah kinerja konkret pemerintahan SBY-Boediono, terutama tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II.

Selain itu, hasil survei itu juga dapat dilihat sebagai suntikan moral dari publik kepada pemerintah agar terus optimis dalam membangun perekonomian bangsa dan mengarungi tahun 2012 yang penuh tantangan karena masih dibayangi krisis dan resesi ekonomi global ini.

ALI RAHMAN


http://suar.okezone.com/read/2012/03/01/58/585147/persepsi-publik-dan-geliat-ekonomi-indonesia

0 komentar:

Posting Komentar